Amir

Silahkan kunjungi http://amirdikdas.blogspot.co.id/ ...

Selengkapnya
Navigasi Web

MEMBANGUN PROFESIONALISME GURU

MEMBANGUN PROFESIONALISME GURU

Sekarang ini guru dituntut mampu merancang sebuah pembelajaran yang benar-benar dapat membekali siswa baik pengetahuan teoritis maupun praktik. Dalam hal ini guru harus pandai mencari dan menciptakan proses pembelajaran yang berorientasi pada lingkungan supaya pembelajaran tersebut dapat diterima, dipahami, dimaknai dan mampu menghubungkan dengan kondisi nyata disekitar siswa. Kondisi ini guru berusaha memfasilitasi siswa untuk mengamati langsung aspek yang dekat dengan kehidupannya atau lebih kontekstual. Efek yang diharapkan dari pengalaman langsung ini adalah bahwa siswa mampu mengembangkan kompetensi dalam menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Melalui berbagai kegiatan interaktif antara subyek belajar dengan objek belajarnya, siswa terdorong mencari informasi lebih jauh tentang materi yang mereka pelajari. Pembelajaran kontekstual akan membuat siswa mudah memahami materi yang dipelajari. Hal ini tentu memberi pengalaman berbeda dengan pembelajaran sebelumnya. Salah satu alternatif adalah pembelajaran kontekstual berbasis lingkungan sekitar merupakan salah satu metode pembelajaran yang cocok diterapkan di lingkungan sekolah, khususnya bagi sekolah yang berada di daerah yang jauh dari perkotaan. Sekolah yang kondisi fasilitasnya belum lengkap untuk memenuhi standar pelayanan minimal (SPM), seperti masalah buku teks pelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran, dan sebagainya.

Dalam melaksanakan pembelajaran, guru diharapkan mampu memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah dengan sebaik-baiknya. Kemampuan dan kreativitas guru dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sarana pembelajaran sangat didukung dengan mengikuti berbagai pelatihan terkait pembelajaran kontekstual. Melalui berbagai pelatihan diharapkan agar mereka setelah pulang dari pelatihan dapat mengembangkan ilmu yang didapat sesuai dengan lingkungan tempat dia bekerja.

Meskipun, pada kenyataannya ada sebagian kecil guru, setelah mengikuti pelatihan dan kembali mengajar di sekolah, bukannya mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dari pelatihan atau sejenisnya, namun tetap mengajar seperti sebelumnya, dan bahkan terkesan tidak mengalami peningkatan kompetensi sehingga seperti istilah dalam sebuah lagu "aku masih seperti yang dulu". Guru sudah merasa puas dengan sudah mengantongi sebuah sertifikat pelatihan, atau bahkan sertifikat pendidik, yang notabenenya menjadi bukti legal sebagai guru profesional. Belum ada upaya untuk mengembangkan kemampuan yang diperoleh, minimal ditularkan kepada teman sejawat di sekolah.

Ada beberapa kalimat sinis dan negatif sebelum dan saat mengikuti pelatihan yang seolah-olah mengabaikan pelatihan dan ilmu yang didapat. Pertama.Ikut pelatihan hanya mengingat uang pemulangan. Kedua, Ikut hanya memikirkan sertifikatnya saja. Ketiga. Ikut pelatihan tergantung teman, jika teman serius, dia ikut serius. Keempat. Ikut pelatihan kebetulan terpilih. Kelima. Ikut pelatihan hanya sebagai kesempatan liburan secara gratis. Lalu, dimanakah letak kesalahan persepsi guru yang menyandarkan pada banyaknya sertifikat atau niat mengikuti pelatihan sehingga penurunan mutu guru dapat diatasi.

Pemerintah masih belum mampu menjangkau penuh dan mengalokasikan anggaran untuk memberikan pelatihan guru kepada semua guru di Indonesia. Belum semua guru pernah mengikuti pelatihan terkait dengan peningkatan kompetensi profesinya yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Jika pelatihan peningkatan kompetensi profesi itu harus membayar dengan uang pribadi, maka belum semua guru mau mengikuti pelatihan tersebut, meskipun ia sudah ada menerima tunjangan sertifikasi guru. Namun demikian, masih ada sebagian guru yang meningkatkan kompetensi profesinya semata berasal dari kesadaran pribadinya. Guru yang memiliki kesadaran itu masih teramat sedikit, bahkan terbilang langka.

Bagi seorang guru, belajar belum cukup dibelajarkan hanya dengan meng-copy paste materi dan mendapatkan pengetahuan yang hanya bersifat informasi, akan tetapi belajar menuntut adanya sebuah proses dan hasil akhir. Ada produk dari belajar dalam pelatihan yang dapat bermanfaat langsung bagi siswanya dalam proses pembelajaran. Misalnya, pembelajaran yang menyenangkan, memanfaatkan berbagai media pembelajaran, baik yang disediakan oleh sekolah maupun membuat sendiri. Menjadi guru itu tidaklah mudah, hanya bagi guruyang mau dan mampu melakukan pembaharuan dalam proses pembelajarannya. Guru harus terus belajar dan terus menerus meningkatkan kompetensi profesinya untuk menjadi guru profesional.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post