Belajar Kecewa
Kekecewaan kita berkutat di seputaran masalah dunia. Kecewa dalam percintaan. Kecewa dengan pasangan hidup. Kecewa karena tertipu hingga bangkrut. Kecewa doa belum dikabulkan. Kecewa belum sukses dll.
Rasa kecewa, kesal, dan marah sering menghiasi etalase keseharian kita. Sayangnya, kita tidak memiliki kemampuan untuk menangkal perasaan-perasaan kecewa tersebut.
Boleh merasa kecewa karena rancangan hidup yang telah disusun begitu rapi tidak berjalan sesuai rencana. Mungkin apa yang telah dirancang selama ini bubar karena cobaan yang datang. Sesuatu yang diimpikan dan diusahakan gagal karena faktor keadaan. Gara-gara Covid-19 misalnya.
Nah, pertanyaan berikutnya adalah, pernahkah kita kecewa pada ibadah untuk bekal akhirat?
Kecewa tidak melakukan tahajud padahal ada waktu dan sering terbangun di malam hari. Saat terbangun malam hari itu adalah sinyal yang Allah berikan supaya melakukan tahajud.
Kecewa tidak melakukan sedekah yang lebih, padahal ada kesempatan dan uang yang lebih untuk bisa sedekah dan infaq. Misalnya infaq untuk membangun Masjid. Malah berhitung dan berhitung takut uang berkurang.
Kecewa tidak Salat ontime, padahal salat itu sudah ada jadwalnya yang tetap, malah lebih mementingkan meeting dengan client, bahkan datang 1 jam sebelum meeting, sanggup kita lakukan. Sementara salat ontime malah diabaikan.
Kecewa tidak meluangkan waktu dan menyisihkan uang untuk orang tua kita, padahal kita ada waktu buat orang lain, ada uang buat sahabat. Sementara buat ortu, malah gak ada waktu, gak ada uang karena habis gak disisihkan, kalau ada niat dan kemauan pasti bisa.
Kecewa lebih banyak mengeluh dibanding bersyukur, padahal bisa karena biasa, syukur itu bisa kita bangun dan dibiasakan.
Kecewa melupakan waktu dengan jauh dari Alquran, padahal waktu lebih banyak habis di kantor, di jalan dan di tempat hangout dengan teman teman. Jika diniatkan one day one juz, itu mudah, waktu luang banyak.
Kecewa tidak merutinkan salat rawatib, zikir, saat salat buru-buru seolah-olah kita dikejar waktu, tidak sempat berzikir, dan hanya salat wajib saja, padahal pemilik rezeki itu Allah, kenapa mesti kita malah buru buru? Ini kesempatan untuk dekat dengan Allah sang Maha Pemilik Segalanya.
Kecewa belum istiqomah di jalan Allah, padahal selalu ada kesempatan. Husnudzon terhadap keputusan Allah, karena itu pasti sesuai waktu dan takarannya. Saatnya menata porsi hidup dengan menyeimbangkan urusan dunia dengan akhirat. Bila harus kecewa maka seimbangkan, bukan melulu urusan dunia, tapi urusan akhirat juga harus diperhatikan.
.
Jombang, 10 Mei 2021 / 28 Ramadan 1442 H.
__________
#TantanganGurusiana
#Tantangan_365HariMenulis
#Tantangan_Hari_Ke22
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wow luar biasa
Terima kasih, bunda.
Wow luar biasa
Wow luar biasa