Memeluk Hujan -Part 3
#TantanganGurusiana
#Tantangan_365HariMenulis
#Tantangan_Hari_Ke5
.
Memeluk Hujan
-Part 3
20 tahun kemudian.
Pagi yang cerah dan indah. Selimut sinar surya menghangatkan pulau dewata sebagai surga dunia, Denpasar – ibu kota Bali. Panorama mengagumkan dari pemandangan Gunung Agung akan mengesankan siapa pun yang singgah di kota ini.
Pulau yang pernah digunakan shoting film Hollywood berjudul Eat Pray Love yang dibintangi oleh Julia Robert ini sedang menjadi sorotan para jurnalis internasional. Di sana, akan berlangsung sebuah mega acara yang dihadiri oleh para ilmuwan tersohor dunia. Tentunya momen ini menjadi magnet yang menarik minat para jurnalis untuk tidak melewatkan satu paragraph pun berita yang tercipta.
St Regis yang terletak di jantung ibu kota Denpasar menjadi pusat berkumpul. Akses ke tempat-tempat bersejarah seperti puputan margarana renon, musium Bali yang terkenal unik dan diakui dunia internasional, the Soekarno center, teater, dan pusat perbelanjaan, dapat dijangkau dengan mudah di sana.
Tempat yang telah terdaftar oleh World Travel Awards ini dibuka pada tahun 2008. Memiliki arsitektur dan desain individu bergaya klasik namun kontemporer, tradisional tetapi eksklusif. Dengan pemandangan indah Gunung Agung yang tak tertandingi dari segala sudut pandang lain di kota ini.
Ketika memasuki atrium hotel, luasnya tempat dan melimpahnya cahaya yang masuk melalui atap kaca serta lampu-lampu kristal, memberi perasaan kebebasan dan keterbukaan yang mencerminkan suasana layaknya di atas sebuah kapal pesiar.
St Regis menjadi tempat konferensi terbesar yang dapat menampung sampai 1000 orang dan dilengkapi infrastruktur paling modern dengan perpaduan art and technology yang menawan. Ruang pertemuan yang luas, memiliki langit-langit menjulang tinggi tanpa ada satu tiang pun yang menyangga. Desain dan fasilitas infrastruktur terbaru dapat disaksikan pada serambi kiri-kanan yang bermandikan cahaya lampu-lampu kristal nan mewah.
Para ilmuwan yang berdatangan mulai menduduki kursi yang sudah diberi tanda sesuai identitas pemiliknya, tribun atas pun satu per satu ditempati tuannya. Lima belas menit sebelum acara dimulai, semua tempat duduk berbalut kain putih metalik telah terisi seluruhnya, tak ada satu pun yang dibiarkan kosong tak bertuan.
Waktu pun berlalu.
Hari ini podium menjadi jatahnya ilmuwan yang mewakili 20 negara yang telah ditentukan. Tinggal satu jatah negara lagi yang belum memberikan pemaparannya di hari pertama ini. Aku, seorang ilmuwan yang mewakili negaraku pun berjalan menuju podium.
Langkahku tegas. Sorot mataku tajam namun teduh. Rambutku panjang melewati daun telinga tapi tidak sampai menyentuh bahuku yang tegap di balik tuxedo hitam yang elegan.
“Negara kami adalah negara kepulauan. Sampai saat ini, kami telah kehilangan lebih dari lima puluh pulau. Sebentar lagi, pulau tempat ibu kota kami pun terancam tenggelam akibat banjir permanen dan terkikisnya pesisir pantai. Rakyat sedang diparut ketakutan! Let’s do something!"
Singkat. Hanya itu yang kuucapkan di atas podium. Aku, yang telah berhasil menjadi seorang ahli kimia di usiaku yang ke-duapuluh sembilan, yang telah bekerja pada sebuah perusahaan besar, akhirnya melangkah kembali ke tempat duduk.
Riuh tepuk tangan peserta konferensi mengisi setiap inci ruangan. Tidak sedikit dari mereka memberikan standing applause, tepuk tangan yang lahir dari ketulusan hati dengan sejuta simpati yang mengiringi untuk rakyat Indonesia dan seluruh umat manusia pada umumnya. Untuk mereka yang sedang diteror oleh ganasnya iklim yang tidak lagi beraturan.
Kamera disorotkan pada tubuhku yang berkulit sawo matang dan berjalan kembali ke tempat duduk. Layar utama memperlihatkan di bagian dada sebelah kanan, menempel sebuah lencana. Sementara, di dada bagian kiri tersemat sebuah pin identitas yang bertuliskan namaku.
Dr. Arga Nugraha, M.Sc.
Bersambung ...
Jombang, 5 Desember 2020
#Tulisan_Ke145
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren ceritanya Sukses selalu ya bun
Makasih bunda ... sukses juga buat bu Ida
Sukses selalu bunda...
Selamat menikmati bunda, makasih ...
Kutunggu ceritamu mbayu
Hari ini "Memeluk Hujan" part terakhir Ningku ...