Masa remaja merupakan masa di mana seseorang mulai beranjak dewasa. Pada masa ini, seseorang akan mengalami perubahan secara fisik, emosi, dan psikis. Banyak juga yang bilang bahwa di masa itu merupakan masa pubertas, di mana seseorang mulai mengalami kematangan secara fisik maupun psikis tak terkecuali dalam hal seksual. Dengan demikian, remaja sudah mulai mengenal lawan jenisnya dengan sangat baik.

Jika kita berbicara mengenai remaja, banyak yang sepakat masa itu merupakan masa-masa yang indah. Seseorang mulai mengenal cinta terutama kepada lawan jenisnya. Namun akhir-akhir ini, di negara kita banyak sekali dihadapkan dengan permasalahan yang tidak bisa kita pandang sebelah mata. Remaja sekarang sudah keblabasan dalam menjalani masa pubertasnya. Salah satu hal yang paling disorot adalah mengenai pergaulan bebas.

Pergaulan bebas sering diterjemahkan sebagai suatu hal yang negatif seperti seks bebas, penyalahgunaan obat-obatan terlarang (narkoba), mengonsumsi minuman keras, dan perilaku negatif yang melanggar norma maupun agama. Di kota-kota besar hingga pelosok desa, pergaulan bebas semakin meningkat. Banyak remaja di usia sekolah mengalami kehamilan di luar nikah. Ini merupakan insiden yang miris dan memprihatinkan. Padahal kehamilan di usia remaja sangat rentan dan dapat mengancam keselamatan nyawa ibu dan bayi yang dikandung. Selain itu, bayi yang dikandung juga dapat berisiko terlahir dalam keadaan kerdil (stunting).

Maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja saat ini menggugah penulis dalam menyikapi hal tersebut. Penulis yang juga merupakan seorang pendidik di lingkungan madrasah merasa pergaulan bebas di kalangan remaja sudah sangat berlebihan. Generasi muda yang seharusnya menjadi tumpuan dan masa depan bangsa mulai ternodai dengan adanya perilaku menyimpang yang dilakukan para remaja saat ini. Makin ke sini, remaja kita lebih senang berperilaku bebas yang semakin tidak terkontrol, tidak terarah, dan sulit untuk dikendalikan. Banyak di antara mereka sudah mengonsumsi film-film yang tidak selayaknya ditonton oleh mereka, sehingga para remaja ini semakin termotivasi untuk terjun pada dunia seks bebas.

Di sinilah peran pendidikan dan keluarga sangat dibutuhkan. Peran pendidikan di sekolah yang dapat membentuk karakter siswa tidak cukup melalui kurikulum saja, namun perlu adanya kerja sama antara guru dan orang tua. Peran orang tua juga tidak bisa dipandang remeh. Orang tua harus bisa menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis, nyaman, dan komunikatif bagi anaknya. Orang tua juga bisa membantu anak-anaknya dalam penyesuaian diri dan sosial. Selain itu, orang tua bisa mengarahkan anaknya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif, seperti mengikuti ekstrakurikuler di sekolah atau di lembaga nonformal. Dengan demikian penyimpangan perilaku seperti halnya pergaulan bebas bisa dihindarkan dari kalangan remaja.

Jika kolaborasi antara guru, keluarga, dan lembaga nonformal dapat berjalan dengan baik, maka pergaulan bebas di kalangan remaja dapat dihindari. Generasi muda yang nantinya menjadi tulang punggung bangsa bisa lebih berkontribusi kepada bangsa dan negaranya, sehingga cita-cita dan harapan bangsa pun dapat terwujud dan terlaksana. Menurut penulis, remaja gaul itu tidak harus melakukan seks bebas, tidak berpacaran, tidak mengonsumsi narkoba dan minuman keras. Tetapi, remaja yang gaul itu adalah remaja yang berprestasi dan bisa membanggakan orang tua, bangsa, dan agamanya. Mari berantas pergaulan bebas dan wujudkan generasi muda yang berprestasi!