Andriza Revina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Siswa Berkumis

#hari_tantangan ke 10#

Ini hari pertama ujuan semester genap. Aku mendapat jadwal mengawas di kelas di samping kantor tata usaha.

Aku guru baru di sekolah itu dan kulihat sebagian besar murid-muridnya berusia dua atau tiga tahun di bawah aku. Badan mereka besar dan beberapa di antara mereka ada yang berkumis bahkan agak tebal. Aku tidak pernah mengajar mereka karena jadwalku hanya kelas X.

Aku melangkah dengan pasti sambil mengapit lembaran soal. Sesampai di pintu masuk kelas kuucapkan salam menyapa mereka pagi itu, lalu dengan tenang sambil menebar senyum aku langsung menuju ke meja guru di pojok kiri.

Ketua kelas langsung komandokan teman-temannya untuk berdoa sebelum ujian dimulai. Setelah semua siswa siap untuk mengikuti ujian, aku mulai menyampaikan tata tertib peserta ujian. Satu hal yang aku tekankan agar mereka tidak berlaku curang saat ujian. Dan kami sudah sepakat jika nanti terjadi kecurangan, maka mereka bersedia menerima ganjarannya.

Setengah jam pertama, semua berjalan lancar dan aman. Namun tiba-tiba aku melihat salah seorang dari mereka mengeluarkan buku catatan yang ternyata didudukinya. Dengan yakin dia mulai membuka lembaran buku itu berniat mencari jawaban di sana. Aku mendekati serta menegur dan langsung mengambil bukunya. Saat aku berbalik menuju ke mejaku, tiba-tiba yang berkumis agak tebal protes atas tindakanku dan berkata sambil berkacak pinggang,"Ibu...kembalikan buku teman saya!". Aku menyambutnya dengan mengingatkan kembali kesepakatan yang sudah dibuat sebelum ujian dimulai. Tanpa kuduga, dia marah...dan berkata bahwa temannya berhak melakukan itu. Aku berpikir sejenak, apakah karena aku masih terlalu muda dan punya postur tubuh kecil, maka siswa ini sangat berani kepadaku. Tiba-tiba ide itu muncul, aku langsung menjawab tantangannya dengan berkata," Ok, kalian tidak suka ya saya mengawasi kalian hari ini, baiklah..saya akan minta tolong bapak kepala sekolah saja yang menggantikan saya", sambil aku berjalan menuju pintu keluar. Sekali lagi kudengar suara itu," Tunggu ibu...jangan bapak kepala sekolah, dan tidak usah ibu kembalikan bukunya, kami akan melanjutkan ujian ini". "Oow..ternyata ampuh juga siasat ini" batinku sambil tersenyum.

Untunglah kejadian seperti itu hanya sekali seumur hidupku menjadi guru.

Dan peserta didikku mau diajak jujur saat ujian. Alhamdulillah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah. jujur itu mahal

29 May
Balas

Ya, sangat. Semoga siswa kita selalu tahu itu sehingga mereka tidak membiarkan jujur pergi dari hatinya.

29 May

Keren

30 May
Balas

Makasi pak..

30 May



search

New Post