Purnama
Bulat, bersinar dilangit malam yang cerah. Entah berapa waktu sudah kulalui tak pernah ku memandang bulan dengan penuh kekaguman. Tiba- tiba ku ingin menikmati udara malam di malam ini. Putra putriku telah lelap dalam tidurnya bertemu dengan kisah-kisah di alam mimpi mereka. Pintu kubuka, suasana tampak terang dalam gelap. Sebuah kursi santai ku tarik lalu duduk bersandar menghela nafas dan menikmati suasana malam yang sunyi. Pondokku memang berada di sebuah perumahan yang sangat padat tapi sunyi dan senyap. Tidak ada berisik kendaraan lalu lalang dan tidak ada sorak sorai tawa anak kecil. Aku memang menyukai suasana sunyi seperti ini.
Sepi, hunian-hunian di sekitar rumahku tampak sunyi. Semua pintu tertutup rapat. Aneka cahaya redup teras depan rumah-rumah sekitarku, memberi nuansa bahagia sebahagia penghuni di dalamnya. Tak tertinggal lampu taman turut menyinari taman mungil yang cantik hingga tampak nuansa romantis. Sungguh pandai si empunya hunian- hunian itu mendekorasi huniannya hingga tampak asri dan romantis
Aku duduk dalam gelap, sengaja aku mematikan lampu penerang teras ini. 22.18 wib, ku lihat angka waktu di sudut ponselku. Esok aku harus terjaga pagi-pagi sekali seperti biasa, namun hal itu tak membuatku beranjak dari kursi ini. Ku layangkan pandanganku ku ke langit yang hitam. Langit malam ini tampak bersih dan makin menambah terangnya sinar bulan purnama walau awan-awan tipis sesekali berlalu melintasinya. Suara jangkrik kian lama kian terdengar di kesunyian malam memberi irama pada insan yang sudah terlelap dalam istirahat malamnya.
Pandangan ini selalu tertuju pada bulan yang indah itu. Membawa alam pikirku melayang jauh bagai mengejar awan diatas sana. Pasti jutaan manusia ada yang sedang memandangi bulan indah malam ini. Bulan, kini aku menikmatimu dalam indahnya malam di masa yang berbeda. Tapi kau tak pernah berubah. Kau tetap bulan yang cantik di malam yang cerah. Kau memberi sinar walau dalam keremangan. Aku teringat saat sinarmu menemani aku bermain riang di halaman rumahku bersama teman-teman masa kecilku. Sinarmu tetap sama. Saat tiba-tiba cahayamu redup, aku bergegas mencari ruang yang tak terhalang oleh pepohonan dan melihatmu ditutupi awal tebal. Akupun berharap hal itu tak berlangsung lama. Aku teringat pula saat malam minggu tiba dan kebetulan suasana malam dengan sinar bulan yang terang, 20an tahun yang silam. Suasana saat aku bersama kedua orang tuaku duduk bersantai di halaman rumah. Kami sengaja memindahkan kursi ke halaman depan rumah. Kami duduk-duduk sambari bercerita atau makan bakso keliling mas penjual bakso yang kebetulan lewat di depan rumah. Tak jarang bapak bercerita sambil menyelipkan beberapa pesan dan nasihat kepadaku. Suasana seperti ini sangat mengingatku pada kedua orangtuaku nun jauh disana. Bapak..., ibu...., mata anakmu ini sedang memandangi bulan seperti waktu dulu. Adakah bapak, ibu menikmati suasana malam ini bersama. Aku rindu ingin menikmati suasana ini bersama lagi seperti dulu. Ya Allah, sehatkan, panjangkan umur kami dan kabulkanlah harapan-harapan ini. Amin.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Amin Ya Rabbal'alamiin..
Wow. Diksinya luar biasa. Bunda Dewi. Jangan lupa untuk berkunjung ke tulisan saya.
Terimakasih pak Aly atas kunjungannya di tulisan saya. Sudah di follow. Salam kenal.