Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menanamkan nilai-nilai religius kepada anak didik. Tak melulu lewat ceramah, karena tak sedikit anak generasi Z ini cocok dengan metode ceramah. Pesan moral dan agama bisa diselipkan secara serius dalam diskusi santai atau kultum santai bertema keagamaan.

Inilah yang kami lakukan hari ini. Mengganti kemasan ceramah yang berat dengan kultum yang ringan namun tetap sarat makna. Tema pun kami pilih yang sesuai dengan situasi saat ini agar anak-anak lebih lekat dan mudah meresapi. Isu bencana alam yang belakangan mewarnai negeri ini pun kami gulirkan.

Bencana yang seolah bertubi-tubi ini kami buat anak-anak untuk melihat dari sisi lain. Tak hanya kecemasan, ketakutan, kesedihan, dan kehilangan, melainkan juga nilai-nilai sosial yang bisa dilihat dalam situasi terpuruk macam ini. Bagaimana manusia tak boleh melupakan hubungan dengan sesama, saling menolong, dan berempati.

Demikian halnya dengan hubungan manusia dengan Tuhan. Sebuah refleksi mengenai apa yang sudah dilakukan selama ini, apakah sejalan dengan perintah Tuhan. Dan apa balasan yang kita terima jika kita tidak mematuhi-Nya.

Satu hal yang tak boleh dilupakan meski dalam situasi bencana pun adalah bersyukur. Bersyukur akan hal-hal baik yang masih menimpa kita di tengah kesedihan. Sepertinya ini tak hanya cocok bagi anak-anak, melainkan juga bagi guru-gurunya. Bersyukur adalah sepanjang hayat. Selalu menghargai kehidupan dan apa yang telah diberikan oleh-Nya.