annisa dian utami

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Penyakit Sapi gila Menular ke Manusia??

Sapi gila atau dikenal sebagai Bovine Spongiform Encephalopathie (BSE), sudah diidentifikasikan muali tahun 173- di benua Eropa dikenal sebagai scarpie. Pada awalnya termasuk penyakit yang hanya menajangkiti hewan ternak seperti sapi, kerbau, domba, dan sebagainya, namun pada tahun 1950 teridentifikasi telah menular ke manusia di New Guinea dan dikenla sebagai penyakit kuru.

Penyebab dari penyakit ini ialah "Prion" yang merupakan suatu protein tanpa asam inti yang mengalami perubahan struktur dan bersifat infeksius menyerang jaringan otak. Kemungkinan kunci dari penyebaran terjadi ketika prion yang tidak terbungkus mneyentuh salah satu protein normal yang terbungkus, sehingga protein normal tersebut membuka bungkusnya, proses ini terjadi terus menerus hingga jaringan otak menjadi berbentuk spons. Kemungkinan lainnya ialah protein normal membuka bungkusnya secara spontan dan menjadi proin yang infeksius.

Manusia dapat tertular melalui beberapa cara yaitu ketika memakan daging yang terkontaminasi terutama otak dan sumsum tulang belakang, menenrima transplantasi kornea dari donor yang menderita CJD (penyakit yang menyerang otak/disebabkan oleh BSE), menggunakan peralatan bedah yang sudah digunakan pada penderita CJD, dan anak-anak yang menerima suntikan growth hormon yang berasal dari kelenjar hipofise mayat yang menderita CJD. (namun sekarang ini hormon growth sudag menggunakan rekayasa genetika sehingga aman. Akan tetapi, para ahli masih belum menemukan bukti terjadinya penularan dari manuisa ke manusia.

Pada hewan sendiri, gejala yang ditmbulkan ialah berbaring, hiperestesia, tremor, sulit bangun, nervous saat dibawa ke kandang, produksi susu menurun, agresif, ketakutan, roboh, perubahan temperamen, kehilangan berat badan, kondisi mneurun, kesulitan lokomotor dan menendang. Umumnya hewan tersebut terdiagnosa 2 minggu hingga 6 bulan dan setelah itu terjadi kematian. Sedangkan pada manusia CJD klasik akan memberikan gejala depresi, perubahan kepribadian dan perilaku, kehilangan memori, pandangan kabur, paralisis, dan koma, serta dapat mneinggal dalam beberapa bulan. Untuk varian CJD terdapat sedikit perbedaan gejala yaitu, cemas, depresi, bicara tidak jelas dan lambat, tremor, sulit berjalan, sulit mnegontrol pergerakan, lupa pada orang disekitarnya, dan dapat terjadi kematian setelah beberpa bulan.

Untuk itu, sebagai upaya pencegahan dapat dilalkukan eberapa cara meskipun pengobatan efektifnya belum ditemukan, yaitu konsumsi daging sapi hanya sebatas pada baian dagingnya saja, menghindari konsumsi daging sapi asal negara yang terjangkit BSE, dan menghindari penggunaan bahan ruminansia dalam pengolahan pakan ternak.

sumber literatur :

https://journal.untar.ac.id/index.php/ebers_papyrus/article/view/1814

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post