Banyak guru terlena dalam zona nyaman, dibenaknya mengajar untuk memenuhi kewajiban jam mengajar. Banyak guru cara mengajarnya kurang baik dan membosankan. Hal ini menjadi momentum tepat untuk mengkritisi soal kompetensi. Rendahnya kualitas pendidikan tidak bisa dijawab dengan cara mengubah kurikulum atau mengganti menteri. Kualitas pendidikan bisa dijawab oleh kualitas guru. Guru professional dan berkualitas adalah jaminannya. Tanpa perbaikan kualitas guru maka kualitas pendidikan akan tetap "jauh panggang dari api", akan tidak memadai.

Tak ingin menjadi guru yang terlena, masa pandemi ini membuat saya mengintropeksi diri dan mencoba menggali potensi untuk memperkuat kompetensi dengan teknologi. Mengikuti berbagai pelatihan pengembangan diri selama pandemi adalah hal tak terlupakan, bisa menjalankannya dalam kondisi diluar kebiasaan. Berusaha meningkatkan budaya literasi, melihat dan merasakan, sharing dengan orang terdekat, serta mencoba hal-hal baru. Semoga memberi inovasi dengan kreasi untuk mencari solusi pembelajaran dalam keterbatasan. Karena kreativitas guru adalah kunci keberhasilan pembelajaran selama masa pandemi.

Semoga kita selalu dapat menjadi guru yang senantiasa menyumbang sebagian tenaganya, pikirannya dan waktunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru yang memiliki semangat melahirkan generasi berkualitas dan cerdas, bukan hanya naik kelas, tetapi menjadi pribadi yang terpuji dan mampu meraih mimpi. Yang penting adalah ketulusan, karena ketulusan akan membuat sosok guru tetap menjadi inspirasi.