Kisah Revolusi Jilbab (2)
Suasana Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sangat ramai. Dyan tak mengerti harus kemana. Akhirnya dia beranikan diri bertanya pada petugas disana. Harus ke bagian apa, melakukan apa dan bagaimana. Akhirnya setelah dijelaskan, mulai tampak titik terang. Dia harus naik lift ke lantai 6. Disana ada bagian syaraf. Antriannya penuh. Banyak sekali pasien, muda maupun tua. Celingak-celinguk. Dia lihat sebagian besar pasien di antar. Tertegun sendirian, tanpa teman dan penuh kebingungan. Dia menunggu.
Pasien hampir habis. Tiba-tiba seorang pegawai RSCM menyapanya, "mbak, kamu mau periksa juga? Kebagian mana?" katanya. Dyan tunjukkan seluruh surat rujukan. "Lho, harusnya kamu sudah dipanggil dari tadi" kata orang itu. "Saya ga ngerti pak" jawabnya. Ini benar-benar pengalamannya pertama pergi ke RS besar tanpa ditemani orang dewasa di usia SMA. Langsung si bapak mengantarnya ke bagian pengecekan pasien. Tak berapa lama kemudian, dia dipanggil.
Singkat cerita, Dyan beberapa kali bolak balik RS dan hasilnya tidak berubah. Kesimpulan dokter, dia mengidap psikosomatis. Sakit kepalanya karena tekanan psikis. Bukan sebab ada masalah di kepala. Dyan mengerti. Ini mungkin karena perasaannya yang tertekan akibat penolakan jilbab yang diterima di rumah dan sekolah. Keinginannya berjilbab secara kaffah, bukan setengah-setengah, telah mengguncang mimpi bapaknya. Ya, bayangan bapak, anak pertamanya ini bisa menjadi manajer perusahaan kantor, yang kaya dan mapan. Naik turun mobil dan bergaji besar. Jauh panggang dari api, impiannya seolah sirna demi melihat anaknya berjilbab. Stigma di kepala sang bapak adalah, bakal susah cari kerja dan susah dapat jodoh. Bapaknya jatuh sakit, tak bisa bangun sampai seminggu lamanya, setelah mendengar keputusan Dyan memakai jilbab.
-bersambung-
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ya Allah. Ditunggu kelanjutannya bund. Realstory. Keren bund. Sukses berkah
InsyaAllah bu dewi