"Pesennya Bapakku dulu, kalau bangun rumah jangan berdekatan. Harus pisah kemana² gitu, jangan ngrumbel gandeng disini semuanya. Tahukah kamu, saudara itu kalau deket dia akan bertengkar... Tapi kalau jauh, akan kangen/rindu. Makanya, aku pingin anak² ku jangan berdekatan kalau bikin rumah... Harus saling berjauhan, agar muncul rasa kangen. Kalau kangen... Ngumpul jadinya akan enak. Heuheuheuheu" cerita Pak Kardjan saat ku ziarahi haji kerumahnya bersama dengan saudara² ku walau sudah hampir sebulan ia telah berada di tanah air, alias ziarah yang telat, krik krik krik krik....

Kembang gulo klopo ijo itu sedikit demi sedikit kukunyah,

Krenyes krenyes krenyes...

Manis gurih di mulut hingga tertelan langsung menuju perut.

Terasa nyaman sekali sensasi vanilanya dengan sedikit asin²nya.

Kelapa yang masih hijau sebagai pilihan awalnya, benar² membuat mulut gak mau berhenti untuk terus mengunyahnya. Ya, semirip kayak ngunyah es degan ijo lah...

"Aku sangat berterima kasih sekali kepada almarhumah bapakku" lanjut pak Kardjan, "dengan ide nya yang seperti itu... Saudaraku yang semuanya 8 orang itu, jadi bisa saling mengunjungi satu dengan lainnya. Jadi nyaman & ngangenin, heuheuheuheuheu... Ayok ayok, silahken dinikmati lagi kembang gulonya... Ibunya anak² yang bikin... Maklum, jajanan djadoel... Ya, syukur² kalau masih ada orang yang sukak."

Ya, baru kali ini aku ziarah haji menemuken jajanan djadoel khas Endonesah tersaji bersama dengan kurma, kismis & kacang arab...

Malah yang laris kusantap dengan saudara² ku serta ibuku adalah kembang gulo klopo itu...

Ya, mungkin saking rindunya ngremus kembang gulo itu ya...?

Sensasinya bener² manis diantara deretan gigi². Membuat bahagia, bernostalgia dengan suasana jajanan djadoel masa lampau....

Jl. Basuki Rakhmat, senin 16 oktober 2017 pkl. 12.41 wib.