Bukan Corona Penyebabnya
Ternyata lebaran tahun lalu adalah lebaran terakhir bersama ayah. Biasanya selesai sholat Idul Fitri di lapangan kami bersama-sama langsung mengunjungi ayah dan ibu lengkap anak cucu dan menantu. Ayah tinggal bersama ibu sambung tidak jauh dari kediaman orangtua kami. Kemudian kami bersama-sama menyantap hidangan lebaran yang sudah disiapkan ibu. Kami akan melahap semua dg suka cita. Setelah semua hidangan usai, kami kembali ngobrol, dan ayah akan memulai dengan interogasi semua cucu bliau, mulai dari yang tertua sampai yang terkecil. Uniknya ayah selalu punya pertanyaan yang mendebarkan bagi cucu-cucu beliau, seolah-olah ayah tahu persoalan apa yang sedang berkecamuk di pikiran mereka. Acara ini disusul dengan pembagian THR dengan nominal yang sama untuk semua cucu. Setelah itu giliran kami anak-anak dan menantu. Kami hanya berdiskusi lepas, namun pasti akan membawa sesuatu pulang sebagai oleh-oleh buah pemikiran dan pencerahan dari ayah. Hingga mendekati waktu sholat Dzuhur, kami pamit untuk pergi mengunjungi kerabat lain
etapi hari itu kami hanya bisa hadir sebentar dan sebagiannya saja. Aku harus buru-buru kembali ke kotaku. Adikku pun demikian, harus segera kembali ke kotanya, karena ada tamu tak diundang mengobrak abrik rumahnya tadi malam. Adikku yang satunya lagi menenuhi permintaan mertuanya untuk lebaran bersama keluarga besar suaminya. Dan kakak kami yang sulung mampir sebentar saja karena harus menjumpai mertuanya yang terbaring di rumah sakit. Suasana lebaran di rumah ayah hari itu tidak seheboh biasanya. Dengan berat hati, kami segera pamit dan berjanji lebaran tahun depan akan kembali berkumpul seperti biasanya. Meskipun ayah mengangguk sambil tersenyum, namun rasa kecewa terpancar di wajah beliau.
Maafkan kami ayah.... Apakah pedih hatimu saat itu melebihi kepedihan hati kami hari ini tanpa ayah? Lebaran ini ayah sudah tiada, semoga ayah tenang di alam sana dan semoga Allah menempatkanmu di tempat yang dan sebaik-baiknya. Namun andai ayah masih ada ternyata kami tidak akan bisa juga memenuhi janji kami, karena corona telah menutup semua jalan dan pintu rumah saat ini.
Satu hal yang dapat kami petik, bahwa berbuat baik kepada orangtua tidak boleh ditunda, tidak boleh dijanjikan.
Maafkan kami ayah ...
#hari ke 6#
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap bun, Mohon maaf lahir dan batin
Makasi bu santhy.. Ucapan yang sama...maaf lahir batin.
Semoga Almarhum papa ditempatkan di tempat mulia amin
Aamiin....makasi dinda Kasbi..