Anik Zahra

Anik Zahra adalah nama pena dari NI'MATUZ ZAHROH. Ia adalah seorang guru Bahasa Inggris di MTsN 5 Jombang, seorang ibu dari tiga orang anak, dan penyuka mu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ikhlas Tanpa Batas

Ikhlas Tanpa Batas

#TantanganGurusiana

#Tantangan_365HariMenulis

#Tantangan_Hari_Ke10

#LombaMenulis_PeriodeDesember

#KasihGuruTakTerbilang

.

Ikhlas Tanpa Batas

Sebuah masa di tahun 1998.

"Saya lebih mencintai mereka daripada hidup saya."

Begitulah kira-kira kalimat yang keluar dari mulut Pak Hasan, salah seorang kepala sekolah sekaligus guru inspiratif yang saat itu bercerita di depan saya dan teman-teman yang sedang melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat (KKN). Dalam sebuah ruang kelas yang hanya berisi beberapa buah kursi dan meja kayu, beberapa jendela, dan sebuah papan tulis hitam, yang tentu saja biasanya ditulisi menggunakan kapur.

Sekilas, tak ada yang istimewa di dalam kelas itu. Namun, kau tahu? Ruang-ruang di sekolah yang baru dibangun itu, berdiri pada lahan yang dikelilingi hutan jati yang dulunya menjadi perdebatan dengan Perhutani. Atas kesigapan Pak Hasan yang dibantu beberapa perangkat desa, akhirnya perdebatan bisa terselesaikan. Dan pembangunan sekolah bisa diteruskan agar mereka, anak-anak di desa pedalaman hutan itu, bisa belajar dengan nyaman.

Sebelumnya, sekolah itu hanya gubuk-gubuk yang terbuat dari bambu, dibangun atas swadaya beberapa guru dan rekan-rekan yang menginginkan perubahan bagi anak-anak di sana. Sebuah Sekolah Dasar yang menjadi pusat belajar anak-anak setempat.

Menurut Pak Hasan, sekolah itu menampung siswa dari tiga desa kecil di sekitarnya. Karena di desa yang letaknya di tengah hutan itu, belum ada SD. Dan tentu saja, perjuangan siswa-siswi hingga sampai ke sekolah itu, harus melewati derasnya air empat sungai yang bisa saja sewaktu-waktu menghanyutkan mereka.

Butuh berjam-jam hingga anak-anak "terpilih" itu tiba di sekolah dan bertemu dengan guru "pilihan". Sayang tak semua guru mau bekerja di situ, Pak Hasan adalah salah satu dari tiga guru yang mau menetap di desa itu dan membangunnya sebagai sebuah peradaban baru.

Pak Hasan mengatakan bahwa mimpi mereka adalah melihat para siswa dan siswi bisa meraih cita-cita mereka dan membangun tanah mereka sendiri. Ketika kami bertemu dengan anak-anak kebanggaan itu, mereka bercita-cita menjadi: dokter, perawat, guru, dan sebagian besar siswa ingin menjadi atlet sepakbola. Sungguh, semangat yang luar biasa, maka meskipun harus menempuh perjalanan yang beresiko setiap hari, mereka rela, mereka mampu, menerjang semua rintangan di kala dini hari, hingga tiba di sekolah setengah kuyup.

Tak sampai di situ, Pak Hasan juga mengatakan bahwa gajinya sebagai PNS harus diberi sebagian kepada dua guru lain, yang masih berstatus honorer. Jadi, ketiga guru yang ada di situ bisa mengajarkan 3-4 mata pelajaran sekaligus per orangnya.

Saya yang kala itu sedang melaksanakan program pengabdian masyarakat benar-benar merasa seperti teriris hati. Semangat para siswa dan guru di situ melebihi apa pun yang pernah saya temui. Mereka bersekolah tanpa sepatu, tetapi sudah memakai seragam. Tatapan tajam dan senyum lebar mereka seolah mengisyaratkan, "Percayalah, kami akan sukses."

Penuh harap. Bola mata yang bersarang dalam rongga itu, diam tak bergerak. Tegar. Tegak. Menghalau angin kencang dan mengabarkan semangat membara untuk membangun tanah mereka. Selama ini, tanpa alas kaki, tidak ada aspal, ketiadaan listrik, kekurangan BBM, kelangkaan bahan pokok, agaknya tak menjadi persoalan untuk mereka, apa lagi ketiadaan akses internet dan signal, tak jadi soal. Karena mereka telah hidup di atas tanah Tuhan. Maka dari itu, mereka ingin memberikan sesuatu pada tanah itu.

Jadilah kiranya harus ada guru-guru yang bertahan pada garis terdepan di wilayah pelosok seperti desa tersebut. Kini, saya telah menjadi guru seperti Pak Hasan. Tempat bekerja saya jauh lebih maju daripada sekolah tersebut. Banyak pelajaran berharga yang bisa saya terapkan untuk murid-murid saya.

Pak Hasan mungkin memang benar telah meninggalkan segala kemudahan dan fasilitas yang ia miliki, lalu memilih membangun peradaban baru mencerdaskan anak bangsa di desa yang terletak di pedalaman hutan. Dan kita boleh berbangga kepadanya, serta guru-guru lain yang berkhidmat untuk pendidikan.

__________

Catatan: Lokasi sekolah berada di dusun Nampu desa Pojok klitih Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang.

Jombang, 10 Desember 2020.

🌼🌼🌼🌼🌼

Profil Penulis

Anik Zahra, nama pena dari Ni’matuz Zahroh, lahir di Jombang 7 Februari 1978. Selain menulis dan mengisi blog, Anik juga aktif sebagai pendidik di MTsN 5 Jombang dan pemantik literasi di Perpusda Mastrip Jombang. Dia mengajar Bahasa Inggris sejak tahun 1999 sampai sekarang. Dia menjadi instruktur di Virtual Coordinator Training (VCT) SEAMEO SEAMOLEC Indonesia. Dia pernah menjuarai Guru Berprestasi tingkat Kabupaten Jombang pada tahun 2019 sebagai terbaik pertama.

Dia telah melahirkan beberapa buku antologi, yakni Best Practices in the Teaching of English (2011), Teaching English by Using Various Text Types (2012), Englishes for Communication and Interaction in the Classroom and Beyond (2012), Katalisator Tol Pendidikan (2020), Selaksa Rasa KBM Online (2020), Analogi Literasi Berbasis IT (2020), dan Jalan Pulang (2020). Buku solo pertamanya juga terbit tahun ini dengan judul Pejuang Sinyal: Metode Alternatif Pembelajaran Daring dalam Masa Pandemik Covid-19 (2020). Antologi kumpulan cerpen TITIKOMA [Ketika Kesedihan dan Bahagia Menyapa] adalah buku fiksi pertamanya yang diterbitkan oleh Pustaka Media Guru Indonesia. Dia bisa ditemui di [email protected] WA. 081216500401. Beberapa tulisannya bisa dibaca di Blog Gurusiana dengan surel https://anikzahra.com

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bun, semoga menjadi dominasi di bulan Desember ya bun,

10 Dec
Balas

Amiinnn ... Terima kasih supportnya Bunda

10 Dec

Mantap sekali

10 Dec
Balas

Terima kasih sudah membaca

10 Dec

Mantab tulisannya bu. Salam sukses selalu

10 Dec
Balas

Terima kasih Pak Sukadi, Salam sukses juga untuk Bapak

10 Dec

Semoga bisa tembus yang terbaik

10 Dec
Balas

Amiinnn ... Hei bu guru cantik, dirimu ga ikutan kah?

10 Dec

Semoga bisa tembus yang terbaik

10 Dec
Balas

Keren ceritanya, semoga berhasil menang bunda

10 Dec
Balas

Amiinnn ... Makasih supportnya Bunda

10 Dec



search

New Post