Andi Hery Harjum

Seorang pendidik yang ingin terus belajar termasuk memulai belajar menulis. Apapun itu asal bisa dipertanggungjawabkan, untuk itu bimbingan dari teman seka...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Koneksi Antarmateri - Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Filosofi patrap triloka Ki Hajar Dewantara (KHD) sangatlah berpengaruh terhadap pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa filosofi ini terdiri dari: (1) Ing Ngarsa Sung Tuladha, (2) Ing Madya Mangun Karsa dan (3) Tut Wuri Handayani. Jika kita hubungkan dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, filosofi patrap triloka KHD ini bermakna:

1. Ing Ngarsa Sung Tuladha bermakna di depan mampu memberikan teladan atau contoh yang positif. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan sebaiknya perlu berbagai pertimbangan serta analisis-analisis yang tepat, hal ini disebabkan keputusan yang diambil akan menjadi contoh bagi murid-muridnya baik di dalam kelas ataupun di sekolah.

2. Ing Madya Mangun Karsa bermakna di tengah membangun karsa/kemauan/semangat. Guru yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil sebuah keputusan hendakanya bisa mempertimbangkan dan memberikan karsa atau semangat dan kemauan untuk terus meningkatkan potensi murid-muridnya.

3. Tut Wuri Handayani bermakna dari belakang memberikan dukungan. Maksudnya adalah keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya senantiasa memberikan dukungan penuh berupa dukungan fisik maupun moral demi pengembangan potensi yang dimiliki murid-muridnya.

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang guru yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran tentunya mempunyai pengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan. Nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, empati atau rasa kepedulian terhadap murid-murid ataupun orang-orang yang berada di sekitar kita. Sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya seorang guru tertanam nilai-nilai dan prinsip ini bahwa keputusan yang akan diambil akan berdampak kepada orang lain. Senantiasa berperilaku positif dan memegang erat nilai kejujuran serta bertanggung jawab dalam kesehariannya agar menghasilkan sebuah keputusan yang tepat dan efektif serta lebih mengutamakan tanggung jawab sebagai seorang pendidik dibanding kepentingan-kepentingan pribadi. Nilai-nilai keyakinan bahwa kita sebagai manusia ciptaaan Allah SWT bahwa segala sesuatunya termasuk keputusan yang diambil akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya tentunya akan menguatkan kita dari hal-hal negatif yang akan mempengaruhi keputusan-keputusan sebagai pemimpin pembelajaran di kelas maupun di sekolah.

Pendampingan yang diberikan pendamping dan fasilitator pada sesi coaching sangat banyak membantu guru sebagai pemimpin dalam pembelajaran terutama dalam pengujian dan pengambilan keputusan. Pada sesi coaching, guru sebagai coachee mampu mengeksplore berbagai solusi yang efektif dan optimal serta mengembangkan potensi yang dimilikinya termasuk pengetahuan-pengetahuan yang baru didapatkan. Dengan begitu nantinya akan berdampak positif bagi guru dalam membuat keputusan yang berpihak pada murid dengan harapan dapat membantu mereka dalam mengoptimalkan serta mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika jika dihubungkan dengan kasus-kasus terdahulu sebelum mengetahui paradigma, prinsip resolusi dan langkah-langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan, pembahasan kasus hanya ditekankan pada pertimbangan keadaan atau situasi masalah dan keputusan yang diambil hanya berdasarkan intuisi kita sebagai seorang guru.

Keputusan yang tepat seharusnya menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Untuk memperoleh keadaan ini harus didasari oleh 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Guru perlu menentukan paradigma dilema yang terdiri dari individu lawan masyarakat, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, dan jangka pendek lawan jangka panjang. Selain 4 paradigma, guru juga harus menentukan prinsip pengambilan keputusan yang terdiri dari berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli. Ada 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran yaitu:

1. Mengidentifikasi nilai-nilai yang saling bertentangan

2. Menentukan siapa yang terlibat

3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

4. Pengujian benar atau salah, yang terdiri dari (a) uji legal, (b) uji regulasi/standar profesi, (c) uji intuisi, (d) uji halaman depan koran dan (e) uji panutan/idola

5. Pengujian paradigma benar lawan benar

6. Menerapkan prinsip resolusi

7. Investigasi opsi trilema

8. Pengambilan keputusan

9. Melihat kembali keputusan atau refleksi.

Dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika tentunya akan mengalami kesulitan-kesulitan seperti nilai-nilai dan budaya yang dianut oleh lingkungan sekitar, paradigma berpikir serta pemilihan skala prioritas dalam menangani sebuah masalah atau kasus. Namun jika didasari nilai-nilai seperti kolaboratif, memanusiakan hubungan dengan sesama serta reflektif pada akhirnya secara perlahan bisa menginternalisasi pengetahuan tentang pengambilan keputusan yang tepat dan efektif.

Seperti pada penjabaran di atas bahwa keputusan yang tepat dari seorang pemimpin pembelajaran adalah dengan terciptanya lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman dan nyaman sehingga berimbas pada murid yang merdeka belajar, murid yang mampu bernalar kritis dan berperilaku positif sehingga dapat mengembangkan potensi dan bakat yang mereka miliki. Guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan yang tepat dan efektif tentunya akan mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya sembari berharap mencapai kebahagiaan dan kehidupan yang setinggi-tingginya.

Bob Talbert pernah mengatakan “Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best” yang artinya mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik. Mengajarkan murid sesuatu yang berharga/utama dengan penanaman karakter memang membutuhkan pembiasaan dan waktu yang lama hingga menjadi sebuah budaya positif. Guru sebagai pemimpin pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting bagi murid-muridnya. Peran sebagai pendidik, pengajar, penuntun seharusnya mampu menumbuhkan budaya-budaya positif lewat keputusan yang diambil dengan kesadaran penuh tanggung jawab seperti pengintegrasian kompetensi sosial emosional di dalam pembelajaran. Keputusan-keputusan yang diambil melalui pembelajaran berdiferensiasi diharapkan mampu mengakomodir keberagaman murid melalui praktik-praktik pembimbingan atau coaching dengan harapan meningkatnya kompetensi, potensi dan bakat yang murid miliki sehingga melahirkan profil pelajar pancasila.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisannya sangat menginspirasi dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

12 Apr
Balas

Tulisannya sangat menginspirasi dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

12 Apr
Balas

Tulisannya sangat menginspirasi dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

12 Apr
Balas

Tulisannya sangat menginspirasi dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

12 Apr
Balas

Terima kasih bu guru. Salam dan Bahagia

14 Apr



search

New Post