Siang ini langit mendung, membuat langkahku semakin cepat menuju rumah. Motor yang kukendarai kutambah kecepatannya, karena ingin segera sampai. Ketika melewati warung kelontong, aku hentikan laju motor. Kuparkir dulu karena ada sesuatu yang harus dibeli. Cuaca semakin gelap, aku bergegas menyalakan mesin motor untuk melanjutkan perjalanan.

Kira-kira 10 meter arah rumahku hujanpun turun rintik-rintik. Aku gas lagi agar laju motor lebih cepat. Alhamdulillah akupun sampai ke pintu pagar rumah. Kupanggil anakku untuk membuka pintu,. Agak lama aku berada di depan pagar, dan kupanggil kembali anakku. Terdengar suara menjawab dari dalam, dan langkah kaki yang sedikit diseret menuju ke arah pintu pagar. "Sebentar ya, Mah!" Suaranya pelan sambil membukakan kunci pintu. "Ko lama de, lagi apa?" Tanya aku. Anakku tak menjawab hanya tersenyum saja. Aku sedikit menggigil karena kedinginan. Bajuku basah sebab tak sempat memakai jas hujan.

Pintupun terbuka, aku masukan motor dan sedikit berlari ke rumah untuk berteduh. Kubilas kepalaku supaya tidak pusing, lalu kukeringkan dengan handuk. Aku mengganti pakaian, kemudian menuju ke depan karena sedang ada yang membuat tanggul. Tanggul ini berfungsi untuk menahan dan mengarahkan air yang datang dari arah jalan supaya tidak turun ke rumahku.

Kulihat yang sedang kerja masih merapihkan pekerjaannya, walau hujan sudah mulai turun.

"Pa, hujan berhenti dulu!" Kataku menyuruh berhenti. "Sebentar tanggung!." Jawabnya.

Aku hanya memperhatikannya, sambil melihat air yang mengalir semakin deras. Aku berdoa semoga sekarang tidak banjir lagi ke rumah.

Kemudian aku mengecek ke samping rumah, ternyata airnya sudah menggenang. Alhamdulillah ternyata lama-lama surut juga. Aku bersyukur karena yang menjadi kehawatiranku tidak terbukti

Dan aku berdoa semoga hujan yang turun ini, adalah rejeki yang harus disyukuri. Aamiin.

Tantangan menulis hari ke-8#Tantangan Gurusiana

Cisarua, 20 Maret 2020

Tak ada kata terlambat.

Jika ada kemauan

@pojok hati pelipur lara