Rupanya vaksin covid-19 ini benar-benar menimbulkan polemik di masyarakat. Sesuai dengan topik diskusi yang saya gelontorkan bagi murid-murid saya di kelas 11.

Masyarakat di sini bukan hanya sekedar masyarakat luas dalam pemahaman kita - yang biasanya ditujukan justru untuk orang-orang di luar lingkaran kita. Masyarakat di sini ternyata termasuk juga orang-orang yang berada di sekeliling kita. Yah, di sekeliling saya lah at least.

Semenjak saya memamerkan Twibbon ajaib bikinan saya kemarin itu, rupanya banyak banget feedback yang saya terima di jagad maya. Kebanyakan tentu memberikan apresiasi dan menyatakan siap ketika saya tanya balik, siapkah kalian divaksin?

Namun ketika saya mengunggah sesuatu, saya pun harus siap dikritik, bahkan dinyinyirin. Di beberapa grup Whatsapp, ada yang menyatakan anti vaksin, ada juga yang takut divaksin, bahkan ada juga yang meragukan kampanye kecil saya dengan Twibbon itu.

Di belahan jagad maya yang lain, ada juga yang mempertanyakan kesiapan saya divaksin, apakah saya termasuk orang yang bisa divaksin, dan 1001 komentar lainnya.

Begini lho ya, Bapak Ibu yang baik hati... Saya mengkampanyekan vaksin dengan Twibbon ini murni sadar. Saya siap mendukung program ini. Buat apa? Tentu untuk berikhtiar meredam pandemi di negeri kita.

Memang betul, untuk divaksin tak semua bisa dan ada syaratnya. Saya pun harus kembali check up kesehatan di tahun ini untuk memantaskan diri. Lalu soal giliran kapan divaksin pun, saya tidak tahu. Tapi saya setia menanti.

Poinnya adalah, bagi saya tak ada salahnya mengkampanyekan program ini demi kita bersama. Dengan semakin banyak yang divaksin, insyaAllah akan tercipta herd immunity yang pada akhirnya menekan laju pandemi. Betul?!

#alumniuisiapvaksincovid19 

#universitasindonesia