Andy Firmansyah

Seorang Pengawas MI & RA kab. Malang Jatim...

Selengkapnya
Navigasi Web
Makan Sego Geritan Menyebabken Lumpuh!
Arrrrggggghhhhh....

Makan Sego Geritan Menyebabken Lumpuh!

Suasananya gak begitu ramai.

Hanya nampak beberapa orang sepertinya diruang guru.

Aku masuk dari ruang belakang.

Hmmmm...

Kucium aroma wangi nangka, hmmm, maniiiisss...

Hidungku kembang kempis.

Kulihat nampak dari belakang, Pak guru Sakip lagi menikmati itu nangka.

Nangka yang dibawakan sama Pak guru Sutikno habis ngunduh (ngambil) dari kebunnya.

Pak guru Sakip nampak begitu menikmatinya, tanpa mempedulikan yang lain.

Aku jalan masuk dibelakangnya saja, dia gak menyadarinya. Kusapa aja dia,

"Ati-ati kalau makan nangka. Bisa sakit perut!" ujarku, "bisa mencret!"

Dia menoleh kepadaku, sembari tersenyum agak menyerigai,

"Halah! kata siapa?" sergahnya sambil tetap menikmati daging nangka susu yang manis lagi lembut mbubur.

Terlihat kuning merona tajam dan berserat pada nangka yang ada ditangannya.

Daging nangka itu berbalut dami disamping-sampingnya dengan warna dami yang agak kekreman. Aromanya benar-benar menggugah selera,

Zzzzztttt...hmmmm...

Tembolokku naik turun menelan ludah.

Aroma manisnya menusuk hidung langsung menuju ke ubun-ubun.

Manis menyeruak dàri jemari-jemari tangan Pak Sakip yang dengan penuh kelembutan hatinya, ia kupas itu daging dari betonnya. Dan selanjutnya, masuk mulut, mengunyahnya tanpa henti.

"Ya, maksudku, kalau betonnya juga dimakan, baru perut gak akan mencret Pak, heuheuheuheu..."

"Ah, bisa aja sampeyan ini...kalau itu, baru betul...ngomong yang jelas dooong...dimakan betonnya juga. Gituuu....Satu aja cukup! jangan banyak-banyak..." jawab Pak guru Sakip, "soalnya aku juga selalu kunyah satu saja betonya untuk penetralnya. Jadi walaupun makan banyak, gak akan sakit perut! nih, lihatlah perutku...aman!"

Mulutnya masih sibuk mengunyah. Dan dia berkata lagi,

"Aku punya temen di Pacitan sana. Seringkali adu kuat-kuatan makan nangka. Kuat-kuatan makan nangka jadi tradisi dikampungnya kalau lagi musimnya. 2 buah nangka yang besar-besar disiapkan. Temenku sanggup habiskan. Seringkali dia menang. Perutnya gak sakit. Gak mencret dia. Kulihat bagaimana caranya dia makan banyak nangka, tapi gak mulas perutnya. Aku amati terus. E, ternyata...betonnya juga ikut dimakan juga...dikunyah! tapi gak banyak-banyak...itulah resepnya. Dan kutiru ini sekarang kalau lagi makan nangka...heuheuheuheu..."

"Emang enak betonnya Pak?"

"Ya, sedikiti getir-getir gitu...sampeyan cobalah..." sembari menyodorkan biji beton itu kepadaku.

Tapi aku gak mau.

Tiba-tiba dari pintu belakang muncul Bu Sri.

"Itu berarti sama juga istilahnya dengan habis makan, badan jadi lumpuh" seloroh Bu guru Sri yang nampaknya baru selesai dari kelas, "itu makanan khas Blitar. Habis makan sego gerit, rata-rata mereka bilang, badan jadi lumpuh!. Membuat orang itu menjadi lumpuh tiada berdaya!"

"Hah! yang bener Bu...? kok bisa lumpuh?! tanyaku serempak diamini Pak guru Sakip.

Kami berdua bengong. Bertanya-tanya dalam hati. Makanan apa kok bisa sampai mengakibatkan lumpuh?

Aku harus tahu, biar gak salah makan! kalau sampai bisa mengakibatkan lumpuh, aku gak akan mau mencobanya. Gila apa! Kayak gak ada makanan lain aja...

"Begini, di Blitar, di daerahnya Bu guru Maidah itu, ada salah satu makanan yang sangat khas sekali.

Sangat disukai orang-orang sana. Sampai-sampai ada istilah, kalau gak makan itu makanan, kurang mantab! bukan orang Blitarrrr..."

"Apa itu Bu?" tanya Pak guru Sakip.

"Sego gurit!

Nasi jagung...tahu kan?" jawab Bu guru Sri.

Kami berdua hanya mengangguk saja.

"Gurit?" baru dengar aku.

"Itu...jagung yang sudah dikutili (berupa kayak beras) itu. Kemudian diselep (digiling) lembut. Setelah itu di pususi (dicuci) dengan air. Kemudian didang (dikukus), lalu dijemur kering sekering-keringnya dibawah terik sinar matahari. Pas, seperti sekarang ini. Pas musim kemarau.

Jadilah sego gerit. Bisa tahan sampai 3 bulanan. Sangat awet sekali.

Sewaktu-waktu kalau mau memasak, ya tinggal dikasih air panas saja itu gerit. Ditaruh di tempat semisal panci kecil, kemudian disiramin air panas. Gerit akan akan mumbul (naik) dikit. Kemudian, gerit itu sudah matanglah dan siap untuk dimakan deh...

Biasa dicampur sama nasi yang di guyur dengan jangan (sayur) pedas dan itu yang bisa menyebabkan lumpuh."

"Hah?! kok bisa....?" tanyaku.

"Jangan mengada-ada Bu guru Sri...bisa saja sampeyan (kamu) itu. Gak masuk akal..." bantah Pak Sakip, sembari mulutnya sibuk menguyah.

Kali ini bukan daging nangka, tapi isi nangka. Beton.

"Begini...kalau gak habis, gak akan berdiri orang yang makan sego gerit sama jangan (sayur) itu...saking ueeeenaknya! heuheuheuheuheu...

Sama dengan Pak Sakip kalau makan kacang kemarin. Aku sempet melihat sampeyan makan kacang bawang itu. Kalau kacangnya gak habis, gak akan berdiri kan sampeyan? Makan kacang nggarai (menyebabkan) lumpuh.

Lupa berdiri saking enaknya.

Jangan (sayur) Bung, tempe bongkrek (bungkil), kacang panjang.

Jangan Blendi, (lombok di wungkulkan/diutuhkan) itu sangat nikmat sekali untuk mengguyur sego gerit...nikmat dan membuat mongah-mongah (mulut kepedasan) mulut.

Kalau kulino (terbiasa) akan kuat perutnya. Bagi yang suka pedas. Malah kadang gak kerasa itu rasa pedasnya dimulut, padahal sampai sekilo cabainya pas bikin sayur lodeh!.

Gak tahu pakai ilmu apa kok bisa kuat sampai sebegitunya menahan pedas.

Kalau aku, sedikit cabai saja sudah kepedesen. Mata bahkan sampai berair. Aku gak kuat pedas!"

"O..." kami berdua hanya geleng-geleng kepala aja...

Ternyata, cuma istilah saja ya?...kirain lumpuh beneran...hehehhe...(tuwas mikirrr).

Makan sego gerit jangane (sayurnya), jangan kacang pedes. Gak akan berdiri kalau belum habis itu makanan.

Duduk terus sembari menikmatinya. Kekenyangen...malah kadang tambah ndlosor (tertidur kekenyangan) jadinya. Gak bisa bangun-bangun lagi...

Maknyusss...

Lumpuh!

Dan pernah, orang jl.Raya Sepanjang itu wanita. Ibu-ibu.

Sukanya makan yang pedas-pedas atau suka sekali makan sayur lombok.

Dia sangat sangat sangat suka sekali, malah gak bisa berhenti kala mulutnya sedang menikmati lombok.

Ketagihan!

Akhirnya, dia meninggal karena usus buntu. Itu kata dokter yang memeriksanya.

Entah kebanyakan lombok atau ada sebab lainnya.

Kendalpayak kab. Malang, 3 November

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post