Anita

Anita Sumadi,M.Pd. Pernah belajar di SDN Penambongan 1, SMPN 1 Purbalingga, SMUN 1 Purbalingga. Pernah kuliah di STAINU Kebumen, dan IAIN Purwokerto. Suka memba...

Selengkapnya
Navigasi Web

REFRESHING

REFRESHING

Kupandangi wajahku dengan cermat. Masih seperti dahulu. Orang bilang sederhana itu indah, mudah dicerna, namun tetap mempunyai makna. Sepertinya kalimat ini cukup untuk menggambarkannya. Kubiarkan wajahku tanpa make-up, bahkan sekedar bedak. Bukan tidak ingin tampil cantik, tetapi aku merasa malas untuk merawatnya. Maka kata “manis” dari suamiku sudah cukup mampu menenangkan hati.

Aku teringat dengan celoteh putri cantikku. Seringkali dia berkata, “Ibu jangan tua, Ibu jangan mati”. Polos, sebanding dengan usianya yang baru 5 tahun. Aku jadi berpikir, seandainya Tuhan memberikan jatah seperti umur Rasulullah SAW, artinya separuh lebih jatah itu sudah kulewati. Lalu kebaikan apa yang bisa kujadikan bekal untuk mati.

Pagi ini, sama dengan pagi yang lain, aku sibuk bukan kepalang. Harus kusiapkan makanan untuk keluarga kecilku. Aku harus mencuci, berbenah, dan sebagainya. Rutinitas seorang ibu yang baik. Kawan, ada yang aneh, bangun sepagi apa pun, aku tetap tergesa-gesa dikejar waktu. Entahlah, mungkin ini hanya perasaanku saja.

Kupacu sepeda motorku dengan semangat yang berbeda. Hari ini aku akan berangkat ke kelas menulis. Tidak ada gambaran yang pasti pelatihan macam apa. Nama-nama yang tersusun dalam daftar peserta pun, hanya beberapa yang kukenal. Tetapi kuluruskan niatku, kucoba membenahi hati dengan prasangka yang baik. Insya Allah, akan kudapat kawan-kawan baru. Kawan, yang darinya aku bisa belajar. Di samping itu, tentu aku akan mendapatkan ilmu, minimal pengalaman.

Kutinggalkan anak didikku di sana, bersama Pak Guru Olah Raga yang baik hati. Maaf, untuk kali ini biarlah Bu Guru yang belajar. Biarlah Bu Guru yang mencari pengalaman di luar kelas kalian. Karena Bu Guru juga ingin bisa. Bu Guru juga ingin melakukan sesuatu yang berguna.

Kutinggalkan segala galau yang berkecamuk. Jenuh menjadi penonton carut-marut ambisi, atau sekedar mencari muka. Berapa banyak waktu, konsentrasi, dan tenaga yang terbuang sia-sia untuk itu. Kutinggalkan sesaat rutinitas yang hampir menjemukan. Aku ingin berhenti memandangi pintu yang tertutup. Kunikmati hiruk-pikuk perjalanan Wirasaba-Purbayasa. Kuberharap Allah membuka pintu yang lain. Pintu yang lain dari yang selama ini di depanku. Mimpi indah yang tidak nyata. Biarlah waktu yang membawanya pergi. Semoga Allah memberikan impian yang lain, asa yang lebih baik dan mampu kuraih.

Anita, Media Guru, Sept-2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post