Menjaga Kesucian di Hari Fitri
Ramadan telah usai, semoga puasa benar-benar menjadikan kita hamba yang bertaqwa, orang yang senantiasa menghindari larangan-larangan-Nya. Bersama perginya bulan yang mulia itu banyak orang merasa bimbang dan ragu dan saling bertanya, "Lalu apa lagi selanjutnya, apa lagi yang harus kita lakukan?" Seolah mereka menganggap bahwa beramal hanya pada bulan Ramadan. Padahal tidak demikian.
Jika Ramadan telah berhasil membuat diri kita kembali fitri dan suci, maka pekerjaan utama di bulan syawal ini adalah menjaga kesucian diri dengan menghindari berbagai larangan syariat dan menjalankan perintah agama. Jika puasa telah menjadikan kita sebagai orang yang bertaqwa, orang yang senantiasa menghindari larangan-larangan-Nya, maka setelah bulan puasa ini kita harus meningkatkan diri dengan cara menjaga ketaqwaan itu dan menambahkan rasa takut (khauf) kita kepada Allah swt.
Sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam Ali Imran, "Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman."
Ayat di atas menerangkan bahwasannya takut kepada Allah merupakan syarat utama menjadi seorang mukmin sejati, tidak ada tawaran didalamnya.
Dengan demikian jelas sudah bahwa tugas kita selanjutnya adalah menjaga ketaqwaan yang telah kita pelajari selama Ramadan dan meningkatkannya menjadi rasa takut (khauf) kepada Allah swt. Lalu bagaimanakah langkah menuju khauf itu, apa tehnik praktisnya?
Abu Laits berkata bahwa untuk melatih diri menjalani perasaan khauf kepada Allah ada tujuh hal yang harus ditekuni.
Pertama adalah lisan.
Artinya lisan harus senantiasa takut kepada Allah swt dengan menjaganya agar tidak terperososk ke dalam kebohongan, pergunjingan, dan banyak bicara. Sibukkanlah lisan kita dengan berdzikir kepada Allah swt.
.
Kedua adalah hati.
Artinya hati haruslah takut kepada Allah dengan cara membersihkan berbagai penyakitnya seperti permusuhan, kejahatan dan hasud. Karena sesungguhnya hasud (dengki) adalah penyakit paling berbahaya dalam hati. Hasud dapat menghilangkan pahala kita sebagaimana api menghabiskan kayu bakar.
.
Ketiga adalah mata.
Artinya mata harus merasa takut kepada Allah swt dengan cara menghindarkannya dari kesenangan melihat kemewahan dunia, kalaupun melihat dunia, itu dilakukan dengan penuh tafakkur.
.
Keempat adalah perut.
Perut harus merasa takut kepada Allah dengan cara menghindari berbagai makanan yang haram walaupun hanya satu suapan. Karena ketika perut mengandung sesuap makanan haram, maka semua malaikat di langit dan bumi akan melaknatnya, dan ketika mati maka neraka jahannamlah tempatnya.
.
Kelima adalah tangan.
Tangan harus merasa takut kepada Allah, jangan pergunakan tangan untuk bermaksiat kepada-Nya tapi manfaatkanlah tangan itu untuk taat kepada-Nya.
.
Keenam adalah telapak kaki.
Gunakanlah telapak kaki ini untuk berjalan menuju kepada ridho-Nya dan jangan sekali-kali digunakan menuju kedurhakaan.
.
Ketujuh adalah ta'at kepada Allah dengan hati yang tulus ikhlas. Dengan demikian Abu Laits telah memberikan satu petunjuk praktis mempelajari khauf.
Semoga kita semua diberi kekuatan dan kemudahan oleh Allah dalam pendakian menuju puncaknya. Ya Allah, kami hambamu ini bukanlah orang yang dapat dengan mudah merasa takut kepada-Mu, tapi dengan kebesaran-Mu permudahkan perasaan itu hadir dalam diri kami. Aamiin.
.
Jombang, 15 Mei 2021.
___________
#TantanganGurusiana
#Tantangan_365HariMenulis
#Tantangan_Hari_Ke27
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar