ANANG SUPRIYO, S.Pd.SD

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Catatan Kecil Menuju Puncak Argo Lasem

CATATAN KECIL MENUJU PUNCAK ARGO LASEM

“Kriiiiiiiiiiiiiiiiing..., suara bel sekolah saat pulang ini ibarat penanda waktu berbuka setelah seharian berpuasa. Sangat dinantikan setelah seharian bergelut dengan berbagai tugas yang cukup menyita waktu dan pikiran. Sejurus kemudian, tampak enam remaja lelaki yang keliatan sebagai karib bergegas keluar. Setengah berlari mereka menuju lahan parkir di sekolah SMA peninggalan masa kolonial itu. Siang yang terik seolah menjadi pertanda awalnya kemarau ditahun ini. “Woooooiii, langsung ke Cak Mukti..!!!, seperti perintah komando, tiga motor dengan enam penumpang melesat menyusuri Jalan WR. Supratman, sebuah jalan arteri dikota kecil dengan julukan “BUMI WALI” Tuban, Jawa Timur. Tak ada lima menit, kelompok remaja itu sampai di sebuah warung bakso yang cukup terkenal untuk ukuran anak sekolahan.

Salah satu dari mereka, mungkin pimpinan dari sekelompok remaja itu masuk duluan. Perawakannya gak terlalu tinggi, rambut terpotong pendek Vicky namanya. Di susul kemudian teman lainnya termasuk Aku, Basuki, Asnar, Taufik, dan Wied. Kita berenam cuek saja dengan pengunjung yang lain. Tertawa lepas, saling celetuk, adalah hal yang biasa bagi kami. Jarum jam menunjukkan pukul 14.00 WIB setelah bayar ke kasir beberapa detik kemudian kitapun sudah ada di atas motor masing-masing. “ Habis ashar merapat ke markas” setengah teriak Vicky beri komando pada kami. “Alamakk...itu berarti sejam lagi aku harus sudah sampai rumah,” gumamku.

Markas, yang kami maksud adalah rumah kakekku yang berada dekat balai desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban. Tempat aku dibesarkan, karena saat ibu meninggal dibulan ketiga aku dilahirkan, aku dirawat nenek ketika beliau masih ada. Rumah kayu bercat krem dengan bentuk yang masih sederhana ibarat surga bagi kami. Ada tiga bagian rumah itu, menyesuaikan jumlah anak yang dimiliki pendirinya. Dan kakekku, tinggal di rumah ketiga bagian paling belakang. Sebenarnya, kedua anaknya (paman dan bibiku) yang tinggal di rumah lain menginginkan beliau ikut mereka, agar mudah dalam perawatan dimasa tuanya, namun alasan historis dan banyaknya kenangan yang tertinggal buat kakek tetap beristikamah untuk menetap disitu. Nah, dibagian rumah yang terdepan disitulah tempat yang paling “merdeka” bagi kami. Tempat dimana kami bebas lakukan kenakalan-kenakalan kecil ala remaja SMA pada masa itu. Begadang sampai pagi, belajar merokok, ngobrol tanpa ujung sampai larut, saling usil satu sama lain, tempat masak ikan tangkapan dari sungai sebelah rumah, adalah kegiatan yang ada dalam daftar harian kami. Yaaah..meski saat itu kami tercatat di SMA favorit, tapi kelompok kami masuk pada bagian “penggembira” dan bukan kelompok yang serius dalam belajarnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post