Literasi Kreatif, Karya Guru ditengah Badai
#TantanganGurusiana
#Tantangan_365HariMenulis
#Tantangan_Hari_Ke68
#Lomba_Periode_November
#Guru_Indonesia_Merdeka_Berkarya
.
Literasi Kreatif, Karya Guru ditengah Badai
Merebaknya wabah Covid-19 pada pertengahan Maret 2020 lalu, memberikan dampak besar dan perubahan pada segala aspek kehidupan. Salah satunya adalah merubah tatanan pendidikan. Kegiatan belajar tatap muka di sekolah pun dihentikan, diganti dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kegiatan literasi di sekolah pun terhenti. Tidak ada lagi aktivitas membaca 15 menit sebelum pembelajaran dan aktivitas lainnya terkait literasi.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi beberapa guru dan siswa, terutama penggerak literasi di sekolah. Lantaran pembelajaran daring tidak pernah dilakukan sebelumnya. Jaringan internet yang kurang stabil menjadi salah satu tantangannya. Apalagi kondisi siswa di tempat saya mengajar, mereka tinggal di pedesaan di mana jaringan internet belum meluas. Alhasil, gerakan literasi secara daring/digital tidak dapat berjalan dengan optimal.
Meskipun proses pembelajaran daring tidak se-efektif luring, guru harus dapat mencari cara dan menyiasati bagaimana agar kualitas belajar tetap baik. Menurut Pak Nadiem -Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan, “Guru harus terus berinovasi dan meningkatkan metode pengajaran setiap saat.” Ia menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam semua usaha yang dilakukan. Namun yang terpenting adalah bagaimana semua pihak merefleksikan metode pengajaran di tengah pandemi ini.
Disaat geliat literasi di kalangan siswa mengalami penurunan, justru saya melihat geliat literasi di kalangan guru. Banyak guru yang pada akhirnya terpaksa harus melek teknologi karena tuntutan pengelolaan pembelajaran secara daring. Banyak webinar yang diikuti oleh guru sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan mereka. Dengan kata lain, di masa pandemi ini, ada tren peningkatan aktivitas literasi digital di kalangan guru.
Tentu saja ini merupakan tren yang cukup baik, walau sebenarnya tanpa ada pandemi pun, para guru sudah selayaknya meningkatkan pengembangan dirinya dengan memanfaatan TIK dalam pembelajaran. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, atau ada hikmah dibalik musibah. Walau terkesan apologi, tetapi hal tersebut bisa menjadi sebuah representasi adanya peningkatan semangat belajar bagi para guru.
Saya yakin, orang yang peduli terhadap literasi berharap bahwa gerakan literasi tidak mati suri di tengah pandemi. Para pegiat literasi tetap berkarya, baik secara individu maupun berkelompok. Guru penggerak literasi di sekolah tetap menghidupkan ruh literasi di kalangan siswa meskipun dengan keterbatasan. Maksud literasi di sini tidak hanya identik dengan membaca buku saja, tetapi dalam konteks yang lebih luas dan dikaitkan dengan kurikulum darurat Covid-19.
Para siswa bisa mengamati lingkungan sekitar rumahnya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Menuliskan sejumlah kasus Covid-19 di lingkungannya. Mengamati dan menuliskan sikap dan respon masyarakat terhadap Covid-19. Selanjutnya para siswa bisa diminta untuk membuat puisi, gambar, poster, atau video terkait pencegahan Covid-19, dan berbagai tugas lainnya.
Dengan literasi kreatif tersebut, kendala-kendala teknis -seperti tidak adanya buku-buku bacaan- dapat teratasi. Ibarat sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui. Satu tugas yang diberikan kepada siswa bisa bersentuhan dengan beberapa jenis literasi; seperti literasi baca-tulis, kesehatan, lingkungan, teknologi informasi, spiritualitas, dan literasi seni-budaya. Intinya, kembali kepada kreativitas guru dalam memberikan penugasan kepada siswa.
Memang tidak mudah membangun budaya literasi. Jangankan pada saat darurat seperti ini, pada saat kondisi normal pun tantangannya luar biasa. Berliterasi memang harus dilandasi dengan hati agar tidak merasa terbebani, harus penuh dedikasi dan menjadikan hobi agar tetap senang dijalani. Dan yang terpenting, komunikasi antara guru, siswa dan orang tua harus benar-benar terjalin. Jika komunikasi tidak berjalan, maka proses kegiatan belajar mengajar di masa pandemi ini akan dianggap gagal.
Kepada para pegiat literasi, mari tetap pelihara semangat berliterasi. Literasi jangan sampai mati suri di saat pandemi. Sesuai dengan pendapat Pak Nadiem, “Seperti halnya murid, inilah saatnya guru dan orang tua berinovasi dengan melakukan banyak tanya, banyak coba, dan banyak karya.” Jadikan badai Covid-19 sebagai metamorfosa pendidik menjadi pribadi yang lebih kompeten dengan selalu mengikuti perkembangan teknologi informasi. Meskipun kita tahu, peran guru tidak bisa tergantikan oleh teknologi secanggih apapun.
Jombang, 10 November 2020.
_________
Profil Penulis
Anik Zahra, nama pena dari Ni’matuz Zahroh, lahir di Jombang 7 Februari 1978. Selain menulis dan mengisi blog, Anik juga aktif sebagai pendidik di MTsN 5 Jombang dan pemantik literasi di Perpusda Mastrip Jombang. Dia mengajar Bahasa Inggris sejak tahun 1999 sampai sekarang. Dia menjadi instruktur di Virtual Coordinator Training (VCT) SEAMEO SEAMOLEC Indonesia. Dia pernah menjuarai Guru Berprestasi tingkat Kabupaten Jombang pada tahun 2019 sebagai terbaik pertama.
Dia telah melahirkan beberapa buku antologi, yakni Best Practices in the Teaching of English (2011), Teaching English by Using Various Text Types (2012), Englishes for Communication and Interaction in the Classroom and Beyond (2012), Katalisator Tol Pendidikan (2020), Selaksa Rasa KBM Online (2020), Analogi Literasi Berbasis IT (2020), dan Jalan Pulang (2020). Buku solo pertamanya juga terbit tahun ini dengan judul Pejuang Sinyal: Metode Alternatif Pembelajaran Daring dalam Masa Pandemik Covid-19 (2020). Antologi kumpulan cerpen TITIKOMA [Ketika Kesedihan dan Bahagia Menyapa] adalah buku fiksi pertamanya yang diterbitkan oleh Pustaka Media Guru Indonesia.
Dia tinggal bersama keluarga kecilnya di Jombang dan dikaruniai 3 putra putri. Dia bisa ditemui di [email protected] WA. 081216500401. Beberapa tulisannya bisa dibaca di Blog Gurusiana dengan surel https://anikzahra.com.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereen say, semoga lolos. Semoga bisa bersua di satu buku antologi.
Thanks say, untuk lomba kali ini aku kurang yakin. Masalahnya nulisnya tergesa dan mepet DL. Jadi ya embuhlah... hehehe
Mantap Bu guru sarat prestasi
Terima kasih Ning Nyai