Si Tukang Telat
Setiap pagi ibu selalu berteriak, "ayo berangkat cepat, nanti kamu telat". Kujawab, "Ya bu.." Kusuap nasiku hingga tidak sebutirpun tersisa di piring. Lalu kukemasi buku-bukuku yang seharus nya sudah terkemas sejak tadi malam. Aku tetap tenang. Ibuku sudah duluan berangkat karena ibu tidak pernah mau datang telat ke sekolah di mana ibu mengajar. Terakhir kupasang sepatuku dan langsung berangkat tanpa melihat ke jam dinding, karena aku yakin aku memang sudah telat serta bergumam.."tenang...tidak mengapa..telat sedikit..".
Di depan gerbang bapak satpam sudah menungguku dengan wajah datar, mungkin beliau sudah bosan melihat aku si "tukang telat", sambil menyodorkan buku catatan kasus siswa telat. Untuk kesekian kalinya kuisi lembaran itu tanpa beban, lalu berlalu sambil mengucapkan terima kasih kepada bapak satpam.
Pagi ini, seperti biasa ibu tetap saja mengingatkan aku agar tidak telat, tetapi pagi itu ada sepotong kalimat ibu yang berbeda dengan hari-hari sebelumnya. "Ibu tidak akan memenuhi panggilan sekolahmu jika itu kasus telat, tetapi jika ibu harus datang ke sekolahmu karena prestasimu turun, ibu bersedia datang". Kalimat itu terngiang- ngiang di telingaku sepanjang jalan menuju sekolah. Kupikir ini berbahaya jika ibu benar-benar dengan ancamannya. Namun hal itu kutepis dan aku nikmati perjalananku menuju sekolah.Oups! Di depan gerbang sekolah, seperti biasa bapak satpam menyambutku dengan wajah sama sperti hari-hari kemaren. Kuisi lagi lembaran catatan keterlambatanku, kali ini ada sedikit galau di hatiku...jangan-jangan memang terjadi apa yang dikatakan ibu tadi pagi. Kuayunkan langkahku sedikit berat menuju kelas.
Tepat jam istirahat, sebelum semua siswa keluar kelas, ibu guru BK masuk kelas dan memanggil nama beberapa orang siswa agar menemui beliau di kantornya. Hatiku berdegup kencang menyimak nama-nama yang disebut beliau, lalu seperti disambar petir aku mendengar namaku..dipanggil.. Seketika kujejali langkah ibu guruku dengan rasa takut, "ternyata takut juga ya.." bisik hatiku kecut. Aku duduk di kursi tepat di depan meja ibu guru, aku tidak berani memandang wajah lembut beliau hingga kudengar kalimat itu keluar dari mulut bliau, "Besok ibu kamu harus menemui ibu di sini karena kamu sudah telat lebih dari dari lima kali". Aku mengiyakan namun tidak mendengar lagi apa yang disampaikan ibu guru kepadaku selanjutnya karena kepalaku dipenuhi oleh pertanyaan "bagaimana aku harus mengatakan semua ini kepada ibuku...". Aku keluar dari kantor itu langsung menuju kelas dan kusembunyikan surat panggilan itu ke dalam tas ku kemudian aku bergabung dengan teman-teman yang menodongku dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatku makin ciut.
Hari itu aku pulang ke rumah lebih awal dari hari-hari sebelumnya, bukan karena aku ingin segera memberitahu ibuku, tetapi karena aku sudah kehilangan selera bercanda dengan teman-temanku sepanjang perjalanan pulang.
Malam menjelang, seperti biasa setelah sholat Magrib, kami makan bersama. Ada ayah ibu dan adikku satu-satunya. Kucoba menyuap nasiku, lalu kulirik ayahku dan ketika kualihkan pandanganku ke ibuku, hatiku tersayat...bagaimana caranya aku menyampaikan hal ini kepada ibu yang setiap pagi mengingatkan aku agar tidak telat. Dengan sekuat tenaga kukumpulkan keberanianku hingga kalimat itu meluncur juga dari mulutku, "Ayah..ibu..ada surat panggilan dari sekolah, besok ayah atau ibu harus datang karena aku selalu telat, jika ayah atau ibu tidak memenuhi panggilan sekolah aku tidak diizinkan belajar". Aku mengira beban itu sudah lepas dari pundakku, ternyata ayah ataupun ibu tidak meresponnya sama sekali. Aku tahu ini adalah kemarahan besar mereka. Beberapa saat setelah acara makan malam selesai, ibu menghampiriku dan berkata "Ibu tidak akan datang, sesuai dengan apa yang pernah ibu sampaikan, untuk kasus telat ibu sangat malu, kamu bujuk lah bibimu". Kemudian ibu meninggalkan aku, tanpa kusadari airmataku menetes, aku menyesal dan sangat sedih, aku tidak terima kenapa ibu tega berbuat begitu.
Belasan tahun berlalu, aku masih mengenang kisah ini, dan aku makin sedih karena sebenarnya aku lah yang telah melukai ibu. Maafkan aku ibu...
#ke 3#
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Bun
Makasi komennya ibu..
Makasi komennya ibu..
Makasi komennya ibu..
Makasi komennya ibu..
Makasi komennya ibu..
Makasi komennya ibu..