Amir

Silahkan kunjungi http://amirdikdas.blogspot.co.id/ ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pengabdian

Perjuangan Mengangkut Buku Dayu-Barito Timur (12/8/2019). Pagi itu, sehari setelah Idul Adha, suasana berkabut maklumlah musim kemarau. Saya berangkat dari Paringin-Muara Plantau dengan mencoba ban baru hingga saya bebas melaju, namun penuh perhitungan, bukan asal gas. Sesampainya di Dayu, Adi dan Ibu Sanisa sudah menunggu. "Ini buku pesanan dari Intan Pariwara sudah saya sampai sebanyak 2 kardus. Jika ada dananya upah angkut Rp 100.000,00" kata Ibu Sanisa. "Maaf bu! sekarang ini tidak bisa seperti biasa sebab dana BOS sudah habis, biar saya angkut sendiri saja" sahutku. Saya cek ban, minyak memungkinkan untuk membawa buku tersebut. Saya dibantu Adi mengikatkan buku di kendaraan dengan pengikat karet "ucus". Kendaraan dihidupkan langsung berangkat melewati jalan Janah jari-Dayu. Setelah melewati jalan berbatu, ada tumpukan debu akhirnya kendaraan saya oleng, langsung terjatuh. Walaupun badan cuma sedikit tergores bagian kaki sebelah kiri, masih bisa bangun sendiri dan bergerak normal, malu juga sih... Untung tidak ada yang melihat. Saya Tarik nafas panjang, tahan dan hembuskan 4-5 kali selama 2 sampai 3 menit dan minum air putih yang berada di saku tas, ini untuk menenangkan diri dan menyuplai oksigen ke otak. Tiba-tiba ketika saya mau berdiri ternyata paha kanan ikut pegal, sambil menahan sakit begal di paha kanan. Tidak lama, terdengar suara kendaraan Adi yang berboncengan datang. "Mereka langsung tertawa... "Makanya tadi, andai diojekan tidak akan terjadi seperti ini, jalannya juga sulit dan buku belakang terjauh jauh dari badan sehingga mudah oleng" kata Ibu Sanisa. Gambar 1. Jatuh. Kendaraan yang terjatuh membawa buku siswa di tumpukan debu. Untungnya Adi membawa kantungan plastik menutupi kardus buku yang sobek dan buku dirapikan dan akhirnya mereka membantu mengangkatkan kardus satu buah kardus. Sesampainya di sekolah ibu Rusmawiah (Kepsek) menyarankan ke tukang pijat “baurut”. Tapi saya bilang nanti saja di rumah. Jam pelajaran sudah menunjukkan pukul 12.30 Wib. Saya dan Adi sholat di Mushola sekolah secara bergantian. Sebab saya melaksanakan sholat jama takdim. Karena paha masih pegal dan cuaca sangat panas, saya mengajak Ibu Sanisa dan Pak Adi memancing ikan yang lokasi pemancingan tidak jauh dari sekolahan. Gambar 2. Mancing. Menunggu pulang sebab cuaca yang panas terik, kami memancing ikan di sekitar sekolah. Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 wib, cuaca sudah kurang panas. “Kita ke tempat Ibu Rusmawiah, minta es buah….” Kata ibu Sanisa. “siap!! mumpung haus dan tentu gratis” sahut kami serempank. “ Kami, menuju ke tempat ibu Rusmawiah, beliau membuatkan es buah sambal ditemani pak Saderi Hadi, berbincang-bincang dan menjelang senja kami pulang. Sampai di kota Tamiang Layang, waktu magrib sudah sampai. Saya mampir sebentar ke toko buku Intan bahwa pesanan kami masih kurang. Sholat magrib selesai, saya baru melanjutkan pulang ke rumah Paringin. Pukul 22.00 wita saya tiba di rumah. Di depan pintu istri saya sudah menunggu, karena merasa kuwatir akibat dari keterlambatan sampai ke rumah, padahal biasanya menjelang magrib saya sudah tiba.Saya langsung mandi, dan mempersiapkan tempat tidur anak."Kasian anak, terkadang berangkat anak masih tidur, dan saya pulang, anak sudah tidur" gumamku. Malam harinya hingga pagi, paha saya masih pegal. Dan akan ketukang pijat pada sore hari.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post