#TantanganGurusiana

Tantangan Hari ke-2

Aku baru saja selesai mengerahkan tenagaku untuk membersihkan noda-noda pada baju putihku. Baju yang ku pakai selama mengikuti pelatihan. Tiga hari ini aku terjadwal harus mengikuti pelatihan yang menguras waktu dan tenaga. Betapa tidak, aku yang biasanya kumpul dengan teman-teman untuk ngobrol sana sini sebelum aku mulai masuk kelas, bercengkerama dengan anak-anak, bertukar cerita, kini aku harus belajar lagi. Belajar bagaimana menyusun soal latihan ujian nasional yang harus memenuhi prinsip penyusunan soal yang baik dan benar.

Prinsip penyusunan soal sering kali tak kuhiraukan sehingga soal-soal latihan yang kususun harus direvisi bahkan ditolak oleh penelaah.

“Bapak Ibu harus memperhatikan prinsip penyusunan soal seperti yang tertuang dalam Permendiknas RI No. 20 Tahun 2007,” jelas Ibu Roch, narasumber yang waktu itu mengisi materi tentang panduan penyusunan soal. Jika kita menyusun soal, prinsip yang harus diperhatikan antara lain;

1. Sahih: mengukur apa yang harus diukur, hati-hati dalam penyusunan stem/pernyataan/stimulus, hindari SARAPPPK

2. Objektif : tidak dipengaruhi subjektifitas penilai, perlu dirumuskan rubrik penskoran/penilaian, cara koreksi setiap nomor, untuk meminimalisir subjektifitas.

3. Adil : penskoran/penilai tidak menguntungkan/merugikan peserta atas alasan apapun.

4. Terpadu : pengukuran harus mengacu pada proses pembelajaran yang dilakukan.

5. Terbuka : pihak yang menggunakan hasil berhak tahu proses dan acuan yang digunakan dalam pengukuran/penilaian sehingga hasilnya bisa diterima oleh siapapun.

6. Menyeluruh dan berkesinambungan : penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan berbagai teknik yang sesuai untuk memantau perkembangan kemampuan siswa.

7. Sistematis : pengukuran dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku penyusunan soal.

8. Beracuan kriteria : penentuan kompetensi siswa tidak berdasarkan pada pembandingan dengan siswa lain dalam kelompoknya, tetapi mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan.

9. Akuntabel: pengukuran/penilaian bisa dipertanggungjawabkan dari segi teknik, prosedur, dan hasil.

10. Legal society/sesuai nilai-nilai yang ada di masyarakat

Ternyata menyusun soal yang baik tidaklah mudah. Ada tahapan yang harus kulalui. Mula-mula aku harus menyusun kisi-kisi. Dalam kisi-kisi kita harus mencantumkan kompetensi dasar, materi, indikator, level kognitif serta nomor soalnya. Perumusan indikator harus menggunakan kata kerja operasional. Penggunaan kata kerja operasional ini pun sering kali masih kurang sesuai dengan level kognitif peserta didik.

Langkah selanjutnya setelah kisi-kisi tersusun, kami menulis butir soal sesuai dengan kisi-kisi pada kartu soal. Menyusun soal membutuhkan ketelitian apalagi soal Bahasa Indonesia. Teks yang dipilih harus benar-benar sesuai dengan tingkat usia peserta didik, bersifat mendidik, dan sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Kita pun tidak boleh lupa mencantumkan sumber yang digunakan apabila kita mengambil kutipan dari berbagai sumber.

Meski langkah demi langkah sudah aku lakukan, satu per satu prinsip aku cermati, ada tiga hal lagi yang perlu kita pedomani dalam menyusun soal. Tiga hal tersebut adalah materi, konstruksi, dan bahasa.

Setelah soal selesai disusun, langkah berikutnya adalah menelaah soal. kartu telaah soal bisa digunakan sebagai acuan dalam penyusunan soal, apakah soal diterima, direvisi, atau ditolak.

Aku dan teman-teman seperjuanganku memang harus terus belajar dan belajar menyusun soal sehingga soal-soal yang kami susun memenuhi standar. Ya, aku harus bisa!