Amir

Silahkan kunjungi http://amirdikdas.blogspot.co.id/ ...

Selengkapnya
Navigasi Web

MEMBANGUN PROFESIONALISME GURU

MEMBANGUN PROFESIONALISME GURU

Oleh Amir

Anggota IGI Barito Timur

Sekitar pukul 04.00 dinihari, saya bergegas bangun mengambil handuk untuk mandi pada pagi yang dingin ini. Saya harus bangun memang lebih awal karena akan berangkat ke Palangka Raya, Ibukota Kalimantan Tengah, untuk mengikuti kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh IGI Kalimantan Tengah. Saya berharap semoga ilmu yang diperoleh dari pelatihan tersebut dapat bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Tiba di Palangka Raya pada siang Jumat, 9 Pebruari 2018, dan menginap di asrama LPMP Kalimantan Tengah, di kamar nomor 113. Saya mengikuti kegiatan pelatihan selama 2 (dua) hari, Jumat dan Sabtu, 9-10 Pebruari 2018.

Selama menginap di asrama LPMP Kalimantan Tengah saya tidur sendiri, karena teman se kamar menginap di rumah keluarganya. Tidur sendiri di kamar asrama terasa sunyi. Ada rasa takut yang rasakan, tetapi saya pikir dan berkata dalam hati “ jangan takut, kamu selalu dijaga oleh malaikat”. Saya tarik selimut sambil membaca doa, dan akhirnya tertidur hingga pagi datang. Sehabis serapan pagi dengan menyantap nasi kuning di warung seberang jalan LPMP Kalimantan Tengah, saya bersiap kembali menghadapi dan kegiatan pelatihan. Akhirnya, kegiatan pelatihan tuntas saya ikuti dan jalani dengan baik.

Kemudian, panitia menugaskan kepada kami peserta pelatihan harus dapat menghasilkan sebuah naskah tulisan sebagai produk pelatihan ini, baik berupa artikel opini, cerpen, puisi, atau bentuk tulisan lainnya, yang nantinya dikumpulkan untuk diterbitkan menjadi sebuah buku. Saya tertantang dan termotivasi untuk menulis sebuah artikel/opini. Naskah tulisan saya tersebut topiknya tentang pembelajaran kontekstual sebagaimana diuraikan berikut ini.

Pembelajaran kontekstual atau berbasis lingkungan sekitar merupakan salah satu metode pembelajaran yang cocok diterapkan di lingkungan sekolah, khususnya bagi sekolah yang berada di daerah yang jauh dari perkotaan. Sekolah yang kondisi fasilitasnya belum lengkap untuk memenuhi standar pelayanan minimal (SPM), seperti masalah buku teks pelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran, dan sebagainya.

Dalam melaksanakan pembelajaran, guru diharapkan mampu memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah dengan sebaik-baiknya. Kemampuan dan kreativitas guru dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sarana pembelajaran sangat didukung dengan mengikuti berbagai pelatihan terkait pembelajaran kontekstual. Melalui berbagai pelatihan diharapkan agar mereka setelah pulang dari pelatihan dapat mengembangkan ilmu yang didapat sesuai dengan lingkungan tempat dia bekerja.

Meskipun, pada kenyataannya ada sebagian kecil guru, setelah mengikuti pelatihan dan kembali mengajar di sekolah, bukannya mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dari pelatihan atau sejenisnya, namun tetap mengajar seperti sebelumnya, dan bahkan terkesan tidak mengalami peningkatan kompetensi sehingga seperti istilah dalam sebuah lagu "aku masih seperti yang dulu". Guru sudah merasa puas dengan sudah mengantongi sebuah sertifikat pelatihan, atau bahkan sertifikat pendidik, yang notabenenya menjadi bukti legal sebagai guru profesional. Belum ada upaya untuk mengembangkan kemampuan yang diperoleh, minimal ditularkan kepada teman sejawat di sekolah.

Ada beberapa kalimat sinis dan negatif sebelum dan saat mengikuti pelatihan yang seolah-olah mengabaikan pelatihan dan ilmu yang didapat. Pertama. Ikut pelatihan hanya mengingat uang pemulangan. Kedua, Ikut hanya memikirkan sertifikatnya saja. Ketiga. Ikut pelatihan tergantung teman, jika teman serius, dia ikut serius. Keempat. Ikut pelatihan kebetulan terpilih. Kelima. Ikut pelatihan hanya sebagai kesempatan liburan secara gratis. Lalu, dimanakah letak kesalahan persepsi guru yang menyandarkan pada banyaknya sertifikat atau niat mengikuti pelatihan sehingga penurunan mutu guru dapat diatasi.

Pemerintah masih belum mampu menjangkau penuh dan mengalokasikan anggaran untuk memberikan pelatihan guru kepada semua guru di Indonesia. Belum semua guru pernah mengikuti pelatihan terkait dengan peningkatan kompetensi profesinya yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Jika pelatihan peningkatan kompetensi profesi itu harus membayar dengan uang pribadi, maka belum semua guru mau mengikuti pelatihan tersebut, meskipun ia sudah ada menerima tunjangan sertifikasi guru. Namun demikian, masih ada sebagian guru yang meningkatkan kompetensi profesinya semata berasal dari kesadaran pribadinya. Guru yang memiliki kesadaran itu masih teramat sedikit, bahkan terbilang langka.

Bagi seorang guru, belajar belum cukup dibelajarkan hanya dengan meng-copy paste materi dan mendapatkan pengetahuan yang hanya bersifat informasi, akan tetapi belajar menuntut adanya sebuah proses dan hasil akhir. Ada produk dari belajar dalam pelatihan yang dapat bermanfaat langsung bagi siswanya dalam proses pembelajaran. Misalnya, pembelajaran yang menyenangkan, memanfaatkan berbagai media pembelajaran, baik yang disediakan oleh sekolah maupun membuat sendiri. Menjadi guru itu tidaklah mudah, hanya bagi guruyang mau dan mampu melakukan pembaharuan dalam proses pembelajarannya. Guru harus terus belajar dan terus menerus meningkatkan kompetensi profesinya untuk menjadi guru profesional.

Sumber: https://amirdikdas.blogspot.co.id/2018/03/artikel-membangun-profesionalisme-guru.html

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post