Anik Zahra

Anik Zahra adalah nama pena dari NI'MATUZ ZAHROH. Ia adalah seorang guru Bahasa Inggris di MTsN 5 Jombang, seorang ibu dari tiga orang anak, dan penyuka mu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Masker Wajah Ibu -Bagian 2

Masker Wajah Ibu -Bagian 2

#TantanganGurusiana

#Tantangan_365HariMenulis

#Tantangan_Hari_Ke8

.

Masker Wajah Ibu

-Bagian 2 (End)

‘Wah … kalau aku pakai masker wajah seperti punya Ibu, pasti wajahku juga jadi sehat. Meski aku laki-laki tapi kan kata ibu, merawat wajah itu harus karena wajah adalah pemberian Allah,’ pikir Danang sambil menatap wajahnya sendiri di cermin. ‘Aku juga mau bikin ah!’ Danang lalu pergi meninggalkan kamarnya.

Danang menjalankan kursi rodanya ke dapur. Ia mencari bahan-bahan untuk membuat masker wajah di kulkas. Tangannya mengambil botol madu.

“Hmmm, tadi ibu bilang pakai madu, air, dan ampas kopi punya ayah,” gumamnya.

Danang mengintip ke ruang tamu. Ia melihat ayah sedang membaca koran sambil minum kopi. Danang pun berpikir, ‘Kalau aku minta ampas kopinya, Ayah marah atau tidak, ya?’ Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benaknya. ‘Ah, tapi kan kata Ibu, ampas kopi itu sampah, pasti Ayah tidak memerlukannya lagi. Langsung kuambil saja deh.’ Tangan Danang menjalankan kursi rodanya mendekati sofa di mana ayah sedang menikmati kopinya.

Danang segera mengambil gelas kopi ayah, lalu pergi ke kamarnya. Ayah tidak melihat perbuatan Danang karena wajahnya tertutup koran.

Setibanya Danang di kamarnya, ia mencampur semua bahan yang didapatnya. Ia mencampur beberapa bahan tersebut ke dalam sebuah mangkuk. Danang mencampurnya di meja belajar. Tampak ada botol madu dan sebotol air mineral di atas meja belajarnya. Sedikit demi sedikit Danang memasukkan ampas kopi menggunakan sendok.

“Madu, campur air. Lalu masukkan ampas kopi. Lalu aduk rata.” Ucap Danang sambil mengaduk-aduk beberapa bahan di mangkuk itu sampai semua tercampur.

“Nah, selesai! Sekarang tinggal mencobanya!”

Danang sedang menatap wajahnya sendiri di cermin. Lalu mulai menggunakan masker wajah buatannya. Dalam sekejap wajahnya sudah coreng-moreng berwarna hitam.

“Aku harus membuka kacamataku, kalau tidak nanti kacamataku jadi kotor.”

Danang lalu membuka kacamatanya. Tapi ia malah tidak bisa melihat apa-apa.

“Karena mataku minus sembilan, jadi aku tidak bisa lihat apa-apa kalau tidak pakai kacamata. Tapi pasti aku bisa melapis wajahku dengan merata.” Danang terlihat memicingkan matanya, karena dia tidak bisa melihat.

Tiba-tiba ... PRAKKKK! Mangkuk berisi masker wajah itu jatuh dan pecah karena tersenggol tangan Danang. Ia kebingungan, “Aduh, aku tidak bisa melihat jelas! Jadi mangkuknya tersenggol! Bagaimana ini! Nanti aku dimarahi Ayah dan Ibu.”

Ayah dan Ibu terkejut mendengar suara mangkuk yang pecah. Mereka segera berlari ke kamar Danang dan melihat mangkuk berisi masker wajah sudah jatuh ke lantai, isinya berceceran. Ayah dan ibu menatap dari pintu kamar, lalu bertanya pada Danang.

“Danang, apa yang pecah?” tanya ibu.

“Kenapa kamu tidak pakai kacamatamu?” tanya ayah.

“Ayah, Ibu, maaf ... aku tidak sengaja,” ucap Danang sambil menangis.

Segera ibu meraih tubuh mungil Danang dan memeluknya sambil memandang mangkuk yang pecah itu. “Memangnya Danang ingin membuat apa?”

“Aku ingin membuat masker wajah seperti punya Ibu.”

“Lho, kenapa Danang mau membuat masker wajah?”

“Supaya kulit Danang jadi bagus dan wajah Danang ini kan pemberian Allah yang harus dirawat juga.”

Ayah dan Ibu tertawa mendengar jawaban Danang. Danang yang duduk di kursi roda, dengan beberapa bagian wajahnya yang berwarna hitam dari masker wajah, mengambil dan memakai kacamatanya lagi. Di dekat mereka bertiga ada mangkuk yang pecah di lantai.

“Danang, bukannya tidak boleh, tapi lain kali Danang lebih baik minta bantuan Ibu saja.” kata ibu.

“Lagipula, menurut Ayah, kulit wajah Danang kan masih bagus karena Danang masih anak-anak. Jadi perawatan wajahnya cukup rajin dicuci dengan sabun saja ketika mandi,” lanjut ayah.

“Oh begitu ya?” Danang memandang wajah Ayah dan Ibunya.

Ayah tersenyum, “Iya. Nah sekarang, bagaimana kalau kita semua beli es krim saja?”

“Waaah, aku mau es krim!” Teriak Danang senang.

“Ayo kita pergi, tapi ... Danang cuci muka dulu yaaa,” ujar Ibu.

“Iya bu.” Jawab Danang penuh semangat. Wajahnya terlihat bahagia dan ceria kembali.

Hari ini Danang banyak mendapatkan pelajaran berharga, bahwa ia harus lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Jangan segan untuk meminta tolong jika ingin melakukan sesuatu hal yang tidak bisa dilakukan sendiri. Dan yang paling penting, harus selalu bersyukur dengan apa yang yang telah Tuhan berikan, termasuk wajah yang bersih dan sehat.

[TAMAT]

Jombang, 8 Desember 2020

#Tulisan_Ke148

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ceritanya

08 Dec
Balas

Terima kasih sudah membaca bunda... salam literasi

09 Dec



search

New Post