Andri Ananta

Lahir dan tinggal di Kuningan. Menyelesaikan SD s.d. SMA di Kuningan (SDN 3 Purwawinangun, SPENSA, SMANDA). Menyelesaikan S1 jurusan Bahasa dan Sast...

Selengkapnya
Navigasi Web
SURAT CINTA DARI JALAN BRAGA

SURAT CINTA DARI JALAN BRAGA

Bandung, 12 November 1989

Teruntuk Adinda tersayang,

Mohon maaf jikalau datangnya surat ini mengganggu kesibukan dinda. Maafkan pula jikalau surat ini mengganggu pula kenyamanan dinda.

Dinda sayang, selayaknya embun yang menetes dari pepohonan di pagi hari. Yang tetesannya menembus dedaunan dan merambat pelan melewati sela-sela dahan, lalu luruh dan jatuh ke tanah. Maka demikianlah pula hati dan jiwa kanda sekarang. Sejuk namun hampa.

Dinda, dapatkah kiranya kau bayangkan. Kanda hidup jauh terpisah dari orang terkasih di keramaian dan hiruk pikuknya kota ini. Orang berkata kota ini, kota terindah di bumi. Kota yang teduh dengan rimbun dan hijaunya pohon-pohon dengan rumah-rumah tuanya sepanjang tepian jalan. Tapi bagi kanda, tak ada artinya jika kanda jauh dari dinda.

Dinda, kanda tahu bahwa dinda tak berkenan dengan kepergian kanda yang tak memberi kabar jauh sebelumnya. Bukan kanda bermaksud demikian. Tapi kanda tak kuasa bila behadapan denganmu dan mengatakan bahwa kanda akan pergi.

Tapi tahukan dinda? Saat bubaran sekolah terakhir kita bertemu, dan seketika itu pula kau pulang tanpa menolehku. Maka di situlah kanda tahu bahwa kau sedikit tak berkenan dengan sikapku. Kanda tahu harusnya kanda menghampirimu dan menegaskan semuanya bahwa kanda terus akan menyayangimu. Harusnya kanda tegaskan bahwa kisah kita tidak selesai di sini.

Dinda…kanda tahu, saat kau keluar dan hampir sampai gerbang sekolah, tiba-tiba kau sekali saja menoleh ke belakang dan menatapku. Kanda tahu dan faham, harusnya kanda segera menyusulmu dan menahanmu, lalu mengatakan semuanya. Maaf dinda, kanda telah teramat naif dan bodoh.

Di kota ini, kanda tersiksa, dindaku. Bukan tersiksa karena pengapnya kamar kost dan bisingnya kota. Bukan pula karena galaknya dan judesnya guru-guru SMA-ku. Tapi kanda tersiksa karena di sekolahku ini tak ada engkau.

Dinda sayang… selalu saja kanda khayalkan bahwa kau ada di sini. Di kota ini. Lalu kanda menjemputmu dan mengajakmu pergi. Mengajakmu berjalan menyusuri jalanan Braga yang indah ini. Tentu saja akan kugenggam tanganmu. Mari kita telusuri saja trotoar ini sambil berpegangan tangan. Maka di ujung trotoar itu yang ada kursi tamannya, kanda akan mengajakmu duduk di situ.

Di Braga ini, akan kubacakan puisi-puisi indah. Puisi tentang embun pagi dan hijaunya dedaunan. Pula tentang indahnya dan semaraknya warna warni bunga-bunga bougenvile. Tak lupa pula akan kupetik bunga mawar merah muda di pot trotoar itu lalu keselipkan di rambut indahmu. Dan dinda lihatlah pelangi di ufuk itu, jikalau kau mau dan aku mampu, maka akan kupetik pula pelangi itu untuk ikat rambutmu.

Dinda sayang, di Braga ini, akan kubacakan pula cerita-cerita romantis tentang Romeo dan Juliet. Supaya kau tahu bahwa walaupun kanda bukan Romeo dan kau bukan Juliet, tapi cinta kita akan melebihi cinta mereka. Cinta kita akan abadi. Dan kuyakin pula kau akan mendengarkan cerita-cerita kanda ini. Tentu saja kau akan rebahkan kepalamu di pundakku. Jangan khawatir, kanda akan elus rambut indahmu.

Lihat Dinda, sepasang burung gereja yang hinggap di undakan trotoar dekat pelukis jalanan itu. Dapatkah kau amati baik-baik burung-burung itu. Nah, yakinlah dinda, kisah kita akan lebih kuat dari kisah kasihnya burung-burung itu.

Lihat Dinda, burung-burung itu terbang dan hinggap di pohon besar samping kursi tempat duduk kita. Sepertinya mereka mengajak kita untuk pula terbang seperti mereka. Jangan khawatir dinda, dengan cinta kita yakinlah Dewi Amor akan meminjamkan sayap-sayapnya pada kita, hingga kita bisa terbang mengejar burung-burung itu. Tapi tidaklah dinda, janganlah terbang, lebih baik kita hampiri saja pohon besar tempat burung-burung itu hinggap. Dan jika berkenan mari kita ukirkan nama kita di batang pohon itu : IMAN LOVE EUIS.

Dindaku… dengarkanlah. Kanda akan selalu jaga hati ini. Usahlah kau risau karena takkan ada gadis-gadis di sini yang mampu menggantikan pesona senyummu. Demikianlah pula denganmu Dinda, maka kau jagalah benar hatimu. Yakinkan kanda, kau pun akan setia dan menunggu kedatanganku. Hingga suatu saat nanti, di kursi trotoar Braga ini, kita akan duduk berdua sambil bercerita tentang kisah kasih Romeo dan Juliet dan kisah kasih sepasang burung gereja yang hinggap di pohon besar yang ada ukiran nama kita.

Dindaku…demikian kanda tuliskan surat ini sambil duduk sendirian di kursi trotoar jalan Braga. Sambil kubayang wajahmu…

Salam sayang selalu untukmu adindaku .

IMAN HARISMAN

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus sekali diksinya pak Andri, coba Bapak kembangkan jadi novel saja, Bapak ceritakan bagaimana awal bertemu hingga perjalanan menuju perpisahan, lalu selipkanlah surat ini dalam novel Bapak. Bahasanya sudah bagus dan mengalir. Gak kalah sama penulis novel yang lainnya.

30 Jan
Balas

Terima kasih banyak. Akan saya pertimbangkan. Terima kasih masukannya

30 Jan

sudah saya baca dg baik mas

30 Jan
Balas

Terima kasih mas

30 Jan



search

New Post