Andri You

Sejak 2007 mulai aktif mengajar, saat ini menjadi mentor dan coach juga fasilitator beberapa sekolah penggerak, sekolah berbasis alam dan komunitas pendidi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Berguru Langsung Pada Maestro: Pola Pendidikan Efektif dan Meaningfull
Bersama Maestro Permaculture Pak Iskandar Woworuntu

Berguru Langsung Pada Maestro: Pola Pendidikan Efektif dan Meaningfull

Berguru Langsung Pada Maestro: Pola Pendidikan Efektif dan Meaningfull

Kedatangan

Tetiba di area Bumi Langit siang tepat waktu adzan berkumandang. Suasana di Resto Joglo Bumi Langit sibuk dan cukup padat. Kami langsung disambut oleh tim Bumi Langit, Mbak Nung namanya yang langsung menyambut sumringah dan mengantar kami ke rumah panggung utama. Kami pun mengikuti langkah brliau berlahan sambil melihat dan memandangi alam sekitar yang masih sejuk walau sudah siang hari. Itulah Bumi Langit Imogiri.

Menuruni tangga di belakang resto Joglo Bumi Langit kami melewati beberapa bangunan khas Jawa, ada lumbung padi bertingkat full bangunan kayu, rumah limasan berbahan kayu tua, melewati beberapa area peternakan kambing dan sapi. Setelah menuruni jalan berundak kami melewati rumah produksi Bumi Langit dan barulah sampai di rumah panggung utama yang dijadikan pusat kegiatan kami.

Makanan Sehat, Halal dan Thoyyib

Sekitar pukul 14:00 kami menuju resto Joglo yang beberapa waktu yang lalu Obama sempat menikmati makanan special di sini. Lahap, penuh gairah dan nikmat plus hikmat kami menyantap ludes sajian menu siang ini, nasi berasal dari beras pecah kulit, opor ayam kampung, ikan guramih, tempe dan tahu nabati, sayur kacang panjang dengan sambel kecap dan sambel tomat plus kerupuk dan gadung menjadi penyemangat makan siang ini. Semua menu diolah dan diproses secara organik ala Bumi Langit. Maknyuss … dan ada sensasi lain kami melahapnya tanpa ampun. Kunjungan kami memang dalam agenda belajar ke Sang Maestro Bumi Langit yaitu Pak Iskandar Woworuntu.

Setelah makan siang secara resmi kami disambut Pak Is (panggilan untuk Iskandar Woworuntu Founder Bumi Langit), hampir dua jam tak terasa beliau memaparkan secara sosiologis dan teologis mengapa Bumi Langit ada di Imogiri Bantul.

Tidak lepas dari kisah inspiratif hijrah beliau, perjalanan Bumi Langit ini eksis sampai saat ini.

Spirit dan Nalai-nilai Luhur

Dimulai dengan pergumulan dan penemuan jati diri akan eksistensi kehidupan beliau melalui perjalanan yang cukup panjang, jatuh bangun dalam merantau ke beberapa wilayah seperti Bengkulu, Bali bahkan Australia dan akhirnya mendapatkan hidayah pada tahun 2000 masuk Islam.

Spirit yang beliau tekuni adalah bagaimana sesungguhnya nilai-nilai luhur hadir dalam berinteraksi bersama alam, apapun profesi kita, dan apapun peran kita maka tidak cukup mengedepankan yang halal, namun harus thoyyib. Konsep inilah yang menurut beliau paling mengesankan, yakni tentang bagaimana konsep hidup dalam Islam tidak cukup dengan memilih yang halal saja, tetapi ada thoyib yang harus diupayakan hadir sehingga menjadi kesempurnaan hidup yaitu halalan thoyyiban.

Sambil sesekali memotivasi dan memberi penegasan kepada kami, bahwa apa yang dilakukan Sekolah yang mengutamakan karakter sudah sangat tepat, mendidik bersama alam dan mengutamakan keluhuran dan kemuliaan kearifan lokal merupakan bentuk ikhtiar menjadi thoyyib. Pesan beliau, pendidikan tidak akan berhasil kalau tidak mampu menghadirkan kerjasama antara guru, orangtua dan masyarakat serta alam secara bersama-sama.

Secara, beliau juga memaparkan bagaimana dirinya harus hijrah, ber”uzlah” dari hiruk pikuk dunia mekanistik-industrialistik yang orientasinya hanya keuntungan materi yang sebenarnya membahayakan kehidupan dan keberlangsungan umat manusia itu sendiri.

Mengapa Bumi Langit?

Sejak revolusi industri digulirkan jelas memang banyak yang dihasilkan oleh manusia dengan teknologi yang dibuat, namun dampak residunyq terus berlipat, industri tidak sekedar ekplorasi alam, namun eksploitasi yang berlebih dan sangat merusak, dengan mimik wajah yang sangat prihatin beliau Pak Is menegaskan dampak industrialisasi telah melahirkan sikap keserakahan dalam mengeruk alam secara berlebih.

Padahal, menurutnya kalau berlebih akan melahirkan kesia-siaan yang berlanjut pada banyak residu “sampah” yang sulit diurai oleh alam. Walaupun sunatullahnya, alam akan sangat mampu memperbaiki dirinya melalui mekanisme alamiah, termasuk dalam mengurai residu-residu yang dihasilkan alam itu sendiri. Namun, karena intervensi eksplotatif manusia sangat massif maka alampun melalui sunatullahnya menghadirkan bencana.

Perilaku manusia yang eksploitatif dan materialistik yang berorientasi pada keuntungan “uang” sebanyak-banyaknya justru memiskinkan nilai uang dan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Secara mekanistik sejatinya manusia dimiskinkan dan terus kehilangan nilai dirinya, sehingga keberkahan alam yang harusnya menjadi rizki justru menjadi muncul residu “sampah” yang tak terbendung. Baik sampah secara “dhohir atau maknawi” yang semua itu mengundang hadirnya “iblis” yang harusnya dimusuhi.

Makan dan Dampaknya

Masih menurut beliau, sampah yang masuk kedalam tubuh kita seperti makanan-makanan yang diolah secara serampangan (modern) setiap harinya akan mengundang iblis untuk hadir dan mendekati kita, bahkan berusaha hinggap dan berupaya meninggalkan jejak disetiap sampah yang kita buat. Sehingga secara sadar atau tidak sadar kita terkena polutan, mudah sakitan, penyakit-penyakit aneh muncul. Bahkan, mungkin polutan yang masuk ke tubuh kita meresap dan menjadi penutup kepekaan jiwa kita untuk menerima kebaikan yang dihadirkan alam, seperti qonaah, tawadhu dll,.

Sikap “eksploitatif” berlebihan, bukankah diingatkan dalam ayat qauli secara ekplisit akan menjadi teman iblis, sehingga makanan yang kita konsumsi harus berasal dan diproses secara thoyyib, akni barasal usul kebaikan sehingga mampu menghadirkan jiwa peka terhadap kebaikan Allah yang dibentangkan dalam hamparan alam semesta.

Dalam Kitab Ihya Ulumuddin, menurut Pak Iskandar Woworuntu justru Imam al Ghozali menuliskan bab yang cukup tebal adalah membincang tentang makanan dan hakikatnya. Makanan akan berdampak pada perilaku sikap dan tindakan hidup manusia.

Topo Ing Rame

Jalan sepi yang dipilih Pak Is memang banyak konsekuensi, melalui bertani secara permaculture menjadi “topo ing rame” yang menurut beliau bagian dari “uzlah” agar menghindarkan diri dari berbagai polutan yang akan menghalangi dirinya menemukan keberkahan hidup. Topo ing rame juga sebagai sarana berinteraksi bersama alam, merawat dan menjaga sebagai kewajiban sebelum mengambil dan memanfaatkan hasil secukupnya dan tidak berlebihan.

Bukti keberkahan sikap dan pilihan hidup mulai nampak, hadirnya beragam tokoh termasuk Obama beberapa waktu lalu berkunjung ke Bumi Langit menjadi bukti bahwa memilih makanan yang halal saja tidak cukup, namun harus thoyyib. Thoyib dalam proses mengadakan, mengolah, menyajikan dan memanfaatkannya.

Berguru Ke Maestro

Seolah waktu demikian cepat, tak terasa kami sudah ditemani beliau hampir dua jam, Pak Is sebelumnya ketika muda mencoba mencari jati diri melalui seni, bergabung dengan bengkel teatre WS Rendra, lalu transmigrasi ke Bengkulu, pindah ke Bali dan pindah lagi ke Yogyakarta. Terinpirasi dengan kata thoyyib meyakinkan diri lillahita’ala untuk hijrah meninggalkan sistemik mekanistik yang tidak diridhai Allah, salah satunya adalah ekonomi sistem kapitalistik ribawi.

Kesimpulannya menurut Pak Is, kehidupan modern saat ini segala sesuatunya berlebih maka terjadi kesia-siaan. Berlebihan merupakan tindakan tidak thoyyib, termasuk sebagai contoh sesuatu yang masuk ke dalam tubuh kita sedikit demi sedikit akan terakumulasi menjadi penyakit yang berbahaya. Berlebihan mengkonsumsi gula melahirkan diabetes, dll.

Berbagai studi menyimpulkan, untuk menghancurkan manusia yang paling efektif adalah melalui makanan. Adam as. keluar dari syurga melalui bujukan makanan. Terimakasih Pak Iskandar Woworuntu salah satu Maestro Permaculture Indonesia yang secara formal hanya lulusan SMP namun melalui tempaan alam mampu menghadirkan banyak wisatawan asing juga belajar dengan beliau melalui Permaculture Design Course yang diadakan hampir setiap semester.

Kesimpulan

Dari uraian diatas, penulis berkeyakinan bahwa konsep magang, berguru langsung kepada maestro adalah pola dan metode yang sangat efektif untuk menemukan passion, kedewasaan, bakat individu. Sosok Iskandar Woworuntu bukan lahir dari kurikulum sekolah, karena beliau hanya tamat SMP, namun melalui merantau, bertemu banyak maestro beliau menjadi saat ini.

Bukankah belajar mengalami langsung berpeluang sampai 75% individu mendapatkan kompetensi baru yang diinginkan!.

Sudahkan sekolah kita merancang konsep magang dengan berguru langsung kepada para maestro?

Wallahu’alam. Semoga bermanfaat.

Jogokaryan, Yogyakarta, dinihari, 05 Januari 2018

Andri Y. (Catatan perjalanan berguru kepada maestro bersama para mentor dan management Sekolah Alam Tangerang)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallaah ...saya merasa harus pak untuk konsep magang ini kita jalankan.

05 Jan
Balas

Betul Bu Indrawati, kita dulu magang sudah terlalu tua ketika akhir kulaih saja, padahal praktik magang sudah diajarkan Nabi ...sukses Bu..

07 Jan



search

New Post