#hari_tantangan ke 170#

*

Si Guru Kecil

*

Setiap malam Latif, anak tetangga sebelah rumah datang ke rumah Mama Ane. Belajar mengaji. Latif sudah berumur 8 tahun tetapi belum bisa baca Qur'an. Apalagi pada kondisi pandemi, tidak ada anak-anak mengaji di TPA. Mereka belajar bersama orangtua di rumah. Sayang sekali Latif tidak mau belajar dengan ibunya. Dia memilih belajar dengan Mama Ane. Apa mungkin karena ibu pemarah?

Malam itu Mama Ane kurang enak badan dan tidak bisa mengajar Latif. Althaf keponakan Mama Ane masih berumur 5 tahun membantu Mama Ane mengajar Latif. Dia mulai dengan membaca satu persatu suku kata pada buku Iqra' dan meminta Latif mengulang nya. Althaf terlihat senang. Dia sangat bersemangat. Mengajar seperti bu guru mengajarinya di sekolah. Beda dengan Latif, sangat tersiksa. Dengan susah payah Althaf mengajak Latif agar bisa membacanya. Ajakan itu disambut Latif dengan menguap berkali-kali. Biji matanya berwarna merah seperti kepiting rebus. Sering Althaf mengingatkannya agar tidak menguap. Sungguh lucu melihat 'pak guru kecil' itu. Sekali- sekali dia melompat di atas kursi.

Setelah belajar satu jam, Latif segera pamit. Dengan mata berbinar-binar dia langsung berlari berkumpul dengan teman-temannya. Ternyata hari itu sungguh sia-sia. Tidak satupun lekat di kepala Latif. Semua yang dipelajarinya juga menguap hilang bersama angin. Ketika kutanya Althaf apakah dia bosan mengajari Latif, dia langsung jawab,"Tidak bu...justru abang Latif yang bosan", jawabnya sambil bermain mobil-mobilan. Aku kaget mendengar jawabannya karena menurutku melompat-lompat di atas kursi artinya 'bosan'.

*