Kamis, 17 Feb tiba-tiba datang WA dari kemenkes bahwa saya terkonfirmasi positif covid. Padahal hasil dari puskesmas belum ada. Dalam hati apa mungkin hasilnya dikirim langsung kesana. Sementara kondisi saya memang sakit, dengan ciri-ciri yang di identifikasi sebagai covid versi omicron.

WA dari kemenkes tersebut saya teruskan ke beberapa orang yang perlu mendapat info tersebut. Terutama adek-adek. Karena dari mereka saya berharap bantuan moril dan spirituil. Sudah tentu saya teruskan juga ke pihak sekolah. Hari itu menjadi hari paling sibuk sambil merasakan sakit. Demam dan linu. Sibuk karena harus melakukan telemedicine. Setelah berhasil mendapat resep, obat ditebus dengan mengunggah resep di web kemenkes. Done.

Setelah itu saya kembali fokus pada pengobatan sementara yang sedang saya lakukan.

Sebagai refleksi di dua hari (Rabu dan Kamis) badan betul-betul rasa tak karuan. Sholat saya lakukan sambil duduk. Dzikrul maut rasanya, karena jadi pengingat kematian. Kalau tak lulus ujian ini bagaimana? Sudah siapkah saya menghadapinya? Bagaimana urusan-urusanmu yang banyak itu? Ya Allah ya Rabb, berikan ampunanmu... jadikan sakit ini penggugur dosa kami, aamiiin.

Bersambung