Anni Manalu

Menjadi "Oase dan Dian" di salah satu sekolah YPK-Don Bosco, Medan - Sumatera Utara, Berasal dari keluarga Guru, dan mendedikasikan hidupku sebagai Guru. Saya b...

Selengkapnya
Navigasi Web
Guru Hebat itu, Siapa?
Foto MGI

Guru Hebat itu, Siapa?

Guru Hebat itu, Siapa?

Kehebatan guru, maha dahsyat membawa perubahan baik dalam skala kecil, besar, dan bahkan dunia global. Sejarah mencatat, ketika Jepang mengalami keterpurukan dan porak-poranda pasca Perang Dunia II, maka sosok yang dicari ialah guru. Bagi negara Jepang, kebutuhan primer yang wajib dipenuhi adalah ketersediaan guru. Mengapa? Sebab gurulah yang mampu membawa perubahan dari puing-puing kehancuran menjadi negara beradab. Ternyata, guru-guru di Jepang ditempatkan pada posisi yang paling mulia, dan menjadikan Jepang sebagai negara maju, dan diperhitungkan dalam kancah politik-ekonomi global hingga saat ini.

Bagaimana dengan Indonesia? Hampir sama, dimana pendidikan kaum pribumi telah membawa perubahan dalam strategi perjuangan kemerdekaan Indonesia atas dasar nasionalisme. Organisasi Budi Utomo digerakkan oleh kaum terpelajar, dan terdidik. Tak bisa dibayangkan, jika organisasi ini tidak muncul. Mungkin saja, bangsa Indonesia belum merdeka di 17 Agustus 1945.

Bicara tentang guru hebat, dan semua karya-karya yang melekat di dalamnya tidak akan tergerus oleh zaman, sejauh eksistensinya menyalakan perubahan positif. Guru hebat adalah mereka yang senang berkarya tanpa putus. Tanpa berdalih demi pujian, tanpa berpikir akan honor, dan materi apa yang didapat. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Guru seperti oase dan dian, yang memberi kelegaan dalam dahaga, dan memberi cahaya dalam kegelapan. Meski demikian, sungguh tidak mudah menjadi guru, apalagi menghasilkan karya. Bagaimana dengan guru masa kini? Apakah guru-guru sudah merdeka berkarya? Apakah merdeka belajar sudah memerdekakan guru?

Guru Hebat Guru Berkarya. Guru hebat tanpa karya, apakah mungkin? Guru hebat penuh karya, guru yang bagaimana? Guru hebat masa kini adalah mereka yang merdeka mengajar sekaligus merdeka belajar membelajarkan dirinya sesuai filosofi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara. Bukan zamannya lagi, ada guru yang merasa hebat di zona nyaman, akan tetapi sebaliknya. Bukankah zaman selalu berubah? Pun sama dengan kebutuhan manusia yang semakin kompleks, maka sudah semestinya setiap guru meng-upgrade dirinya, agar bisa up-date sesuai tuntutan zaman.

Bagaimanapun, dilema etika ikut mewarnai ketika seorang guru mau belajar dan berkarya. Bagi guru negeri, mungkin akan jauh lebih mudah mengembangkan sayapnya. Berbeda halnya dengan guru swasta, yang notabene musti sesuai dengan regulasi ini dan itu, dan musti ada izin dari yayasan. Bisa saja karena alasan lain dan sesuatu hal yang kadang sulit diterima logika. Di sinilah letak masalah dan tantangan yang dihadapi. Walaupun dilema etika menusuk-nusuk hati agar langkah berhenti, teruslah melaju meraih mimpi.

Tantangan hanyalah ujian bagi individu dalam berkarya. Lagi pula, tidak ada pencapaian luar biasa yang melewati jalan mulus. Jika tantangan itu lambat laun mematahkan sayap Anda untuk terbang menembus awan, bersabarlah dalam kesesakan. Asal tidak berhenti mencoba, akan selalu ada jalan menuju kesuksesan. Jika tantangan itu, mengikat kaki dan tangan Anda, biarkanlah. Sebab akal pikiran dan hati Anda senantiasa menyeru “Semangat” demi hari esok yang lebih baik. Jangan pernah berhenti belajar dan belajar. Jadilah insan pembelajar.

Wahai sahabat, para guru se-antero Nusantara. Selamat Hari Guru. Semoga karya-karya Anda mendapatkan apresiasi positif dari sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Teruslah berkarya, berkarya, dan berkarya. Satu karya hari ini, biarlah menjadi benih unggul untuk menghasilkan karya-karya mahakarya berikutnya. Andaikan karya Anda dipandang sebelah mata oleh yang lain, biarkanlah. Sebab orang yang tidak pernah berkarya, akan sulit baginya menghargai karya. Jangan pernah terperdaya oleh cibiran dan bullyan yang nantinya menjatuhkan Anda. Semakin Anda berkarya dan berkarya tanpa jeda, maka Andalah Guru Hebat itu. Hal besar dimulai dari hal kecil yang dilakukan berulang-ulang dengan sepenuh jiwa.

Sahabat, jika Anda adalah pimpinan sekolah, bolehlah mengizinkan murid-murid di sekolah Anda, memberikan sesuatu dari hatinya untuk bapak dan ibu gurunya di hari guru 25 November nanti. Sekadar memberi bunga, atau ucapan “Selamat hari Guru ya, Pak/Bu”. Bahagianya guru itu, hanya satu. Dihargai dan Dihormati. Salam Kebajikan.

Pofil Penulis:

Anni Manalu, lahir di Dano Julu, 29 November 1977. Lulusan S1 Unimed tahun 2002. Pecinta sastra, marching band, traveling, dan senang menulis puisi. Anggota blog Gurusiana, serta tercatat sebagai anggota dari Media Guru Indonesia (MGI) dan Perkumpulan Pendidik Penulis Sumatera Utara (PPPSU). Karya yang dihasilkan: novel My Diary (2018), Hru Mehter Ryu (2021), kumpulan puisi Percaya, Harapan, dan Cinta (2022), dan beberapa buku antologi: No Baper dan MGI.

Pengarang dapat dihubungi melalui WA: 082160388805. Email: [email protected].

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post