Koma Tanpa Titik
Koma Tanpa Titik
Workshop Penulisan Bahan Literasi
Senin yang melelahkan. Setelah aktivitas pagi yang menantang adrenalin, tumpukan kertas sudah menunggu untuk diselesaikan. Menjelang siang, terdengar kurangnya rasa syukur dari hembusan napas yang sesekali resah. Pasalnya, setelah berlarian dengan argument yang akhirnya kumenangkan, pagi ini kuraih rekomendasi para ahli untuk melanjutkan studi ke Universiy of Glasgow. Tempat dimana segala mimpi yang selalu melayang selama 30 tahun ini.
Cahaya retinaku menyentuh kembali beban pekerjaan di atas meja. Kali ini, kuraih satu berkas yang membosankan. Merancang sebuah sistem Homeschooling yang akan ku terbangkan ke Bekasi. Kurang lebih, tiga jam ku habiskan waktu untuk mengevaluasi standar operational prosedur organisasi Homeschooling Primagama Bekasi. Urat-urat leherku menegang tapi kebahagiaan seketika menyeruak. Ku lihat jam dinding menuju angka tiga senyumku mengembang. Segera ku langkahkan kaki untuk mengemas pakaian pendukung penampilanku nanti. Sepeda motor telah siap untuk kembali bertugas. Ia membawaku melaju menuju Harper yang terletak di pusat kota Yogyakarta.
Mengikuti workshop penulisan bahan literasi memang sudah terjadwal, tetapi fikiranku melayang entah dimana. Cuitan motivasi yang dituangkan oleh pemateri memacu adrenain. Memaksa segala memori muncul. Kilatan bayangan senyum para siswa menghiasi hati dan fikiranku. Ku raih pena, mewujudkan obsesi diri, untuk menuliskan sebuah buku bertajuk rasa cinta untuk kalian. Siswa teristimewa yang telah banyak menginspirasi.
Hanya ada koma dari ribuan titik mengenai cerita kita. Tak akan pernah berakhir, meski lembaran di sekolah telah usai. Seperti sebuah pepatah tua berkata “tuliskan kebaikan temanmu di batu pualam, agar kekal abadi”. Hal inilah yang mendorongku untuk menulis sebuah buku tentang kalian. Tulisan yang akan berceloteh mengenai cinta tanpa batas dan mengisyaratkan tempat spesial yang tak akan pernah terganti.
Akan ku ceritakan kisah kita pada dunia, sehingga banyak yang memahami bagaimana seharusnya guru dan siswa bersahabat. Akan kuselesaikan kisah kita sebelum Glasgow menyapa. Tentang persahabatan yang akan terukir abadi di buku pertamaku.
Oleh: Anggo Marantika
Penulis adalah peserta workshop literasi GTK PAUD dan Dikmas
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masyaallah dahsyat!
Terimakasih Pak Eko
Luar biasa, tulisan yg renyah, gurih dan kriuk. Sukses selalu dan barakallah
Terimakasih Ibu Siti