Menjelajah alam adalah hobiku. Walau langkah tak sekuat dulu, tapi semangat untuk mencapai titik puncak masih membara. Kepuasanku akan sempurna jika langkahku sudah sampai ke titik akhir. Di sana aku akan merasakan kedamaian yang tidak bisa ditukar dengan apapun. Tenang, bahagia, dan seulas senyumpun akan terlahir tanpa syarat. Ketika kakiku terhenti di tempat yang kutuju.

Seperti di puncak Kencana dengan ketinggian 1800.

Aku merasakan kedamaian yang sesungguhnya. Ucapan syukurpun berhamburan, tanpa bisa kuhentikan. " Masya Allah, Allahu Akbar!" Suara lembut keluar dengan perlahan. Kuulang dan kuulang terus sampai suaraku hampir tak terdengar.

Aku lihat samudera awan begitu indah berada tepat di hadapanku. Kutajamkan mata melihat sekeliling yang semuanya begitu menakjubkan. Betapa besarnya kekuasaan Allah, hingga kuraba hati ini betapa kecilnya aku dihadapanNya. Dan tak ada alasan untuk sombong atau merasa paling, karena yang paling itu hanyalah Allah Azza Wajalla. Sedangkan aku tak ada apa-apanya. Tidak ada hal yang bisa disombongkan.

Lalu akupun diam merenung untuk bermuhasabah.

Agar aku tak menjadi orang yang tak pernah bersyukur.

Untuk menghilangkan segala hal yang mengganjal di hati, biasanya aku berteriak dan memuntahkan semuanya. Seolah tak perduli dengan sekitarnya. Sehingga damaipun bisa dirasakan.

Memang yang kujelajahi tidak serumit dulu, paling hanya gunung yang tidak terlalu tinggi atau bukit, dan juga curug. Tapi menurutku semua itu bisa menjadi obat untuk menenangkan hati dan merefresh pikiran yang sudah terlalu penuh dengan segala kegiatan. Inilah yang kusebut dengan pengobatan hati, karena melalui tadabur ini bisa menghilangkan segala kejenuhan yang terkadang membuat jiwa bosan dan putus asa. Naudzubillah...

Tantangan Menulis Hari ke-5 #Tantangan Gurusiana

Cisarua, 4 Maret 2020

Tak ada yang terlambat

Jika ada kemauan

@pojok hati pelipur lara