Anik Zahra

Anik Zahra adalah nama pena dari NI'MATUZ ZAHROH. Ia adalah seorang guru Bahasa Inggris di MTsN 5 Jombang, seorang ibu dari tiga orang anak, dan penyuka mu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Memeluk Hujan -Part 2

Memeluk Hujan -Part 2

#TantanganGurusiana

#Tantangan_365HariMenulis

#Tantangan_Hari_Ke4

.

Memeluk Hujan

-Part 2

Aku telah mengikhlaskan masa laluku juga hidupku. Mungkin saat ini, aku lah manusia yang paling bahagia. Semula, aku dihadirkan di bumi dari rahim seorang ibu, di awal musim kemarau panjang. Sejak saat itu, aku tak pernah menjumpai hujan.

“Putra Ibu mengidap cardiomyopathy.”

Baru genap 24 jam aku dilahirkan, namun cengkeram kegelisahan tak sudi menunggu terlalu lama untuk menyiksa seisi jiwa. Gendang telinga Ibu tidak siap mendengar apa yang dikatakan oleh dokter.

Pandangan mata Ibu menerawang kosong sembari menatap layar digital 19 inci di depannya, menampilkan gambar bayi yang tergolek lemah dalam box plexiglass kedap suara. Masing-masing helaan napas yang kuhembuskan menjelma mendung tak berujung. Setiap detak di jantungku mengingatkan orang-orang di sekelilingku supaya mempersiapkan diri untuk kehilangan.

“Penyakit apa itu?”

Hening.

“Apakah ucapan Dokter akan menjadi awalan datangnya kematian anakku?” Ibu ternyata sanggup melontarkan pertanyaan yang tidak pernah terbayang sebelum berita terkejam selama hidupnya ini datang.

Dokter menghela napas cukup panjang, siapa pun pastilah merasa berat untuk menjelaskan apa itu cardiomyopathy kepada orang yang teramat mencintai pengidapnya.

“Sebelumnya saya mohon maaf karena harus memberitahukan ini, jantung putra ibu mengalami pembengkakan karena ada kerusakan fungsi otot jantung.”

Pecahlah bendungan air yang sedari tadi ditahan Ibu supaya tidak tumpah keluar dari kelopaknya. Cairan bening itu menjelaskan apa yang sebenarnya sedang ia rasakan sekarang ini.

Sedih. Takut. Perih.

Perlahan dan pasti, wajahnya berubah semakin memucat. Ia tidak mampu lagi melepaskan kata-kata, bahkan untuk sekadar menghela napas saja ia sesak -seperti bernapas dalam lumpur.

Betapa nelangsa nasibku ketika dilahirkan. Sudah lahir tanpa sambutan suara azan-iqamah seorang ayah di telinga kanan-kiri, ditemukannya kelainan di jantung sungguh menjadi ujian yang sangat berat untuk ukuran manusia semungil diriku.

Di masa kanak-kanak, sesekali aku hanya menemui sisa-sisa hujan. Aku melihat genangan air sisa hujan di tepi jalanan tempat aku dan keluargaku tinggal. Kusentuh dan kuusapkan air genangan itu pada pipiku. “Segar dan dingin,” ucapku lirih. Kemudian, aku membayangkan hujan, tetapi aku selalu luput membayangkan hujan. Yang kutahu hanya guyuran dari gayung saat mandi.

Masih tentang masa kecilku, saat aku terbangun dari tidur siangku yang lelap, aku menemui teman-teman bermain sebayaku yang bajunya basah kuyup. Basah oleh hujan yang turun disaat aku terlelap. “Sepertinya mengasyikkan …,” gerutuku saat itu.

Di hari yang lain, saat aku pulang sekolah, kulihat pemandangan langit yang asing bagiku. Awan berarak berwarna hitam gelap. Sebenarnya aku ingin menanyakan tentang pemandangan itu pada seseorang, tapi aku tak berani, takut dipermalukan. Akhirnya, aku hanya berusaha mencuri-curi dengar dari obrolan para tetangga.

“Wah, mendung! Cuciannya, Jeng!” seru seorang Ibu kepada tetangganya agar segera mengambil cuciannya yang masih dijemur.

Kulihat orang-orang di sekitarku terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing. Aku pun berlari pulang menuju rumahku. Tiba-tiba ingatanku tertuju pada sekolahku saat aku mendengar kata mendung dari ibu-ibu yang mengambil cuciannya di jemuran tadi. Aku teringat pelajaran tentang hujan yang pernah dijelaskan oleh Bu Asih -guru IPA di kelasku. Lalu, aku menunggu hujan dari balik jendela ruang tamu. Duduk di atas kursi sembari membuka buku pelajaran tentang hujan. Cukup lama aku menunggu, namun hujan tak kunjung datang. Bahkan, tak setetes pun air hujan turun.

Bersambung ...

.

Jombang, 4 Desember 2020

#Tulisan_Ke144

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post