Perlahan aku seka peluhku yang  merambat pada leherku, terasa agak panas ruang yang cukup luas dan terdapat AC. Suara letupan letupan alat yang terpasang selang pada perut pasanganku serta suara alat yang tak kutahu satu persatu membuyarkan lamunanku. Entah berapa selang yang terpasang. Aku duduk selonjoran pada bed cover yang aku gelar, menatap pasanganku yang mendengkur lembut, serasa ada kelegaan padaku. Wajahnya tampak agak sendu. 

Semalam pasanganku tak pernah dapat rehat. Bahkan aku serasa turut merasakan berdenyutnya  mual pada perutnya. Ukuran obat penyembuh luka dalam jantungnya terlalu kuat untuk lambungnya. Membuat mual seakan mau muntah namun tak kuasa. 

Aku mencoba menyuap pasanganku dengan makanan yang ada, dokter pun membantu untuk bertahan dengan menenangkan pasanganku pasca pembedahan jantungnya malam lalu. Dokter menyuruh mengunyah obat pereda rasa mual. Namun tak berpengaruh banyak. Ya, pasanganku harus melakukan bedah thoraks untuk penanaman katup jantungnya yang bocor. 

Setelah enambelas tahun bertahan ternyata harus bedah jantung juga. Aku bersyukur proses pembedahan lancar dan sukses. Aku tak sekejap mampu pejamkan mata saat berlangsung pembedahan. Aku luruh dalam sholatku dan doaku semalaman, tak sejenakpun aku dapat memejamkan mataku pada selasar lorong yang penuh dengan orang yang juga menunggu sanak saudara atau orang tua. Ada perempuan umur enampuluhan sebelahku yang menyapaku dan menenangkanku. Aku tahu Tuhan selalu membantuku, menuntun perempuan sebelahku untuk menjagaku dalam malam terberatku. Perempuan sebelahku menebar kekuatan padaku. Mendongeng yang lucu lucu  mampu membuatku tersenyum dalam dukaku. 

Semoga pada tahun keenam tahun pasca pembedahan jantung pasanganku membawa kesembuhannya selalu. 

Semarang, 19 Feb 2022