Andri You

Sejak 2007 mulai aktif mengajar, saat ini menjadi mentor dan coach juga fasilitator beberapa sekolah penggerak, sekolah berbasis alam dan komunitas pendidi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengapa Mereka Tumbang?

Mengapa Mereka Tumbang?

Namanya menjadi buah bibir. Bahkan, dirinya kerap diundang untuk menerima berbagai penghargaan karena segudang prestasi yang telah ia raih. Penghargaan demi penghargaan ia terima, mulai dari Walikota, Gubernur dan Kementeriaan Pendidikan ia dedikasikan untuk sekolah. Sebut saja namanya Sidiq, pelajar di sekolah swasta tingkat menengah yang mampu meraih UN (Ujian Nasional) tertinggi di tingkat provinsi. Sidiq berasal dari sekolah yang beberapa tahun sebelumnya dipandang sebelah mata oleh berbagai kalangan, khususnya tingkat rayon setempat.

Dari kebiasaannya di sekolah, Sidiq termasuk tipe anak pendiam, rapi dalam berpakaian, dan sosrot matanya tajam. Seperti pada umumnya teman-teman lain yang memiliki kategori kecerdasan (IQ) di atas rata-rata, ia sangat antusias terhadap hal- hal baru, ketika diminta menjelaskan bab tertentu secara cepat tangkas dan sistematis.

Hal lain yang Sidiq miliki adalah kemampuan dirinya dalam berdamai dengan ‘sabotase’ diri dan lingkungan yang terkadang tidak mendukung dalam mengekspresikan sebuah potensi dan prestasi yang pernah ia raih. Tidak jarang dalam mata pelajaran tertentu, ia mendapatkan sorakan dan cibiran “syirik” dari teman sekelas terhadap kemampuan dan potensinya.

Hal yang tetap Sidiq lakukan adalah ia berusaha tetap fokus dalam menuju goals prestasinya. Di antara contoh fokusnya adalah pada momen olimpiade nasional di sebuah perguruan tinggi negeri favorit di Jawa Tengah, Sidiq mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan karena harus ikut karantina khusus dan mendapatkan perlakuan sedikit istimewa dari program sekolah yang mengharuskan Sidiq keluar kota untuk bertarung dengan ratusan sekolah dalam olimpiade tersebut.

Walaupun sering mendapatkan perlakuan sangat personal, Sidiq tetap menjalankan aktivitas belajarnya dan sebisa mungkin bersosialisasi dengan semua temannya. Bahkan, dalam aktivitas di luar kelas sering membantu adik-adik kelasnya yang berkonsultasi dalam beberapa mata pelajaran tertentu yang ia kuasai. Kemampuan mengubah tantangan dan situasi yang kurang mendukung dimanfaatkan oleh yang bersangkutan untuk mengembangkan diri dalam mencapai prestasi tertentu merupakan sebuah kecerdasan lain yang ia miliki.

Untuk memperjelas bagaimana peran AQ dalam kesuksesan belajar seseorang, mari kita simak fenomena yang terjadi pada beberapa siswa menengah atas (SMA) lainnya. Namanya Namhar dalam usia yang masih sangat belia ia sudah mampu membuat buku cukup tebal dan diterbitkan oleh penerbit nasional terkenal. Bicara tentang akademik, tidak diragukan lagi ia sangat istimewa dengan ranah yang satu ini, IQ yang dimiliki di atas rata-rata dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya.

Namun, ia terpaksa harus keluar mengundurkan diri dari program beasiswa unggulan di sebuah sekolah “international”. Usut punya usut faktor ex, ketidakmampuan beradaptasi yang menjadi "kambing hitamnya", ia merasa tidak nyaman dan tidak sanggup tinggal bersama di student dormitory yang beragam karakter dan etnis. Belum satu semester di sekolah yang baru, akhirnya Namhar pindah sekolah, dan konsekuensinya dalam kecakapan tertentu yang menjadi program unggulan sekolah tersebut harus kandas, yang sebelumnya pernah menjadi mimpi Namhar dan orangtuanya.

Masih tentang peran AQ, sebut saja namanya Harbi, seorang siswa yang telah membuktikan dengan gemilang prestasi non akademik, dalam bidang tahfidzul qur’an ia tuntas menghafal kitab suci umat Islam ini dalam beberapa semester. Sementara, aktivitas sekolah tetap ia jalankan sebagaimana layaknya pelajar lain seusianya.

Bermula dari ejekan seorang teman dalam satu halaqah, bahwa suatu sore ia dihadapkan pada kesulitan untuk menyetor hafalan, tanpa sengaja temannya mencoba aktif mendengarkan apa yang Namhar setor sore itu, spontan temannya mengejek Harbi, “tampang Arab kok menghafal saja masih blepotan...”

Namhar terdiam, masih membisu dan membatin, apa salah saya? Teman yang setiap hari sudah akrab bersama suka dan duka dalam berjuang menuntut ilmu kok tega menghardik dirinya sampai melukai dan menusuk relung jiwanya, apa boleh buat kata-kata tadi sudah terucap, masih dalam pikirannya.

Malam hari, Harbi masih gelisah dan merasa ada yang salah dengan dirinya, sehingga temannya mengucapkan hal tadi, ia terus membatin dan tidak bisa menahan perasaan terhina, jiwanya bergemuruh, tapi ia belum tahu apa yang harus dilakukan.

Tanpa sadar ia sudah berada di atap lantai gedung sekolah berlantai empat itu, tepatnya altar favorit siswa untuk memandang langsung langit dan difungsikan untuk ruang jemuran pakaian. Langit saat itu sangat terang, Harbi dengan emosi memuncak seolah-olah ada yang menggerakan dan ia tidak mampu menolaknya mengarahkannya harus melampiaskan dengan tangan mengepal keatas meluncurlah kalimat afirmatif, “saya akan tunjukkan ke dunia kalau saya bisa menghafal al Qur’an secara sempurna sebelum lulusan ... !”

Harbi telah membuktikan, di hadapan hadirin haflah saat itu yang disaksikan oleh seluruh santri dan pimpinan sekolah, ia telah mampu mengkondisikan dirinya hafal 30 juz yang terdiri dari 6.236 ayat dalam kurun waktu kurang dari empat semester, tepat sebelum ia lulus dari sekolah tersebut, pencapaian yang sebelumnya belum pernah ia bayangkan.

Justru, di acara syukuran tersebut ia menyampaikan banyak terimakasih kepada teman yang pernah mengejeknya dahulu. Kemampuannya berdamai dengan diri dan orang lain telah mengantarkan prestasi ini. Karena banyak prestasi non akademik yang diraih kemudian, Harbi saat ini sedang mulazamah (pendidikan khusus) dan hafal ribuan hadits bersama beberapa ulama di Kota Haramain. AQ telah berperan dalam pribadi Harbi.

Kecerdasan inilah yang sangat menentukan kesuksesan seseorang dalam menjalani fase kehidupan mereka untuk meraih cita-citanya. Faktor kecerdasan inilah yang kemudian oleh Stoltz disebut sebagai kecerdasan tahan malang atau adversity quotient (AQ). Semoga bermanfaat ...

"IQ saja tidak cukup, untuk mencapai kesuksesan seorang siswa butuh kecerdasan-kecerdasan lain, termasuk AQ."

Andri "You" Yulianto

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post