Anis Mubsiroh

Aku adalah seorang ibu rumah tangga yang juga mengabdikan diri kepada dunia pendidikan, memiliki 5 orang putri cantik, dan 1 orang putra tampan. Aku lahir di J...

Selengkapnya
Navigasi Web

Istriku Melamar janda Sholihah untukku

Malam ini aku tertidur begitu lelap, mungkin karena aku kelelahan, karena sudah satu bulan lebih, aku bolak-balik mengunjungi rumah mertuaku.

 

"Kriiiiiiiiiiing" seketika aku terjaga ketika alarm jam yang aku tandai di ponselku berbunyi. Aku buru-buru masuk ke kamar mandi dan bersiap untuk bekerja. Ketika keluar dari kamar mandi aku terkejut melihat seorang wanita duduk di tempat tidurku.

 

Ku usap-usap mataku karena aku tak percaya dengan apa yang aku lihat, ternyata mataku tak salah, Poppy sudah kembali, dia duduk di tempat tidurku. "Sayang...." Sapaku sambil menciumi kedua pipinya. "Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu mau pulang?" Tanyaku kemudian. "Aku kan bisa menjemputmu" lanjutku. 

 

Kemudian Poppy memegang tanganku "maafkan aku sayang..." Katanya.

 

"Sayang.... Aku yang seharusnya minta maaf, terimakasih sudah mau kembali ke rumah kita" tak dapat aku ungkapkan rasa bahagiaku, aku benar-benar bahagia dengan kedatangan istriku kembali ke rumah kami.

 

"Sayang... Apa boleh aku berhijab?" Tanya Poppy sembari mengeluarkan jilbab warna biru dari dalam tasnya, yang kemudian di pakainya.

 

"Sayang... Kamu kenapa?" Tanyaku heran.

 

"Aku belajar tentang banyak hal dari ini..." katanya sambil menunjukkan sebuah buku yang di pegangnya.

 

Menjadi wanita paling bahagia, judul tulisan yang aku baca di sampul buku itu. Judul Buku yang sama yang bernah aku belikan untuk Nabila.

 

"Ternyata untuk jadi wanita yang paling bahagia butuh kesabaran, butuh keikhlasan, dan keteguhan hati...." Katanya, "kamu tau sayang, apa pesan dari buku ini?..... Di dalamnya mengajarkanku untuk beristighfar..... Hingga kemudian aku memperoleh sebuah ketenangan" lanjutnya. "Selama ini aku lalai... Mungkin aku juga jauh darinya, hingga aku tak dapat mengendalikan diri dan emosiku.... Maafkan aku ya sayang!" Pintanya lagi.

 

Aku genggam tangannya "terimakasih sayang..." Kataku kemudian. Jujur aku sangat bahagia dengan apa yang istriku katakan. Namun aku juga bertanya-tanya dengan perubahan yang terjadi pada sikapnya.

 

"Sayang.... Aku ingin berhijab seperti Nabila..." Katanya kemudian mengejutkanku.

 

"Sayang... Aku suka dirimu apa adanya, kamu tak perlu menjadi orang lain. Kalau kamu mau berhijab jangan karena ingin seperti Nabila... Tapi berhijablah karena dirimu sendiri, dari hatimu, dari keyakinanmu, dan dari ketaqwaanmu sebagai seorang wanita muslim." kataku kemudian.

 

"Sayang... kisah Nabila mengajarkan banyak hal padaku... Kerendahan hatinya, ketangguhannya, keikhlasannya, bahkan kecantikannya... Mungkin karena itulah kamu begitu mencintainya" kata Poppy kemudian.

 

"Sayang... Saat ini hanya kamu yang ada di pikiranku... Bukan wanita lain... Jadi kalau kamu ingin berhijab, berhijablah... Tapi tak perlu menjadi orang lain, karena aku suka kamu apa adanya." Kataku meyakinkannya, kalau aku benar-benar menerima dia apa adanya.

 

"Sayang... Aku tidak ingin menjadi seperti Nabila, aku hanya banyak belajar darinya... Dia juga yang memberikan buku ini padaku, dan baru aku baca satu minggu yang lalu... Buku ini ternyata ada di dalam tas kecilku.... aku tak sengaja menemukannya. Hingga kemudian aku banyak merenungkan tentang banyak hal, dan memutuskan untuk kembali ke rumah ini" Katanya. "Sayang... Jika kamu mengijinkan... aku ingin bertemu dengan Nabila... Aku rindu pada Angga... Aku juga rindu persahabatan kita..." pinta Poppy kemudian padaku. 

 

"Sayang... Kita bicarakan ini nanti ya... Aku mau berangkat kerja dulu!" Jawabku sambil mencium keningnya dan melanjutkan memakai baju seragamku.

 

Beberapa hari ini Poppy selalu memohon meminta ijin padaku untuk bertemu dengan Angga dan Nabila. Jujur aku berat mengijinkan Poppy bertemu mereka, karena aku masih trauma dengan kepergian istriku ini dari rumah kami. Ku ungkapkan kekhawatiranku tersebut pada Poppy, dan Poppy pun berjanji semua akan tetap baik-baik saja setelah pertemuannya dengan Angga dan Nabila nanti. 

 

Akhirnya di hari libur aku mengantarnya untuk bertemu dengan Nabila, aku yakin pasti saat ini Nabila berada di rumah orang tuanya, dan ternyata dugaan ku benar, aku mengunjungi Nabila dan sekalian mengunjungi rumah mamaku karena mereka tinggal dalam satu kota.

 

Ku putuskan untuk silaturahmi ke rumah mamaku terlebih dahulu sebelum aku ke rumah Nabila. Seperti biasa mamaku selalu bertanya kapan aku bisa memberikan mereka keturunan, kapan istriku hamil, dan kapan dia bisa menimang cucu, mungkin aku adalah harapan satu-satunya yang dapat memberikan keturunan bagi mereka, karena aku adalah anak tunggal dalam keluargaku.

 

Segera ku ajak istriku keluar dari rumah itu, aku berpamitan, aku tak sanggup melihat Poppy bersedih dengan permintaan mamaku, dan pertanyaan-pertanyaan yang pasti sangat membebani pikirannya.

 

Ku lajukan mobilku menuju rumah Nabila, terlihat di halaman rumah Nabila sedang berkebun dengan Angga, kegiatan yang mungkin sering di lakukan orang yang tinggal di desa, karena pekarangan dan halaman mereka yang sangat luas.

 

Aku dan Poppy segera turun dari mobil, dan segera kusapa mereka dengan salamku. 

 

"Mama!!!" Teriaknya Angga bahagia saat melihat kami berdua, Angga berlari dengan kotoran berupa tanah yang masih menempel di tangannya, ku lihat dia berlari menghampiri dan memeluk Poppy.

 

Sementara Nabila menoleh dengan tersenyum dan membalas salamku.

 

"MasyaAllah... Mbak Poppy mas Bima... Mari masuk" katanya dengan mempersiapkan kami masuk ke dalam rumahnya, terlihat raut wajahnya pun bahagia melihat kedatangan kami yang tiba-tiba.

 

Segera dia mencuci tangannya di kran yang ada di depan rumahnya, begitu juga dengan istriku dia pun membantu Angga mencuci tangannya.

 

"Mbak Poppy!" Sapa Nabila pada istriku sambil memeluknya. 

 

Di ajaknya Poppy dan aku masuk ke dalam rumahnya. "Maaf ya mbak... Mas... Rumahnya masih berantakan..." Katanya padaku dan Poppy saat kami melihat mainan Angga yang berserakan di mana-mana.

 

Kemudian ku lihat istriku menarik tangan Nabila dan mengajaknya duduk di teras depan, ku biarkan mereka berdua bercengkrama, aku bersyukur telah habis kebencian di hati Poppy untuk Nabila. Sementara aku menemani Angga bermain mainan yang berserakan di lantai ruang tamu mereka.

 

"Mbak Poppy apa kabarnya?" Aku mendengarkan percakapan mereka remang-remang.

 

"Aku sehat" jawab istriku, "kamu?"

 

"Alhamdulillah mbak, aku juga sehat." Jawab Nabila, "jujur aku sangat senang melihat mbak Poppy berhijab, mbak Poppy sangat cantik" Nabila memuji istriku yang saat itu memakai blazer warna coklat tua dengan kerudung warna kopi susu di kepalanya, yang memang terlihat sangat cantik.

 

"Trimakasih Nabila..." Sahut istriku. "Nabila.... Tadi aku ke rumah mertuaku, mereka sangat mengharapkan aku segera memberikan mereka cucu" cerita Poppy pada Nabila.

 

"Mbak Poppy pasti nanti akan hamil juga... Sekarang Allah masih senang melihat kesabaran mbak Poppy" jawab Nabila seolah ingin membesarkan hati istriku.

 

"Tidak Nabila.... Bukan karena itu... " Sahut Poppy, "sebenarnya aku memang tidak pernah bisa memberikan keturunan untuk mas Bima...." Kudengar Poppy menceritakan tentang kisah operasi pengangkatan rahimnya dua tahun yang lalu pada Nabila.

 

"Mbak Poppy adalah wanita pilihan... Allah tau mbak Poppy adalah wanita yang sabar... Dia pilihkan takdir luar biasa ini untuk mbak Poppy... Karena Allah tau mbak Poppy akan kuat menghadapinya" Jawab Nabila menguatkan hati istriku.

 

Rasanya hatiku pun pilu mendengar curahan hati Poppy kepada Nabila. Sungguh semakin besar rasa di hatiku untuk selalu akan berusa melindungi dan mendukungnya.

 

"Nabila.... Bolehkah aku meminta sesuatu padamu?...." Tanya Poppy kemudian kepada Nabila.

 

"Jika aku bisa, aku akan memberikannya." Jawab Nabila.

 

Mungkin Poppy ingin meminta Angga untuk tinggal bersama kami lagi, seperti keinginannya selama ini, sungguh membuat hatiku cemas memikirkan apa yang akan terjadi pada mereka, setelah Poppy mengungkapkan keinginannya itu.

 

"Nabila.... Mas Bima adalah anak tunggal, di lubuk hatinya yang dalam pasti dia menginginkan keturunan meskipun dia selalu bilang padaku tidak masalah meski tidak ada anak dalam keluarga kami... mertuaku juga sangat mengharap keturunan dari mas Bima, karena mas Bima adalah harapan keluarga satu-satunya... Dia adalah anak tunggal dalam keluarga..." Jelas Poppy, "Nabila.... Ijinkan aku melamarmu untuk menjadi istri mas Bima... "Kata Poppy mengejutkanku dan mungkin juga mengejutkan Nabila. "Aku ingin kamu jadi ibu untuk anak-anak kami... Sebagai penerus keturunan keluarga bagi mas Bima..." Pinta Poppy sambil menggenggam tangan Nabila.

 

"Mbak Poppy.... Tidak... " Terdengar suara Nabila menolak permintaan Poppy. 

 

"Nabila.... Aku sungguh-sungguh, aku ingin mencari istri Sholehah untuk mas Bima yang bisa jadi temanku, dan aku juga ingin mewujudkan harapan mertuaku... Seorang keturunan sebagai penerus keluarga" kata Poppy kemudian dengan nada suara memohon kepada Nabila.

 

"Mbak... Jangan meminta ini padaku... Karena aku tidak akan mampu... Bawa saja Angga bersama mbak Poppy... Aku ikhlas... Aku rela dia selamanya menemani mbak Poppy dan mas Bima... " Kata Nabila.

 

"Tidak Nabila... Aku tidak mau... Aku ingin... Angga dan kamu yang ikut pulang bersama kami."

 

Sungguh permintaan Poppy yang tidak masuk akal itu membuat resah hatiku. Dia melamar Nabila untuk menjadi istriku, permintaan yang diluar akal sehatnya.

 

Beberapa menit kemudian Poppy mengajakku pulang. Mungkin dia tidak tau kalau aku mendengarkan semua percakapannya dengan Nabila. Terlihat di perjalanan dia hanya terdiam, seolah memikirkan sesuatu. "Sayang.... Tadi bicara apa dengan Nabila?" Tanyaku memecah suasana.

 

"Aku melamar Nabila... Aku ingin dia menikah denganmu sayang..." Jawabnya padaku.

 

"Sayang.... Kamu sudah gila... Aku tidak mungkin mau menikah dengan Nabila" jawabku.

 

"Kenapa?...."

 

"Karena kamu sudah cukup bagiku." Jawabku, "sudah pernah aku bahas, tidak masalah meski tak ada anak dalam keluarga kita, jadi kamu tidak perlu memikirkannya" jelasku pada Poppy, agar dia mengerti kalau aku memang benar-benar bisa menerima segala keadaannya. "Dengar sayang!!... Jangan pernah berfikir macam-macam... Aku sudah cukup bahagia dan sempurna hidup bersama kamu... Aku tidak butuh wanita lain untuk membuat hidupku lebih sempurna." Tegasku.

 

"Sayang.... Terimakasih... Aku tahu itu, aku juga percaya kesungguhanmu menerima aku apa adanya... Tapi apa salah jika aku ingin memilihkan istri sholihah untuk suamiku, yang kelak akan melahirkan anak-anaknya, anak-anakku juga.... Sayang.... Aku tidak mau jadi wanita egois... Aku sadar kekuranganku, dan aku juga bisa menerimanya.... Kamu adalah harapan satu-satunya dalam keluargamu, aku tak bisa membiarkan air mata mama mertuaku mengalir ketika dia tau kenyataan aku tak bisa memberikan keturunan untukmu.... Sayang aku mohon... Izinkan aku memilih Nabila untuk jadi istrimu" Poppy menyatukan kedua telapak tangannya memohon padaku, sungguh tatapan matanya membuat aku tersentuh dan terharu. 

 

Segera aku hentikan mobilku yang saat itu melaju kencang. Ku genggam kedua tangannya. "Sayang.... Aku sangat bahagia dengan niat baikmu... Tapi Jangan meminta sesuatu yang tidak bisa aku berikan" kataku dengan mencium kedua tangannya, dan kemudian melanjutkan menyetir mobilku. "Sayang.... Aku seorang aparatur negara... abdi negara.... dan aku tidak boleh beristri dua" jelasku kemudian. "Jadi jangan pernah memaksaku untuk itu, karena aku sangat sayang dengan pekerjaanku... Dan kamu pasti mendukungku kan?...." Ku pegang lembut kepalanya sambil mengelus-elusnya.

 

Ku lihat dia terdiam dan berhenti memintaku untuk melakukan poligami dengan Nabila. Aku pun merasa lega karena mungkin dia sudah menerima penjelasan dan memahami keputusanku.

 

Keesokan paginya saat aku terbangun ku lihat Poppy sudah tidak ada di sampingku. Aku terkejut, segera kulihat lemari baju yang ada di kamarku, ku lihat baju Poppy masih lengkap di sana.

 

Aku begitu khawatir Poppy meninggalkanku lagi, segera ku ambil ponselku untuk menghubunginya. Kulihat Poppy ternyata telah meninggal pesan melalui WhatsApp di ponselku. "Sayang aku pergi dulu, ada kepentingan yang harus aku selesaikan". Aku menghelan nafas panjang, kumatikan ponselku setelah membaca pesan dari Poppy. Mungkin saat ini dia ke klinik untuk menyelesaikan pekerjaannya karena sudah lebih satu bulan dia meninggalkan tanggung jawabnya.

 

Hatikupun merasa lega, segera ku masuk kamar mandi dan bersiap untuk bekerja.

 

Sore harinya ketika sampai rumah kulihat Poppy begitu sibuk membuka file-file yang aku simpan di laci lemari buku kami.

 

"Cari apa sayang?" Tanyaku sambil mencium pipinya.

 

"Aku sedang mempersiapkan berkas-berkas pernikahanmu dengan Nabila" sahutnya membuatku terperangah. "Sayang... tadi pagi aku pergi ke pengadilan agama... Aku mencari solusi tentang pernikahan kalian... Dan ternyata aku mendapatkan jawabannya... Kamu tetap bisa menikah dengan Nabila sayang..." Penjelasannya benar-benar membuatku bingung. "Sayang... Ternyata seorang ASN tetap bisa berpoligami asal dia mendapatkan persetujuan dari kepala dinas terkait, dan aku akan menghadap komandanmu untuk mendapatkan izinnya.... Kemudian aku akan mengajukan permohonan poligami di KUA dan pengadilan agama... Setelah kita sidang dan dapat surat putusan poligami... Kamu bisa segera menikah dengan Nabila sayang....." jelasnya. "Sayang... Kita akan bawa Nabila pulang ke rumah ini dengan terhormat... Dia akan menjadi temanku, sahabatku, dan istri Sholehah untukmu" katanya dengan senyuman yang sangat bahagia.

 

Aku hanya terdiam. Dan tertegun melihat sikapnya. Jujur hatiku terasa beku, hingga aku tak bisa berkata apa-apa, dan hanya bisa memandangnya, memandang seorang istri yang begitu bersemangat mengumpulkan kertas-kertas sebagai syarat permohonan pernikahan kedua suaminya. Ya Allah inilah seorang wanita yang tidak aku cintai... Wanita yang saat ini begitu sempurna di mataku karena ketulusan dan ke ikhlasan hatinya... Sungguh istriku telah membuatku jatuh cinta... Dan dalam hatiku ada rasa semakin dan semakin jatuh cinta padanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa tulisannya, Bunda. Sukses saya berurai air mata. Sdh saya follow, Bunda. Follback ya

24 Jul
Balas

Makasih..buanis mubsiroh...saya sudah follow...saya tersentuh

04 Jun
Balas

Makasih..buanis mubsiroh...saya sudah follow...saya tersentuh

04 Jun
Balas

Makasih..buanis mubsiroh...saya sudah follow...saya tersentuh

04 Jun
Balas

Makasih..buanis mubsiroh...saya sudah follow...saya tersentuh

04 Jun
Balas

Makasih..buanis mubsiroh...saya sudah follow...saya tersentuh

04 Jun
Balas

Makasih..buanis mubsiroh...saya sudah follow...saya tersentuh

04 Jun
Balas

Makasih..buanis mubsiroh...saya sudah follow...saya tersentuh

04 Jun
Balas

Makasih..buanis mubsiroh...saya sudah follow...saya tersentuh

04 Jun
Balas

Makasih..buanis mubsiroh...saya sudah follow...saya tersentuh

04 Jun
Balas

Bener nih Pop? keren Bu ceritanya. Sukses selalu ya

24 Jul
Balas

Sungguh wanita yang luar biasa.. ikut terharu saya membacanya

23 Jul
Balas

Terimakasih bunda

23 Jul

wow..kalau tiu jadi pilihan maka aku tak sanggup saja

23 Jul
Balas

Hehehehe

23 Jul

aduuh Poppy baik bangeeet kenapa aku yang tidak rela ya..., Mantap Bun

23 Jul
Balas

Hahahay... Terimakasih ibu sudah baca

23 Jul



search

New Post