ANNA MIRAWATI

Terlahir di sebuah kabupaten yang terkenal kota sering banjir sebelum era 80-an, yaitu kabupaten Tulungagung. Tepatnya tanggal 28 Sya'ban 1397 H atau 4 Septembe...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEDEKAH BAYI

SEDEKAH BAYI

Budaya muslim di Jawa dalam menghadapi kelahiran sangat diacungi jempol. Ketika kehamilan umur 3 bulan lebih sedikit ada acara telonan. Kehamilan umur tujuh bulan lebih tingkeban. Ketika bayi lahir brokohan. Saat berusia lima hari sepasaran, saat usia 35 hari pagutan, bayi berusia tiga bulan telonan, dan saat usia tujuh bulan lebih pitonan. Tidak berhenti di situ, saat usia satu tahun ada setahunan, saat usia 1,5 tahun ada karo tengah tahun, dan terakhir rong tahunan yaitu saat bayi berusia dua tahun. Semua acara untuk bayi tersebut dengan memanggil tetangga doa bersama kemudian ada makanan yang diberikan. Ada perbedaan antara saat kehamilan dan kelahiran jenis makanannya. Untuk kelahiran mulai dari brokohan sampai rong tahunan semua sama jenis makanannya. Makanan itu ada urap-urap (kuluban), pelas, telur rebus atau ayam, tahu tempe dibumbu pedas, dan kuenya iwel-iwel.

Menjalin silaturahmi dan memberikan makanan atau sedekah telah diajarkan sejak bayi dalam kandungan. Sebuah upaya dari orang tua untuk calon manusia baru. Setiap kegiatan semua dengan sebuah harapan besar yaitu kebaikan untuk si bayi mulai dari lahir hingga matinya nanti. Silaturahmi mengajarkan bahwa untuk hidup membutuhkan orang lain. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial maka dengan pengajaran sejak dalam kandungan mengundang tetangga untuk menghilangkan kesombongan diri. Pemberian makanan merupakan sedekah, walau dengan makanan yang sederhana. Penanaman jiwa berbagi pada sesama sejak belum terlahir ke dunia.

Nilai positif dari budaya yang telah lama tertanam akan tidak memberi arti pada si bayi bila niatnya berubah. Sekarang budaya yang ada saat kehamilan hingga kelahiran hanya dijadikan sebagai budaya tanpa makna. Lebih parah lagi hanya untuk postingan, atau kebesaran dan ketokohan orang tua. Besarnya prestise dan tingginya rasa malu yang tidak pada tempatnya, juga ikut mengurangi makna. Berawal dari salah niat inilah menjadikan pula generasi sekarang hanya menampakkan permukaan atau penampilan. Generasi sekarang mudah ditipu karena sejak dalam kandunganpun mereka diajari menipu. Menipu diri sendiri dengan kemegahan yang sebenarnya tidak memiliki arti. Hanya keluarga yang mengawali dengan niat lillahi ta’ala maka mereka mampu menanamkan kebaikan untuk generasi penerusnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post