Pena Cinta
Duhai, dikau!
Bila hatimu patah terbangkan asa. Eratkan tali jiwamu. Cinta, jangan kau hilangkan, melindang di luas semesta.
Zulaikha bermakar pada tampan Yusuf. Sebab gemuruh jiwa membuai melukis bianglala di langit angan. Khilaf mengilat pancarkan cahaya insaf. Demikian akhirnya.
Duhai, dikau!
Cintamu boleh mengayuh harap. Nalar, jangan redupkan mengeja ketaatan. Inginmu adalah niscaya, kau tambat pada kehendak ilahi.
Habil jatuh hati pada kembarnya. Hasrat merayu meniadakan kasih. Qabil terbunuh dalam peluk cinta Ar-Rahman, oleh ganasnya nafsu. Pena sejarah mengabadikan; bermuatan bimbingan, menyuratkan peringatan.
Duhai, dikau!
Mungkin saja ragamu terengkuh paksa dipeluk kuasa. Ringkih memasrah berharap pada waktu.
Sungai Nil alirkan Musa kecil menuju istana raja. Bersambut ria menyejukkan hati. Asiyah mengaduh teduh pada Fir'aun yang berhias tangan besi nan bengis.
Luruh takluk hati keras itu tergulung emosi lembut sang istri. Perlahan mukjizat langit bersinar menerangi istana. Bak mentari pagi, melipat gulita menuju puncak terang semesta.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar