Anitya Wahdini

Anitya Wahdini lahir di Jakarta. Lulus dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, tahun 2005. Bekerja sebagai jurnalis di salah satu med...

Selengkapnya
Navigasi Web
Serenade Lengkungan di Langit
Doc. jame-world.com

Serenade Lengkungan di Langit

Dalam bahasa Perancis, lengkungan di langit, atau yang biasa kita sebut sebagai pelangi, diterjemahkan menjadi l’arc en ciel. Dalam bahasa Jepang, kata asing itu diserap dan diucapkan secara bebas sebagai raruku en shieru. Bahkan kemudian disingkat lagi menjadi raruku atau laruku. Bingung? Hahahahha, tenang saja. Saya juga kok. Itu semua kan bukan bahasa ibu.

Tulisan saya ini sama sekali bukan soal tata bahasa atau hal yang menyangkut kebahasaan lainnya. Tulisan ini murni hanya keisengan semata akibat beberapa saat lalu saya berlayar di kanal Youtube. Lihat ini itu, akhirnya sampai juga ke video musik dan video konser dari band yang sempat saya gandrungi semasa kuliah. Yak, nama band itu tak lain tak bukan adalah L’Arc~en~Ciel. Supaya mudah, selanjutnya saya sebut Laruku saja ya?

Band yang diawaki Hyde (vokal), Tetsuya (bas), Ken (gitar), dan Yukihiro (drum) – wah, takjub! Saya mengetik nama personilnya tanpa harus berselancar di Google! – pertama kali menggebrak industri musik Jepang pada tahun 1991. Pada saat itu, saya juga masih terlalu kecil sehingga belum paham musik J-Rock, apalagi mendengar nama mereka.

Saya pertama kali mendengar alunan karya mereka justru di tahun terakhir saya kuliah. Kala itu tahun 2004. Saat itu, Laruku menelurkan album kesembilan, album yang rilis setelah mereka lama hiatus, bertajuk Smile – ini saya harus cek Google karena lupa nama albumnya.

Nah, di situlah kemudian saya jatuh hati pada balada yang berjudul Hitomi No Jyuunin. Saking gandrungnya, lagu ini menjadi semacam lagu mandatory yang harus saya dengarkan dari playlist ponsel saya, mengenakan earphone, sembari turun dari KRL di stasiun UI, dan berjalan seorang diri membelah jalan setapak di antara pepohonan menuju kampus saya. Nuansa itu selalu menjadi video klip Hitomi No Jyuunin dalam memori saya hingga kini. Ah, masa-masa itu…

Sejak itulah saya mengikuti sepak terjang band asal negeri Sakura ini. Kecuali gaya mereka, tentunya. Dandanan mereka terisnpirasi oleh gaya androgini era 1980an, which is very very not my style!

Mengumpulkan lagu-lagu mereka sejak awal muncul di era 1990an, mengoleksi CD yang berisi video klip mereka, mengikuti berita, serta berdiskusi dengan teman-teman kampus yang ternyata sudah menggemari Laruku sejak dahulu kala. Lagu-lagu Laruku bahkan menemani hari-hari saya menulis skripsi bersama dengan episode-episode anime Naruto yang kala itu juga tengah populer.

Kini saya jarang sekali menengok perkembangan terbaru mengenai Laruku. Masa-masa J-Rock dan J-Pop bagi saya rasanya sudah usai, akan tetapi lagu-lagu Laruku tetap menghibur jika didengarkan kembali. Membuat tersenyum, persis seperti saat melihat lengkungan berwarna-warni di langit setelah hujan reda.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post