MIRAH (1) Ponorogo
Harta bukan segalanya, tetapi tanpa harta kita bukan apa-apa.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Namaku Eca. Aku guru muda fisika yang kesasar hidup di kota perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, Ponorogo. Nama lengkapku yaitu Kencana Amirah Wungu. Meski namaku begitu, aku tak terlalu suka bunga selain bunga kencana ungu yang bernama latin Ruellia Tuberosa. Merah dan ungu adalah warna favoritku.
Awalnya, keluargaku cukup kaya di Surabaya. Ayahku merupakan pemilik perusahaan ternama di sana. Kemampuan finansial mereka membuatku tak kekurangan apapun semasa kuliah. Semua permintaanku pasti terpenuhi. Meski berkuliah di universitas pendidikan namun barang-barangku mewah dan uang sakuku tak terbatas. Apapun bisa kudapatkan tanpa bersusah payah. Prestasi di kampus, teman-teman yang loyal, dan pastinya jadi pusat perhatian para cowok.
Menjelang wisudaku, ayahku mengalami kebangkrutan. Usahanya mendadak bangkrut sehingga semua keluargaku pulang ke kampung halaman ayahku di Ambulu Jember. Dan GLARR.. semua fasilitasku hilang begitu saja. Kehidupanku berubah total dan terasa berat. Orang-orang disekitarkupun menjauh. Suara-suara berisik dan sumbangpun bertebaran di area kampus.
“Eh dengar gak,, keluarga Eca bangkrut?!”
“Syukurin, gak bisa bergaya lagi.”
“Mampus, kebanyakan lagak sie… “
Cowok-cowok yang biasa mengejarkupun berganti haluan, seolah-olah tak mengenalku lagi. Bahkan mereka cenderung menghindariku.
“Apaan sie? Emang siapa lo.”
“Sana.. jauh-jauh dari kita.”
Aku tidak kaget sie, karena aku sudah tahu bahwa mereka emang hanyalah cowok matre yang mengincar hartaku. Lagian ada hal yang lebih asem daripada orang-orang dan cowok-cowok gak jelas itu. Yaitu teman-temanku yang sableng. Mereka memutuskan persahabatanku dengan alasan songong.
“ Sorry Ca.. kita sudah gak selevel.”
PYARRR! OH NO. Sesak rasa di dada.
Akibat peristiwa itulah, setelah wisuda aku langsung mendaftarkan diri untuk tes PNS di Kementerian Agama. Alhamdulillah lolos, harapan baru menjauhi masa lalu. Kebetulan SK CPNSku segera turun dengan penempatan di Madrasah Aliyah Negeri alias MAN tepatnya MAN Keniten Ponorogo. Jauh dari Surabaya dan tidak akan ada yang mengenaliku. Masa lalu hanya akan tertinggal di belakangku. Namun, keputusan ini ditentang keras oleh Ibuku. Beliau tidak mengizinkanku tinggal di Ponorogo.
“Ora nduk, Ponorogo adalah kota terlarang untukmu. Aku ora lilo”
Tapi apa mau di kata. Nasi telah jadi bubur, SK telah turun, akupun harus menunaikan tugas negara. Ibuku dengan berat hati mengiklaskannya dengan janji tidak boleh neko-neko dan secepatnya mutasi keluar Ponorogo. Ibuku ingin aku juga hidup di Jember. Walau aku lulusan SMA di sana, entah mengapa, aku tidak merasa familiar di Jember. Seolah-olah itu hanya kenangan yang diselipkan dalam ingatanku, terlebih memori sebelum masa kuliah tidak ada yang melekat di otakku. Aku mengiyakan saja pesan Ibuku, yang terpenting aku bisa segera cabut dari Surabaya. Move on dari segala bentuk masa lalu yang kampret. Toh aku tidak mengerti alasan Ibu melarangku hidup di Ponorogo.
Kini 2 tahun lebih telah berlalu, SK PNSkupun juga telah turun 2 tahun lalu. Proses CPNS menuju PNS hanya 3 bulan. Kata orang-orang aku sangat beruntung, wisuda langsung CPNS, proses PNSpun sangat cepat. Yah maklumlah, banyak orang menduga kalau PNS itu pasti memakai suap, sehingga mereka merasa takjub aku yang sudah miskin dan tidak punya koneksi bisa PNS begitu saja. Mereka tidak tahu usaha mati-matianku. Aku wiridan Asmaul Husna 3 bulan sebelum tahu ada ujian PNS. Pagi hingga malam memanjatkan doa. Ya Allah, berikan jalan terbaik. Tunjukkan jalan terang untukku. Belajar menjelang ujian hingga pukul 00.00 dan dilanjutkan 04.00. Saat ujian tidak berhenti mengucapkan istigfar dan Surat Al-Ikhlas sambil melihat jam setiap 3 menit. Mereka gak tahu semua itu sehingga mengira lolos PNS itu bagai sulap bim salabim abrakadabra. Keberuntungan semata tanpa tahu bahwa usaha memang tidak akan mengkhianati hasil. Selain emang dasarnya aku cerdas sie,,, selama ini saja gak terlihat karena tertutup oleh harta ayahku.
Dang dang, dang dung, dang dung, telolet toet. Dang dang, dang dung, dang dung, telolet toet.
Musik Reog menganggu HPku dini hari.
“Apa Mbak? Nglindur?” tanyaku setengah ngantuk.
“ Eh, kamu masih nyala ya?” tanya balik dari Mbak Eva, teman ngajarku di MAN Keniten.
“ Emang lampu?”
“Haha.”
“Gak usah ketawa.”
“Galak amat, lagi PMS ya?” sahut Mbak Eva
“Gak, lagi laper. Habis ini mau makan lampu.”
“Kayak jaran kepang ajah. Ntar mati lampu donk.”
“Biarin. Lagian tengah malam nelepon, ada apaan?”
“Habis sunnah Rosul ingat kamu.”
Anjirr…. Ngomong sama jomblo kayak gitu.. ckckck…. Wong edan.
“Gak ada hubungannya Mbak?”
“Cuman mau ngingetin, hari ini pengumuman hasil seleksi Beasiswa S2 Guru lo…”
“Katanya Mbak gak daftar?”
“Tapi kamu khan daftar.”
“Ngingetin apa nyesel.”
“Suudzonnn…”
“Ups sorry.. terima kasih diingatkan.”
“Semoga keterima”
“Amin. Gitu saja ya mbak, mau segera akses internet.”
“Aku yang telpon kok situ yang nutup.”
“Biarin, aku gak mau dicap penganggu.”
“ Haha… Ok.. kabar-kabar hasilnya ya.”
“ Insya Allah. Hati-hati mati lampu Mbak. Lampunya mau saya makan.”
“Kalau mati lampu ya sunnah Rosul lagi.. hahaha.”
Ooo.. dasar kumat.
TIT.
Akupun segera beranjak dari kasur untuk mengecharge HP yang kehabisan baterai dan mau mengecek pengumuman. Tiba-tiba…. PATS. Lampu kamarku mati. Seluruh rumah mati lampu. Gelap gulita tanpa ada bayangan sama sekali. Akupun terdiam tanpa tahu harus bagaimana. Kegelapan malam membuatku bingung. Kesunyian dini hari meresahkan kalbu. Keringatku jatuh di peluh, tegang. Pengumuman hasil seleksi mengganggu benakku. Kira-kira bagaimana ya hasil beasiswa guru S2 itu.
PRANGG..
Gelas yang terletak di dekat tempat tidurku terjatuh tersengol tanganku.
Semprul! bikin kaget saja. Astagfirullah hal adzim.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Mirah memiliki arti Batu permata dalam bahasa Jawa. Mirah memiliki arti Merah, batu mulia berwarna merah dalam bahasa Indonesia. Mirah (bentuk lain dari mira) memiliki arti indah dalam bahasa Latin. Mirah memiliki arti Perbekalan dalam bahasa Islami. Mirah memiliki arti Merah dalam bahasa Aceh.
Mirah juga merupakan nama suatu daerah di Ponorogo.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar