Anne M. Anwar

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Nyonya Dar

Nyonya Dar

Hari itu kuteringat pada sebuah nama. Jumlah hurufnya tak lebih dari tiga. Nama yang teramat pendek sisa peristiwa kemarin. Sosoknya yang sederhana namun tak bersahabat. Secara fisik tidak terlalu menarik. Tubuhnya pendek. Dengan rambut bak ombak banyu. Berbola mata hitam dibalut bingkai kaca berukuran tebal sekitar tiga inci. Tapi warna kulitnya putih bersih terawat, menandakan jika dia seseorang yang bukan berasal dari kebanyakan.

Perempuan itu memiliki lima orang putra yang kesemuannya berjenis kelamin sama. Ya, para lelaki sejati. Putra pertamanya telah pergi untuk selama-lamanya menuju hari baan pertiwi dalam sebuah perang. Sementara putra kedua dan ketiga siperempuan tadipun telah meninggalkan sang bunda akibat sebuah peristiwa yang tak diduga, yaitu kasus salah tembak. Yang tersisa dari kelima jagoannya perempuan tadi hanyalah putra ke empat, dan sibontot saja.

Disebuah rumah yang cukup besar dan mewah siperempuan itu tinggal. Segala macam fasilitas hidup telah dimilikinya. Mulai dari perlengkapan kesehatan, kecantikan, dapur, dan sejumlah alat-alat rumah tangga tercanggih lainnya tampak dia miliki. Dialah nyonya besar. Dia istri seorang direktur utama dari sebuah perkebunan coklat terbesar dikota itu. Sang suami jarang terlihat menemani langsung siperempuan tadi. Karena tersiar kabar ada bermain serong dengan sejumlah wanita berpredikat tidak baik. Mereka sering terlihat tidak bersama alias masing-masing dalam beraktifitas. Ko bisa ya? Ada apa dengan mereka?“ ko aku kepo sendiri sih? Hehe jadi malu!”.

Sejak pagi buta aku mulai bersiap-siap untuk pergi kesekolah. Hari itu giliran aku membersihkan ruang kelas bareng kelima kawan lainnya. Kami telah bersepakat untuk datang lebih awal agar, kewajiban kami dalam membersihkan kelas terpenuhi secara maksimal. Walaupun hanya dengan perlengkapan sederhana, biasanya kami bekerja tuntas. Sekolah kami terletak dikaki gunung papandayan. Jarak tempuh dari rumah ke sekolah cukup jauh. Jika ingin pergi dengan berkendaraan roda dua, maka dalam waktu tiga jam baru bisa sampai ketujuan.

Cuaca pagi itu teramat mendung. Enggan rasanya untuk beranjak karena dinginnya udara pagi. Namun, bunyi gawaiku tak mau berhenti, padahal telah kucoba untuk diabaikan. Akhirnya kubuka dan ku ladeni dia karena ibuku terus bicara agar aku tak mengacuhkannya. “Assalamualikum, dengan siapa ya?”. Terdengarlah diseberang sana, suara seorang perempuan yang tidak begitu jelas. Maka, aku ulangi kata-kataku tadi. Satu, dua, sampai tiga kali kuulang, tetap tidak berhasil. Lalu aku telpon balik. Tampaknya ada sebuah masalah yang tak dapat dihindari memang. Meski, telah dicoba beberapa kali.. seperti yang sipenelepon, tetap tidak bergeming dengan urusannya.

Hari semakin siang. Ada perasaan was-was menyelinap jauh didalam lubuk hatiku. Aku takut kesiangan. Maka kuputuskan untuk segera meninggalkan rumah. Kupandangi semua hal yang dapat kupandang. Tepat didepan mata dan sekitarnya. Satu kata yang kurindu saat itu adalah jasa kendaraan beroda dua. Ojeg. Gumamku, “oh ojeg sayang dimanakah engkau, janganlah kau tidak menemuiku saat ini!” hati ini seolah membumikan kata-kata termanis saat itu.

Sungguh tak biasanya begini. Jika kemarin aku sempet enek dengan banyaknya jasa kendaraan penghantar yang selalu berisik menawarkan diri, lain halnya dengan hari itu. aku terhuyung tak karuan. Tubuhku lunglai. Tenagaku habis entah kemana. Tiada sesuatu yang terus bermain dalam benakku selain siojek sayang tadi. Dengan sepenuh hati kuhambakan diri pada sang kholik sambil kucicil perjalanan menuju sekolah. Bibir ini terus bertasbih ditengah hujan pagi yang semakin deras. Baju dan perlengkapan sekolahku basah kuyup tak ketulungan.

Namun, entah ada kekuatan apa sehingga langkah kaki ini semakin mudah, semakin ringan ku pacu. Tepat dipertengahan jalan. Berhentilah sebuah mobil mewah. Kehadirannya tak kuhiraukan. Beberapa kali terdengan suara parau. Suara yang amat berat. Bertambah engganlah diri ini untuk mengiraukannya. Suara mengetarkan itu semakin lama semakin jelas. Hanya dalam hitungan lima saja, sebuah tangat kuat telah berhasil menarik tubuhku yang kecil dan lemah. Sontak aku berteriak sejadi-jadinya. Aaaaaa...tidak! Saatku sadar ternyata aku ada dalam pangkuan seorang. Ya, seseorang yang selama ini aku takuti. Sangat tak kuharapkan kehadirannya. sangat kuhindari, dan menggangu pikiranku terutama saat mau tidur. Dialah nyonya Dar seorang nyonya besar yang misterius.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post