Lia, salah satu sahabat terdekatku kembali datang menemuiku. Cukup lama kami tidak bersua bahkan di WA pun kami bicara seperlunya.

Hari ini dia menemuiku dan lagi-lagi membahas permasalahanku dengan mas Fian. Aku tahu dan menyadari bahwa niatnya ingin menyelamatkanku, kasihan melihat keadaanku, tapi bukan itu solusi yang kami pilih, kami mengikuti aturan yang ada. Memang butuh waktu yang lebih lama daripada jalanmu, tapi semua ini akan mengembalikan kami pada keadaan seperti semula.

Aku dan mas Fian memang mengahadapi masalah yang cukup rumit. Pada awal permasalahan itu hadir semua terasa begitu complicated, ruwet seperti benang yang tidak mudah diurai lagi. Dalam bayanganku jika diuraipun mungkin akan semakin kuat dan akhirnya harus dipotong.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu permasalahan kami mulai terurai dan kami menemukan solusi walaupun solusi itu pun bukan pilihan yang mudah. Namun setidaknya benang itu sudah lebih tertata. Kami menemukan banyak keajaiban dari permasalahan yang ada. Di situ kami dapat mengetahui bagaimana tipe-tipe orang yang membantu dan mencoba memberi solusi. Tipe yang mudah menyalahkan dan tipe yang mudah menyelesaikan semuanya melalui jalan "dukun".

Kehadiran Lia bukan untuk ikut membantu mengurai benang dan mencarikan jalan keluar. Tapi justru memotong benang tersebut. Kembali dia mengungkapkan jika dengan deadline waktu tidak ada solusi kami akan membantumu memotong habis semuanya.

Terasa aku kembali dihenpas pada titik nol. Walau tidak sesakit beberapa waktu yang lalu, namun luka itu kembali muncul, kembali berdarah. Kembali aku menangis lagi dan lagi.

Aku tak bisa mengikuti solusimu, sahabatku. Aku tak mau sakit ini semakin parah dan aku semakin terluka. Aku tahu ketulusanmu. Terimakasih sabahatku. Tapi jalanmu masih terasa kaku.

Sweet home, 15/10/2022