Ammy Fidyanti

Seorang guru SMP Negeri 154 Jakarta. Pembina StudentCare. Founder @inspirasi_15 (follow akun IG nya ya 😍). Ibu dari 3 putra sholeh. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengalaman di SWAB

Pengalaman di SWAB

Siang itu ada telepon yang tak biasa. Penelpon mengabarkan bahwa dirinya positif covid-19. Astaghfirullah. Kaget campur was-was. Namun aku berusaha menenangkan si penelpon. Karena kawatir berlebihan dapat menurunkan imunitas. Telepon ditutup dengan kesimpulan, aku harus swab karena berinteraksi dengan penelpon.

Tunggu dulu. Swab mandiri tidak murah. Yang terjangkau mungkin swab antigen dikisaran harga 250.000 - 350.000. Tapi kabarnya, swab antigen ini akurasinya dibawah 75%. Artinya bisa saja hasilnya meleset. Aku segera mencari informasi ke teman-teman yang pernah melakukan swab. Di Depok kabarnya antri panjang untuk bisa mendapatkan kesempatan swab dan hasilnya 10 hari. Alamak, keburu kejadian hal-hal yang tidak diinginkan kalau sebegitu lamanya. Namun untuk preventif aku berusaha menghubungi seorang teman dokter yang dinas di dinkes Depok. Benar saja. Untuk antrian swab, dari hari melaporkan diri yaitu hari kamis, baru akan mendapat giliran swab hari Senin dan hasilnya antara 7 sampai 10 hari. Jakarta bisa lebih cepat. Hanya saja harus agak jauh melakukan perjalanan. Sekitar 24 kilometer menuju puskesmas faskes 1 sesuai alur BPJS dimana aku tercatat. KTP ku memang masih di DKI. Di Depok, kami penghuni gelap :).

Rasa kawatir makin menghantui diriku dan keluarga. Bagaimana tidak. Aku memang sudah seminggu flu, dan belum kunjung sembuh. Bersin-bersin, meler, hidung tersumbat serta sedikit batuk. Tak ada demam. Hanya rasa tak enak di badan. Nggreges, kata orang Jawa. Untuk pencegahan mulai saat itu, aku memakai masker di dalam rumah. Suami meminta anak-anak untuk sementara waktu sholat berjama'ah di rumah. Tidak ke mesjid dulu, karena kawatir diantara kami ada OTG. Sambil terus berusaha mencari informasi.

Jumat, libur natal. Aku berusaha menghubungi sebuah laboratorium rekomendasi seorang teman. Katanya dimana-mana antri, sebab orang butuh surat keterangan bebas covid dengan melakukan tes rapid ataupun swab. Oya kalau rapid kita hanya di cek darah apakah reaktif atau non reaktif. Bentuk tesnya seperti pengecekan sampel darah untuk tes kolesterol dan DM. Kalau swab antigen, mirip dengan swab PCR, hidung dicolok dengan cotton bud panjang. Swab PCR yang dicolok bukan hanya hidung, tapi juga tenggorokan. Tingkat akurasinya 90%. Dari hasil diskusi keluarga akhirnya diputuskan swab PCR mandiri. Eman duite sebenarnya, tapi ya kesehatan lebih utama. Ternyata lab yang direkomendasikan tutup libur natal. Akhirnya aku swab di RS Citra A Rafiq Depok.

Tiba di rumah sakit, benar adanya. Antri. Ramai, tapi tidak seramai sehari sebelumnya, tutur pak satpam. Dari pendaftaran hingga kasir dan konfirmasi ke lab dijalani, ditemani anakku yang bungsu. Bungsuku ini memang lovely anaknya, melayani umi banget, Alhamdulillah. Tiba di antrian lab, waduh... mengerikan. Penuh sekali manusia. Sampai protokol kesehatan pun dilanggar. Duduk tidak bisa selang-seling saking ramainya. Ada bangku kosong, aku berusaha duduk. Ternyata sebelahku batuk-batuk. Langsung aku berdiri dan menjauh. Haduh, bisa-bisa orang yang negatif jadi positif gara-gara antrian tes.

Tepat adzan dzuhur aku dipanggil. Deg-degan luar biasa. Walaupun sudah disampaikan teman-teman, rasanya tidak sakit. Hanya sedikit nyeri di hidung, hingga mengeluarkan air mata. Seorang bapak diantrian sebelum giliranku maju. Aku amati seperti apa swab itu. Deg, tiba giliranku. Aku menarik nafas panjang untuk bisa tenang. Bismillah... benar ternyata, tidak sakit, tapi air mata sampai keluar sebagai reaksinya. Tenggorokan juga tidak sakit. Hasilnya ditunggu 1x24 jam. Kami pulang menunggu besok.

Di rumah kami jalani lagi protokol kesehatan. Gelas piringku terpisah untuk mencegah penularan, jika memang positif. Walaupun harapan sepenuhnya negatif. Kami masih menjalani isolasi mandiri untuk menjaga orang sekitar dari penularan. Sampai tiba waktunya Sabtu siang itu. Alhamdulillah sujud syukur kami, hasil swab PCR ku NEGATIF. Langsung saat itu juga suami dan anak-anak sholat ke mesjid dan akupun bisa bernafas lega. Tak ada jaga jarak di dalam anggota keluarga. Semoga kami dan kita semua terhindar dari covid19 yang makin menyebar luas, Aamiin

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sehat terus ya buuu.Tulisane enak dibaca

29 Dec
Balas

Sehat terus ya buuu.Tulisane enak dibaca

29 Dec
Balas

Alhamdulillah maturnuwun dinda

29 Dec

Sehat terus ya buuu.Tulisane enak dibaca

29 Dec
Balas

Sehat terus bu guru

29 Dec
Balas

Aamiiin... makasih bu afiyah

29 Dec

Yang baca ikut deg2an bund. Alhamdulillah aamiin yaa Robbal'aalamiin negatif. Moha kita dsn keluarga sehat sehat selalu bund

29 Dec
Balas

Aamiiiin iya bu dewi kami pun menanti hasil dengan was was

29 Dec



search

New Post