Amin Sakir

Saya adalah guru di SDN Kertagena Laok 1 Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan....

Selengkapnya
Navigasi Web
Hati Yyang Terluka (5)

Hati Yyang Terluka (5)

Penulis : Amin_S

"Hentikan... Hentikan....! Ya ampun Aurel, ada apa ini?" Teriak cowok berbadan atletis itu di depan pintu keluar. Suara lantangnya mengagetkan Aurel yang berdiri di belakang Nicko yang tengah memapah Dina. Nampak Dina hilang kesadaran. Matanya setengah terpejam sedang mulutnya meracau tak karuan.

"Minggir Arga, tak ada gunanya kamu kemari." Balas Aurel sengit. Meski hatinya tergetar saat tahu siapa yang datang.

"Kenapa... kenapa, kamu mau membela Dina? Pacar barumu yang culun itu?" Lanjut Aurel. Suaranya meninggi, menekan rasa takutnya.

"Dengar Aurel, nanti aku bakal jelasin semua. Tapi sekarang, keselamatan Dina lebih penting," sergah Arga tak kalah nyaring, sambil menyingkirkan tangan Nicko dari bahu Dina.

Dengan susah payah Arga memapah Dina ke mobilnya.

"Ayo ikut, atau kalian aku polisikan !" Bentak Arga ke arah Aurel dan Nicko. Aurel tak bisa menolak, akhirnya dia dan Nicko juga ikut masuk ke mobil Arga.

-----

"Bagaimana Dok, kondisi teman saya?" Tanya Arga kuatir setelah kurang lebih satu jam Dina di rawat.

Di kursi seberang, Aurel nampak duduk dengan wajah tertunduk. Mukanya kecut. Rasa benci, cemburu dan kesal bercampur aduk. Pikiriannya tak habis pikir dengan sikap Arga kepada Dina. Sesekali mulutnya berdesis.

"Apa lagi yang mau dijelasin Arga. Bukankah semua sudah jelas. Dia sudah teracuni pesona Dina. Kalau tidak karena diancam mau dipolisikan. Sudah pasti aku sudah kabur." Pikirnya geram.

Di sebelahnya, Nicko tampak sedang memainkan handphone . Entah aplikasi apa yang dia buka. Tapi, dari wajahnya dia juga tampak resah.

"Tidak perlu kuatir, temanmu baik-baik saja. Dia mulai sadar. Beruntung sekali dia cepat mendapat perawatan sebelum pengaruh obat tidur masuk ke jantung dan jaringan otaknya. Sekarang dia hanya butuh istirahat sampai kesadarannya pulih seperti semula."

Penjelasan dokter membuat Arga lebih tenang.

Arga menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan keras. Dadanya terasa plong.

Sementara Aurel, saat mendengar penjelasan dokter, mukanya makin masam. Dia tak bisa menutupi rasa cemburunya. Kadang masih terbersit di pikirannya, kenapa Dina tidak mati saja?

"Ehmmm... Maaf Dok, bolehkah kami melihat Dina sekarang?" tanya Arga sebelum dokter kembali ke ruangannya

"Boleh, silakan," jawab dokter pendek. Kemudian menambahkan agar Dina diberi semangat untuk mempercepat pemulihannya.

Di atas ranjang, nampak tubuh Dina telentang dengan selimut membalut tubuhnya sampai dada. Dia menyambut kedatangan Arga dengan senyum dan anggukan kepala menyilakan masuk. Tubuhnya masih tampak lemah.

Aurel berdiri agak jauh, hanya sekira dua langkah dari pintu. Nicko pun tampak ragu untuk mendekat ke arah Dina.

"Syukurlah Dina, kamu mulai membaik. Kesadaranmu sudah mulai pulih. Kamu yang sabar ya. Maafkan aku juga, sampai saat ini Aurel belum ngerti soal projek kita," suara Arga setengah berbisik.

"Terima ka..."

"Apa Arga, kalian merencanakan apa lagi? Kalian belum puas membuat aku sakit hati?"

Belum selesai Dina menjawab, tiba-tiba Aurel berteriak, meradang. Rasa cemburunya sudah tidak bisa dia tahan. Membuat seisi ruangan panik.

"Aureeel... Tahan emosimu, jangan buat keributan di ruangan ini. Dina sedang sakit karena ulahmu." Arga membentak dengan suara mengeram.

"Oke Aurel. Aku jelaskan sekarang. Aku akan jelaskan yang sebenarnya," sambung Arga.

"Hallaaahhh... Apa lagi yang mau dijelasin? Kamu masih mau berpura-pura lagi? Kamu mau bilang kamu gak ada apa-apa dengan Dina, kan?" Aurel nyerocos, menduga-duga apa yang akan diucapkan Arga.

"Iya Mbak Aurel. Apa yang diakatakan Mas Arga itu benar." Tiba-tiba terdengar suara dari arah pintu.

Nampak lelaki setengah baya dengan kumis dan rambut kelimis datang bersama Amel. Suaranya yang tegas dan berwibawa membuat seisi ruangan menoleh ke arahnya.

"Pak Hasto?" Ucap Aurel seolah tidak percaya lelaki itu tiba-tiba muncul di ruangan ini. Beliau adalah teman lama papanya dan sekarang aktif menjadi dosen di faklutas sastra, tempat Arga kuliah.

"Benar Mbak Aurel, Mas Arga dan Mbak Dina tidak punya hubungan apa-apa." Pak Hasto mengulang kata-katanya ke arah Aurel.

"Terus, video yang diposting di instagram dan Whatsapp itu...?"

Tanya Aurel penasaran.

Tiba-tiba Pak Hasto tertawa terbahak-bahak. Ada rasa puas luar biasa di dalam tawanya. Aurel makin tidak mengerti.

"Yessss.... artinya Arga dan Dina sukses...!" Pak Hasto memekik sambil mengepalkan tangan.

"Begini Mbak Aurel, meski hampir saja Mbak Dina celaka, tapi projek kami bakal sukses. Oh ya, perlu Mbak Aurel tahu, kami di fakultas sastra sedang punya projek pembuatan film pendek bernuansa cinta remaja untuk diikutkan dalam festival film pendek tingkat ASEAN. Selain itu, nanti juga akan menjadi salah satu konten andalan di akun yutub fakultas sastra. Dari sekian banyak kandidat, kami memilih Mas Arga dan Mbak Dina sebagai pemeran tokoh utama. Nah, video-video yang diposting di instagram dan GWA itu merupakan bagian dari persyaratan lomba dan juga menjadi uji publik seberapa kuat karakter dan totalitas yang diperankan oleh mereka berdua. Kami butuh kritik dan respon dari pemirsa. Kami, termasuk juga Mas Arga, terpaksa harus merahasiakan ini. Karena semakin Mbak Aurel cemburu artinya semakin kuat karakter yang diperankan mereka berdua. Maafkan kami Mbak Aurel. Sekali lagi, antara Mas Arga dan Mbak Dina tidak apa-apa. Mas Arga tetap milik Mbak Aurel." Pak Hasto menjelaskan panjang lebar dengan tawa yang hampir tak pernah lepas dari bibirnya.

Wajah Aurel berubah seketika. Pandangannya di arahkan ke Arga, mengharap jawaban jujur dan langsung darinya.

Tapi, Arga tidak mengucapkan satu patah katapapun. Hanya anggukan kepala kecil, lalu kedua lengannya dikembangkan dengan senyum manis menyungging di bibirnya. Aurel pun begitu, senyumnya renyah merekah lalu menghambur ke pelukan Arga.

"Arga, jangan bohongin aku lagi. Aku gak mau kehilangan kamu," rengek Aurel merajuk. Tangannya mencubit pinggang Arga. Gregetan. Arga memejam sambil tertawa keras.

Selesai

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post