Yuliani, M.Pd

Pernah bertugas di SMPN 1 Kepahiang, SMPN 2 Kepahiang, SMPN 3 Bengkulu Selatan dan sekarang menjadi guru di SMPN 2 Bengkulu Selatan sejak 2016. Alhamdulillah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kalau Jodoh Takkan Kemana (bagian 1)
Foto : http://pendiari.blogspot.com/

Kalau Jodoh Takkan Kemana (bagian 1)

#TantanganGurusiana hari ke-19

Hembusan udara pagi yang sejuk menerpa wajahku yang masih sedikit mengantuk dari balik jendela mobil travel yang kutumpangi. Dengan sedikit menyipitkan mata melihat sepanjang jalan yang berlalu secara cepat. Membuat sedikit pusing jika harus mengikuti benda-benda yang terlewati. Kendaraan yang berlalu lalangpun masih bisa dihitung dengan jari, pertanda masih pagi. Mungkin juga karena hujan semalam sehingga penduduk masih betah berlama-lama dalam rumah. Hal itu terlihat dari genangan-genangan air di tepian jalan yang membentuk kolam-kolam mini. Tentulah berpesta para kodok tadi malam, pikirku.

Kulirik penumpang di sebelahku, seorang ibu paruh baya yang tertidur lelap dengan guncangan-guncangan kecil karena jalanan yang berlubang. Rem mendadak pak sopirpun tidak membangunkannya, tetap saja dia mendengkur dengan halus. Mungkin sudah terlalu letih dalam perjalanan sebelumnya. Dari tadi aku mencoba untuk menyandarkan badan namun yang kudapati malah rasa gulungan dalam perut seperti mau mabuk perjalanan. Akhirnya kutegakkan kembali badan dan mencoba menikmati pemandangan yang ada.

Kota kecil ini tidak banyak yang berubah, hanya penambahan beberapa ruko penduduk yang memenuhi hampir di setiap pinggir jalan yang dijadikan tempat berjualan. Kota ini masih seperti 7 tahun yang lalu ketika kutinggalkan. Kota dengan sejuta kenangan yang menggantung di ujung mata. Ada rasa yang membuncah dalam dada ketika beberapa tempat yang menjadi kenangan dahulu saat sekolah, menghabiskan hari-hari bersama teman-teman terlewati. Tak sadar kepala ini ikut berputar mengikuti berlalunya tempat tersebut. Seulas senyum terukir dari bibirku saat mengingat masa-masa itu.

Kembali kuteringat percakapan beberapa malam yang lalu dengan Tiara, sahabat terbaikku ketika di bangku SMA. Hingga kini 7 tahun berlalu, kami masih berkomunikasi dengan baik walau berbeda daerah. Tentu dengan adanya kecanggihan teknologi yang mumpuni semua itu dapat teratasi.

Berangkat dari Jakarta mengambil penerbangan paling awal, subuh tadi aku sudah mendarat di bandara di kota ini. Dilanjutkan dengan dua jam perjalanan menuju kota kecil tempat kelahiranku. Hari ini selepas zuhur Tiara akan menikah, dengan seorang pemuda sama-sama anggota karang taruna katanya. Sebagai sahabat aku turut berbahagia dan berusaha untuk memenuhi undangannya walau hanya di hari akadnya saja aku bisa menemuinya karena peraturan di tempatku bekerja tidak membolehkan izin terlalu lama. Dan hari minggu siang besok aku akan terbang kembali ke Jakarta.

Aku menetap di ibukota bekerja di sebuah sekolah elit, sekolahnya anak-anak orang kaya yang ada di sana. Berbeda dengan Tiara tetap menetap di daerah, menjaga ibunya yang sudah renta. Sedangkan aku, kedua orangtuaku sudah tiada. Ayah pergi meninggalkan kami saat aku berusia 6 tahun, dan ibu menyusul ayah saat aku duduk di bangku sekolah SMA kelas satu. Kemudian aku diasuh oleh adik ibuku, bibi Sarinah.

Bi Sarinah memiliki dua orang anak, sepupuku yang paling kecil sebaya denganku. Keduanya sudah menikah dan yang tertua ikut suaminya merantau di kota Palembang, dan yang bungsu menempati rumah tidak jauh dari rumah Bi Sarinah. Aku adalah anak tunggal mendiang ayah dan ibuku. Semenjak aku hijrah ke ibukota, kamar-kamar di rumah Bi Sarinah dijadikan kos-kosan anak sekolah. Aku bersyukur bibi tidak terlalu kesepian saat aku memutuskan untuk menerima pekerjaan itu di saat aku baru saja menamatkan Sarjana Pendidikan Bahasa Inggrisku.

“Pak, berhenti di warung itu yang sebelah kiri ya Pak” sahutku sambil menunjukkan arah kepada sopir.

“Sudah sampai ya, Neng?” tanyanya sambil menepikan mobilnya perlahan mendekati warung yang aku tunjuk tadi.

“Iya Pak. Ada yang mau saya beli dulu di warung. Rumah saya sudah dekat kok Pak. Di sebelah warung itu ada gang, berjalan 100 meter sampai…” Kuulas senyum.

“Oh, ya sudah kalau begitu, Neng. Ada barang di belakang ngga Neng?” sambil melihatku yang bersiap turun membuka pintu samping.

“Ada Pak, yang kardus kecil itu. Oiya, saya duluan ya Bu”. Aku pamit secara sopan kepada ibu tadi yang menjadi teman perjalananku yang tiba-tiba terbangun karena percakapanku dengan sopir.

“Iya, silakan Nak. Senang ya sudah bisa bertemu dengan keluarga kembali”. Katanya berbasa-basi. Kubalas dengan senyum dan anggukan kecil saja sambil turun dari mobil.

Bergegas pak sopirnya turun dan membuka bagasi belakang. Mengeluarkan beberapa barang penumpang lainnya dan menurunkan kardus yang kumaksud.

“Yang ini, Neng?”

“Iya Pak, Terimakasih ya Pak. Ini ongkosnya”. Aku memberikan beberapa lembar uang pecahan sepuluh ribu. Diterimanya dengan senyum dan menghitung dengan kecepatan mata dan pak sopir tersebut mengucapkan terima kasih. Aku mengangguk dan tersenyum. Dan mulai mengangkat kardus yang tadi diturunkan. Mobil travelpun berlalu. Aku menuju warung yang kumaksud. Membeli beberapa alat mandi yang terlupa aku bawa dari rumah. Sedangkan oleh-oleh untuk bibi dan sepupu sudah kupersiapkan jauh hari sebelum keberangkatanku ke sini.

Tiba-tiba ada yang menyebut namaku saat akan mengangkat tas dan kardus bawaanku tadi. Aku mengangkat kepala, mendongak melihat siapa gerangan.

“Bu Rahma”. Ulangnya lagi.

Aku menegakkan badan. Sejenak aku terdiam. Berpikir siapa gerangan lelaki di hadapanku ini. Kenapa dia tahu namaku padahal seingatku aku tidak pernah melihat atau bertemu dengannya sebelumnya. Dia tersenyum simpul saat aku melihatnya yang tidak sengaja mataku menelisik dari kaki hingga kepala.

yahh, bersambung dulu ya gaes,,.. cari inspirasi :D

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

waduhhh....penasarn deh aikeee

16 Feb
Balas

Sama lah kita ni put.. hehe... soalnya belum dapat idenyaaa lagi... semoga besok jadii

16 Feb



search

New Post