Puisi; Tangisan seorang Ibu
Kepada anak-anakku
Layang-layang putih itu masih diam di lantainya
debu dan cuaca tak juga menerbangkannya.
Pohon kelapa di halaman, kursi di beranda, rumput teki masih bicara gigil yang sama.
Nak,
Musim berulang menterjemahkan getir ombak, pecahan karang . . .mengharapkan kau pulang
Alangkah camar
Alangkah laut
Serupa jejak-jejak kakimu yang tertinggal di sepanjang pantainya,
mengejar ombak, menebarkan tawa pada kerang-kerang, istana pasir, ikan-ikan kecil
masihkah semua itu tertinggal dalam hatimu?
Anakku, rindu Ibu telah dikaramkan gelombang
Air mata Ibu membutiri pasir-pasir putihnya pada doa hujan, perahu kertas, burung-burung semesta
Pulanglah nak,
Jangan biarkan igauan shabu-shaby, ekstasi, ganja, pil-pil itu mendongengkan bius angkara di nadimu
Menggelapkan bening matamu
Menyapu bersih segala atom-atom, senyawa, unsur dari ruang semesta hatimu
Ini Ibu, Nak. . .apakah kau masih mengenalinya?
Ibu yang merengkuh segala cemasmu
Ibu, tempatmu menderaskan luka-luka perjalanan itu . ..
Nak, biarkan Ibu menyentuh rambutmu
Mendekap sayap perihmu
Biarkan, walau senja telah melabuhkan duka di dermaga.
Masa depanmu masih panjang Nak, sepanjang doa dan kasih sayang Ibu untukmu . . .
Kembalilah nak, kembalilah pada Ibu. . .
Oktober 2017
Puisi karya Ana Rohdiana, M.Pd.
Penulis adalah guru bahasa Inggris di SMPN Unggulan Sindang Indramayu Jawa Barat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Puisi yang bagus
Terima kasih pak pujiannya. Alhamdulilah