FAKE DUKUN (tantangan guru hari ke-5)
part 4 (terakhir)
Air mineral penolak balak?... kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku. Drama itu terlalu banyak bumbunya. Aku, Wiji, dan Tutik menampakkan wajah serius seolah-olah balak telah mengintai kami. sedangkan Yanti, si polos itu, masih terlihat ketakutan walaupun dia tidak melakukannya. Anik diam tertunduk, wajahnya memucat dalam ketakutan, tapi dia mampu menyembunyikan rasa takutnya itu.
"Ya, betul, itu bukanlah air tolak balak. itu adalah air yang akan membuat sakit pada pemakainya. Namun, jangan kuatir, saya sudah menyiapkan ramuan tolak balak yang asli, asalkan siapapun yang merasa mengambil jaket itu, minta maaf ke saya dan mengembalikan semua barang serta uang yang telah hilang di kostan ini. Saya hanya ingin kalian jujur serta bertanggung jawab dengan apa yang kalian perbuat. Saya tunggu sampai tiga hari. Apabila dalam waktu tiga hari, semua barang dan uang tidak kembali, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada kalian." jelasku panjang lebar.
Kulihat Anik masih menundukkan kepala, entah apa yang dia pikirkan. Akupun juga tidak berharap banyak akan kembalinya jaketku. Yang penting bagiku, sudah memberikan solusi bagi permasalahan di kostan ini. Malam itu kami tutup dengan hati penuh geli.
"Uhukk...uhuk...uhh..." Sepagi ini, tiba-tiba kudengar erangan batuk yang kuat dari kamar mandi.
"Ji, siapa di kamar mandi? tanyaku pada Wiji yang duduk dekat jemuran untuk antri ke kamar mandi.
"Anik, mbak. mulai tadi batuk-batuk terus!" jelas Wiji
"Tapi kok kayaknya batuk palsu ya? maksudku dibuat-buat, gitu!"
"Iya, kena balak." sahut Wiji setengah cekikikan. Aku terkekeh.
Aku kembali ke kamar, rebahan sambil nunggu antrian mandi. Terdengar lagi suara batuk dari luar kamarku. aku beranjak keluar kamar. Kulihat Anik dengan posisi setengah menunduk, tangan kiri memegang perut, dan tangan kanan memegani mulutnya sambil batuk-batuk.
"uhuukkkk..uhukk.."
"Kenapa kamu, Nik!"
"Aku sakit, mbak...!" katanya dengan wajah memelas.
Tapi aneh, aku tidak merasa simpatik sama sekali. aku malah merasa kesal melihatnya. Batuknya terkesan sekali dibuat-buat. Itu bukan suara batuk orang sakit!
"Hati-hati ya.. aku sumpahin kamu sakit beneran!" ketusku sambil ngeloyor pergi.
Heran! Kenapa dia bertingkah begitu?
Sebelum nyales, seperti biasa kami kumpul dulu di kantor. Kami akan diberikan motivasi oleh pak Manajer. di Kantor sudah banyak yang datang. Anik datang sedikit terlambat. Dia datang dengan batuk-batuk.
"Uhuukkk...uhukkkk..! Dia berbatuk sambil memegangi perutnya. Pak manajer mendekatinya.
"Ada apa, Nik? Kamu sakit?" tanya pak Manager.
"Iya pak! saya sakit parah!" sahut Anik
Mendengar jawaban itu, aku, Wiji dan Tutik berpandangan.
"Anik pura-pura sakit kena balak!" ujar Wiji
"Dia terlalu takut untuk mengakui perbuatannya. Mungkin baginya, lebih baik sakit daripada jujur!" lanjut Tutik.
Dalam hati, aku tertawa saja melihat tingkahnya.
Setelah memberi motivasi, pak Manajer mengijinkan Anik untuk tidak nyales hari ini. Dan dia meminta kami berdo'a bersama untuk kesembuhan si Anik. Uphss..
Jadilah, Anik sendirian di kostan, dan kamipun pergi mengais uang dengan nyales.
Jam lima sore, kami baru selesai nyales. Sampai di kostan, hal yang biasa kulakukan pertama kali adalah ambil jemuran. Wiji dan teman lainnya langsung masuk ke kamar masing-masing. Mataku menatap salah satu jemuranku! Ada jaket biruku! loh.. darimana datangnya! Segera kuambil jaket biruku, langsung aku menuju ke kamar untuk memberitahukan pada Wiji dan Tutik, bahwa Jaketku sudah kembali. Belum sampai ke kamar, Wiji, Tutik dan Yanti keluar secara bersamaan dari kamar. Kami bertemu di ruang tamu. Wiji, Tutik dan Yanti mengangkat amplop berisi uang. Uang yang di amplop Wiji berisi 100 ribu, Yanti 50 ribu, dan Tutik 50 ribu. Itu adalah besaran uang yang dicuri Anik! Aku angkat jaketku, kutunjukkan pada mereka. Kami saling berpandangan dengan mata berbinar-binar. Kami melompat-lompat kegirangan!
"Yesss... kita berhasilll...! teriak Wiji
"Ga sia-sia kita jadi dukun! fake dukun!" Lanjut Tutik dibarengi dengan tawa secara bersamaan. Yanti hanya menyumbang sedikit tawa, karena memang tidak tahu bahwa itu sudah kami rencanakan sebelumnya. Dia hanya gembia, karena uangnya sudah kembali.
"Tapi.. jepitku ga kembali!" sahut Yanti
"Sama, kaosku juga ga kembali!" sambung Tutik
"Sudahlah..yang penting uang kembali. Eh... sebentar... di mana Anik?" tanyaku
"Loh.. iya.. di mana Anik?
Kami tersadar, Anik tidak ada di kost an. Yanti masuk ke kamarnya. Dia sekamar dengan Anik. Dibukanya lemari Anik. Barang-barang milik Anik tidak ada! Anik pergi!
Kepergian Anik membuat kostan kami menjadi lebih tenang. Tidak ada lagi barang atau uang yang hilang. Namun, kami tidak mengetahui sama sekali kemana Anik pergi. Kami sudah tanya ke teman-teman sekantor yang mungkin tahu keberadaannya, tapi mereka semua tidak tahu.
Maafkan kami, Anik. Bukan maksud kami untuk berbuat jahat padamu, tapi ini adalah shock teraphy agar kamu berbuat jujur. Sebenarnya, kami berniat untuk menjelaskan fake yang kami buat, setelah dia mengembalikan barang dan uang kami.
Anik sudah memilih, lebih baik pergi daripada mengungkapkan kejujuran.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Muda2han Anik dapat hidayah ya bu...