Tak salah Rio memilih istri. Berparas cantik, sederhana, bersahaja, penuh kelembutan saat bertutur kata. Aura keibuan pun melekat di wajahnya. Telaten dan penuh kesabaran mengasuh kedua putrinya. Tak pernah terdengar suara bentakan selama bersama kedua putrinya yang masih balita. Tak ayal Rio sangat bangga memiliki istri sepertinya.

Namun sudah sebulan ini Rio tak pulang. Padatnya pekerjaan di luar pulau menghalanginya untuk bertemu dengan keluarganya. Kerinduan bertemu dengan sang ayah, membuat kedua balitanya ingin berjumpa. Bagi mereka pertemuan virtual tidaklah bisa mengobati rasa rindu. Demi keinginan si buah hati, sang istri berniat membawa mereka bertemu dengan sang ayah. Rio pun menyetujuinya. Karena ia tak punya pilihan lain.

"Halo, ayah, jemput kami ya, kami sayang ayah." Pinta anak pertamanya sesaat sebelum mereka berangkat.

Rio menunggu mereka di bandara. Pikiran kalut karena kedatangan pesawat terlambat. Dan yang membuat dia tiba-tiba pucat, mematung dan membisu adalah kabar bahwa pesawat yang membawa kedua anak dan istrinya hilang kontak dan diduga meledak, jatuh ke laut.

(Semoga husnul khotimah sobat)