Arto Moro (bag. 2 tamat)
(Tembang dolanan anak)
....
Pak Botak melihat dedaunan yang tumbuh menempel di tembok² taman hotel...
Jelas sekali, walau ia mengenaken kacamatanya.
Padahal itu waktu malam hari, seperti bertambah tajem penglihatannya menjadi 10 kali lipat.
Wow...
Ini penelitian luar biasa bagi pengetahuan.
Otaknya pak botak dikeluarken, kemudian dikeplak keplekken diantara telapak tangan kanan kiri!
Sampai berubah wujud permukaan otak tersebut kayak permukaan kulit genderuwo, e... Malah tidak tambah rusak penglihatannya, malah tambah sharp!
Luar biasa!
Semua orang meng geleng² ken kepalanya tanda tak dapat dipercaya.
Semua ketenggengen!
Sebelum habis kekaguman itu, tiba² semuanya semburat berlarian keluar taman seperti mengejar sesuatu, menuju gedung... hingga terus keluar dari hotel.
Otomatis, akupum ikutan mengejarnya kerana latah...
Berlari...entah apa kejadian selanjutnya...
Tiba² waktu berubah menjadi sore hari setelah sebelumnya tadi malam.
Kali ini ada sekumpulan anak² yang mengenaken pakaian khas adat rakyat jelata Jawa.
Menyanyiken tembang dolanan semacam suklu² Batok atau ilir² dengan begitu semangatnya.
Dengan riang diselingi bunyi² an kenong, sembari bertepuk tangan serta me lompat² kecil berjoget mengikuti irama.
Ada cahaya damar atau oncor saja pada pusat perkumpulan itu hingga aku masuk ke dalam kumpulan & mencoba mengabadikennya pada layar hapeku...
Kucari angle yang fokus.
Mau jepret wajah anak² itu, e... Hilang focusnya...
Kucari lagi anglenya sampek berulang kali hingga dapatlah akhirnya dapatlah angle yang pas...
Tapi, sekali lagi... Ada saja masalahnya. Pencahayaannya yang kurang bagus kali ini.
Remang² kerana hanya dengan bermodalken cahaya damar yang men jilat² apinya kerana tertiup angin yang datang dari arah mana saja.
Ya, sudahlah...
Setelah puas menjepret, tiba² aku kembali tersadar...
"O, tadi kemanakah orang²...?" ter heran², "Loh, sekarang aku kok sama Tsabit anakku yang masih duduk dibangku kelas 8 Tsanawiyah...?"
"Ayo Yah... Ayok. Keburu ditinggal teman² ne Ayah loh... Ayok, cepat....cepattt Yahhh.... !" ajak Tsabit sambil me narik² tangan kananku kencang.
Aneh, kenapa kok tiba² anakku ada disini ya...?
Atau mungkin tadi Tsabit habis maen & ber joget² sama anak² yang mengenaken pakaian Jawa plus blangkonan itu ya...?
Ah... Mumet aku.
Aku kemudian mengikuti tarikan tangan Tsabit & berlari keluar dari perkumpulan tembang dolanan anak² itu.
Berlari, berlari, berlari & terus berlari... Hingga tetep, gak ketemu yang kami kejar.
Sekarang malah didepan ada lapangan luas dengan seluruhnya di semen blawu.
Aku men cari² rombongan teman² ku yang berlari tadi, tapi... tetep saja gak terlihat.
Kemudian Tsabit menarikku kembali agar aku mengikutinya ke kiri.
Ada sebuah rumah dengan arsitektur lama khas Jawa.
Kami masuk.... & lamat² terdengar suara wanita serak,
"Arto Moroooo... Arto Moroooo Arto Morooooo.... "
Kudapati dua orang didalamnya.
Pak Najib yang gemuk tadi & seorang wanita... juga gemuk berpakaian kayak pengantin dengan busana kebayak warna hijau tosca bersanggul rambutnya...
Pak Najib juga begitu...
Berbusana ala pengantin Jawa dengan kepala berblangkon.
Aku hanya memandanginya saja tanpa bisa ber kata².
Mulut ini seperti tersekat, tak bisa mengeluarken sepatah kata pun walau memaksa.
Yang terdengar hanya suara serak wanita itu,
"Arto morooo... Arto moroooo... Arto moroooo... "
Entah apa maksudnya.
Tapi kalau diartiken dalam bahasa Endonesa adalah,
"Uang datang... Uang datanggg... Uang datang....uang datang"
Waduh!
Lah maleh kayak pesugihan ini...
Bijimana...?
Pak Najib seperti berwajah sendu sedih menatapku kosong...
Tsabit menarikku kembali untuk keluar rumah... & kembali kami berlari menuju ke lapangan yang keseluruhannya bersemen blawu (abu²) tadi.
Kali ini aku dapati lagi penampakan aneh. Anak² perempuan sedang ber baris² dengan rambutnya yang panjang tergerai sambil membawa tongkat pramuka. Wajah anak² perempuan itu tak terlihat kerana tertutup dengan rambut panjangnya...
Drap drap drap drap drap drap drap...!
Suara derap langkah kakinya kompak terusss terusss & terussss.... hingga melewatiku.
Kemudian kami berlari, lari lari & lari lari lagi...
Hingga sampai pada terakhir lapangan. Mendapati hutan hijau didepan seperti suasana yang ada di pedesaan.
Kami berdua ter heran²...memandangi pepohonan hijau itu. Pohonnya tinggi² tapi kurus²....
Kok begini...?
Hingga keluarlah tiba² dari pepohonan itu, seorang satpam berseragam biru dongker, bertopi.
Kulitnya hitam & wajahnya bercambang walau tidak begitu lebat.
Kami senang...
Segera menghampirinya & bertanya,
"Pak pak pak pak pak..." dengan napasku yang masih ter senggal².
"Iya...? Ada apa pak?" jawab satpam itu dingin.
"Tahu kah bapak serombongan orang yang berlarian disekitar sini tadi pak...? Pakai pakaian batik"
Pak Satpam memandang ke arah lapangan...
"O, ada. Ada tadi saya lihat rombongan orang² berpakaian batik pak... Mereka berlarian me mutar² lapangan kayak orang² bingung gitu pak... Entah apa yang sedang mereka² kejar. Padahal didepannya tidak ada apa² loh pak. Disana pak! Disana... Ditepi lapangan. Berlarian diluar, di pinggir² lapangan... me mutar² tanpa terlihat wajah capek diwajah mereka sama sekali..."
Kemudian aku berbalik badan.
Siapa tahu aku lihat mereka sedang ber lari² muncul dari belakangku...
Ah, kosong...
Tiba², pak Satpam mendekapku dari belakang.
Kenceng, kenceng & kenceng sekali dekapannya...akh!
Hingga sampai² aku gak bisa bergerak sama sekali... & sulit benapas,
"Eps eps eps eps... Pppp pakkkk... Eps eps... Pakkk.... " erangku mencoba membebasken diri.
Kulirik Tsabit anakku yang ada berdiri mematung disebah kiriku.
E, ia malah berubah menjadi berwarna hitam pada seluruh tubuhnya... & akhirnya lenyap tertiup angin....
Aku tetap meronta tanpa suara...
Hingga sekelilingku berubah menjadi malam.
Aku tetap masih dalam dekapan Satpam yang kulihat kearah perutku tangannya berubah menjadi berwarna... penuh bulu² hitam, kayak genderuwo...
"Akh akh akh akh..." aku tambah keras meronta tanpa suara, "aps aps aps aps.... Akhkkk... Akhhhh... "
Benar² sulit bernapas sekarang... & bergerak apalagi, hingga tubuhku akhirnya ber goyang² kencang.
Kencang, kencang & kencang...
Kudengar lamat² dari goyangan kencang tadi suara seorang wanita..
"Bangunnnn... Hei hei hei... Bangunnnn... Sudah siang loh... Sudah siang... Bangun. Ayok, sudah siang... Tuh sudah jam 05.30 wib. Entar telat subuhannya."
Akh!
Akhirnya aku bisa membuka mata & bernapas lega... terbebas dari dekapan makhluk hitam tadi.
Kembali bisa bergerak.
Alhamdulillah....
Aku tertegun menatap langit² hijau rumahku...
Pandangannku masih tampak kosong...
Oo, tenyata mimpi buruk....
Alhamdulillah...
Kulihat disekitarku...
Tak ada otak merah kusam, anak² jawa dolanan, lapangan blawu, pengantin hujau tosca, perempuan rambut panjang baris & satpam hitam... genderuwo...
Amannn...
Hiks
Thanks bunda e tsabit anakku...
Yang telah menyelamatkanku dari mimpi buruk barusan....
(Tamat 1-2).
Kendalpayak, rabu 1 november 2017 pkl. 18.57 wib.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar